Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbahan Kulit Buaya, Dhito Sukses Meraih Omzet Ratusan Juta Per Bulan

Kompas.com - 20/10/2023, 11:00 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.Com – Di era serba digital ini, sebagian masyarakat masih membutuhkan dompet dan tas untuk menyimpan uang, kartu, dan dokumen lain dan barang yang fashionable.

Masih tingginya permintaan dompet dan tas, membuat banyak perajin yang berlomba-lomba membuat beragam kreasi dan inovasi pada produknya.

Seperti yang dilakukan oleh Dhito yang merupakan seorang perajin dompet dan tas dengan menggunakan kulit buaya sebagai bahan baku. Dia memiliki toko bernama Shandra Gallery.

Baca juga: OJK Ingatkan UMKM untuk Berhati-hati Terima Tawaran Pinjol

Shandra Gallery merupakan usaha yang berasal dari Papua Barat yang dirintis oleh Dhito sejak tahun 2012 saat merantau ke sana.

“Saya asli orang Solo. Di Solo saya bekerja serabutan di salah satu rumah makan. Kemudian, Saya diajak teman merantau ke Papua untuk mencari pekerjaan,” tutur Dhito saat ditemui Kompas.com pada acara Trade Expo Indonesia 2023 yang dilaksanakan di ICE BSD, Tangerang pada Kamis (19/10/2023).

Berawal dari Reseller

Saat merantau ke Papua Barat, Dhito pada awalnya hanya menjadi reseller salah satu produk kerajinan di sana. Setelah punya modal yang cukup, Dhito mencoba untuk memulai usahanya sendiri.

Baca juga: Cerita Perjalanan Kelor Organik Indonesia, Berdayakan Ibu-ibu hingga Masuk Alfamart

Dhito menuturkan, dia memilih menjadi pengrajin dompet dan tas dari bahan dasar kulit buaya karena memang peluang di sana masih sangat menjanjikan.

“Di Papua sana, permintaan lebih banyak dibandingkan pulau Jawa. Bukan hanya itu, bahan baku di sana juga banyak, jadi saya memilih menggunakan kulit buaya karena populasi buaya di sana banyak,” tuturnya.

Produk Shandra Galery, Kulit BuayaNur Wahyu Pratama Produk Shandra Galery, Kulit Buaya

Ketersediaan Bahan Baku dan Legalitas.

Papua Barat memiliki populasi buaya yang banyak. Bukan hanya itu, di sana masih dilegalkan oleh pemerintah daerah setempat karena memang populasinya banyak. Jenis buaya yang digunakan yaitu buaya air tawar dan air laut.

Baca juga: 6 Strategi Pengembangan Bisnis Sepatu Kulit, Catat!

“Kita tak sembarangan asal tangkap, Ada standar ukuran yang dipakai, yaitu minimal buaya berukuran 12 inchi,” ungkapnya.

Dalam memproduksi dompet, tas dan juga ikat pinggang, Dhito dibantu oleh empat orang pengrajin yang berasal dari Jawa dan Papua Barat.

Penjualan Skala Nasional

Produk Shandra Gallery sudah berhasil menjual pada tingkat nasional. Penjualan terbesar berada di Papua, Jakarta, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.

Baca juga: Pesan untuk Pelaku UMKM Perempuan: Jangan Mudah Putus Asa, Libatkan Keluarga

“Penjualan per hari untuk dompet sekitar 10-20 pcs, kalau tas minimal empat sampai lima pcs. Omset yang saya dapatkan sekitar 100 juta per bulan,” ungkapnya.

Mahalnya Ongkos Kirim

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Dhito dalam memasarkan produk Shandra Gallery ke nasional yaitu mahalnya ongkos pengiriman (ongkir). Karenanya, pemasaran masih difokuskan di Papua saja.

“kalau di Jawa peminatnya masih kurang. Apalagi di Jawa sudah banyak pengrajin tas yang lainnya.” ujar Dhito.

Baca juga: Owner Ily Handmade Bagikan 4 Tips Sukses Memikat Pasar Luar Negeri

Bukan hanya itu, dirinya juga mengaku sulit mencapai skala internasional atau ekspor karena produknya tidak bisa diproduksi secara massal seperti dipabrik sedangkan kalau ekspor permintaan banyak dan biasanya poduk massal.

Dhito berharap agar semakin banyak pameran-pameran seperti ini agar lebih banyak orang luar Papua tau produk Shandra Gallery sehingga tidak hanya orang Papua saja yang tau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau