KOMPAS.com - Di Indonesia, banyak tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar membuat tas, aksesoris, serta pernak-pernik lainnya. Tanaman yang sering dipakai sebagai bahan baku di antaranya anyaman eceng gondok serta rotan.
Namun yang dilakukan Suryanti asal Bengkulu agar berbeda. Wanita ini berhasil membuat produk dengan memanfaatkan kulit kayu.
Bisnis yang telah memulai bisnis sejak sepuluh tahun yang lalu, atau tepatnya pada tahun 2013 ini mengusung brand Fajar Wonk. Nama unik ini diberikan oleh Suryanti karena memiliki suatu arti tersendiri.
"Fajar kan artinya mentari pagi, ibarat semangat pagi. Jadi namanya Fajar Wonk itu biar kita selalu semangat memulai bisnis," paparnya saat ditemui di Indonesia Trade Expo beberapa waktu lalu.
Baca juga: BCA Hadirkan UMKM dan Desa Binaan di Trade Expo Indonesia 2023
Suryanti mengatakan, dia memproduksi kerajinan tersebut dengan memanfaatkan bahan baku yang diambil dari hutan. Dia mengambilnya dari Bengkulu Selatan.
Baginya, tidak semua jenis kulit batang pohon dapat diolah menjadi kerajinan tas kulit pohon. Dibutuhkan lapisan kulit pohon yang memiliki tingkat kualitas tinggi.
"Setelah kami dapatkan material, selanjutnya kulit pohon tersebut akan dikeringkan, caranya dengan di oven. Baru nanti setelahnya dipisahkan dari kulit terluarnya dan dipilah berdasarkan grade kualitas," jelas Suryanti kepada.
"Yang kami pilih grade yang paling bagusnya," sambung Suryanti.
Baca juga: Berbahan Kulit Buaya, Dhito Sukses Meraih Omzet Ratusan Juta Per Bulan
Produk yang dibuat berupa tas tangan wanita, tas selempang, clutch, topi katak, topi tenis, dan beberapa barang custom. Produk-produk itu dihasilkan dari desain yang dibuat oleh Suryanti dan tim desain Fajar Wonk.
"Produk kami banyak macamnya, karena kami kan juga menerima pesanan custom, jadi modelnya ga selalu sama, bisa sesuai permintaan pembeli," katanya.
Saat ini Suryanti memiliki 15 orang karyawan yang membantunya dalam bisnis ini. Jumlah tersebut sudah termasuk para pengrajin dan tim desainer yang membantunya menghasilkan produk.
Lama waktu proses produksi yang dibutuhkan oleh para pengrajin Fajar Wonk untuk menghasilkan suatu produk beragam. Misalnya, untuk menghasilkan sebuah topi, dapat dikerjakan dalam waktu satu hari, sedangkan untuk menghasilkan sebuah tas custom berukuran besar, bisa memakan waktu hingga lima hari.
Baca juga: Kisah Sukses Hariono, Pengrajin Rotan yang Berdayakan 200 Ibu Rumah Tangga
"Produksi topi itu bisa satu hari selesai. Kalau tas yang biasa, sekitar dua hari. Tapi kalau tas yang custom, itu maksimal empat sampai lima hari, tergantung tingkat kesulitan detail tasnya," ujar Suryanti.
Saat pameran Trade Expo Indonesia 2023 berlangsung pekan lalu, Suryanti mengatakan bahwa sudah banyak turis mancanegara yang menginginkan produk unik Fajar Wonk dikirimkan ke negaranya.
Rata-rata para turis yang datang ke stan Fajar Wonk ingin membeli dalam jumlah besar. Bagi Suryanti, ini adalah kesempatan emas baginya untuk dapat memperluas target pasarnya, yaitu orang-orang dari luar negeri (turis).
“Dari kegiatan pameran ini ya, kita udah ada terima permintaan. Ada yang dari China, dari Jepang, dan banyak yang lainnya. Ini kan karena menurut mereka, produk kita ini menarik,” sebutnya.
Tak hanya itu, Suryanti juga menyebutkan jika produknya banyak diminati di Pulau Dewata, Bali. Dari informasi yang didapatkan Suryanti, produk tas dari kulit dahan pohon masih jarang dijumpai di Bali, Ia pun kerap diminta untuk menjual produknya di Bali.
Baca juga: Kampung Berseri Astra Berdayakan Perempuan Perajin Anyaman di Sumatera Utara
Harga produk Fajar Wonk tergolong relatif murah. Untuk sebuah topi, diberi harga mulai dari Rp 50.000, sedangkan untuk sebuah tas dibanderol dengan harga tertinggi Rp 350.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.