Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertekad Tak Mencemari Lingkungan, Craft Denim Gunakan Pewarna Alami

Kompas.com - 01/03/2024, 17:12 WIB
Alfiana Rosyidah,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Craft Denim adalah usaha kerajinan tenun asal Pekalongan yang menghasilkan pakaian-pakaian model denim. Pakaian tenun yang diproduksi juga berasal dari pewarna alami. Usaha ini telah mulai berproduksi sejak 2012, tetapi mulai membuat brand pada tahun 2017. 

Pemilik Craft Denim, R. Asyfa Fuad, menyebutkan dalam perkembangannya Craft Denim mengalami trial and error. Ia menceritakan, masih dalam proses belajar mengenai marketing, menjahit, dan membuat stok bahan baku saat mulai membuat brand.

Bahkan pada awal-awal berdiri, Fuad menggunakan alat-alat tenun bekas. Alat-alat tenun bekas tersebut dahulu sering digunakan untuk mendukung kebudayaan tenun di Pekalongan. Namun, karena sudah tidak terpakai lagi, akhirnya Fuad memutuskan untuk membeli dan mencoba menenun sendiri. 

Baca juga: Penjualan Produk UMKM Dompet Tenun Badui Tembus Provinsi Bali Lewat Media Sosial

Hingga pada akhirnya, tahun 2019 Craft Denim mulai kuat sebagai brand. Fuad berhasil memahami selera pasar, mendapatkan bahan baku yang berkualitas, serta mendapatkan supplier untuk pewarna alami. 

Sukses Tak Harus Mencemari Lingkungan

Ketika Fuad diwawancarai oleh Kompas.com pada Kamis (29/2/2024), ia menceritakan motivasi di balik berdirinya Craft Denim. 

"Craft Denim didirikan untuk melestarikan kebudayaan tenun yang hampir punah di Pekalongan," ucap Fuad. 

Baca juga: Upaya Olix Jaga Kain Tenun Tradisional Tetap Punya Pamor di Masyarakat

Selain itu, Fuad juga berupaya untuk menggunakan pewarna alami. Hal ini dilakukan karena ia berniat sukses tanpa harus berpartisipasi mengotori lingkungan, terutama sungai di daerah Pekalongan. 

"Dulu dosen saya pernah bilang, jika ingin sukses jangan kotori sungai-sungai di sekitar. Akhirnya setelah itu, saya belajar soal pewarna alami seadanya di internet dan cari orang yang produksi warna alam ini," lanjut Fuad. 

Fuad menemukan pewarna alami di berbagai daerah. Diantaranya indigo yang dipakai sebagai warna biru diperoleh dari Temanggung. Kemudian ada kayu tingi yang menghasilkan warna cokelat, diperoleh dari Sulawesi. 

Baca juga: Hendar Sukses Jalankan Bisnis Kain Tenun Khas Garut

Kisaran Harga dan Keuntungan

Produk Craft Denim terdiri dari celana jins, kemeja, blus wanita, kimono, serta kimono untuk wanita. Harga pun juga bervariasi tergantung pada produknya. Saat ini, produk selain celana jins berada dalam kisaran harga dibawah 500 ribu. 

"Sebelum Covid, harga untuk celana jins itu bisa diatas 2 juta. Tapi saat ini untuk celana jins masih ada yang harga Rp1,5 juta, Rp1,25 juta, Rp750.000, dan Rp650.000," ungkapnya. 

Dengan harga tersebut, Craft Denim memperoleh omzet Rp130 juta per bulannya, jika tidak ada pameran. Namun, jika mengikuti pameran 5 hari seperti INACRAFT, keuntungan yang didapat mencapai Rp100-250 juta.  

Baca juga: Kisah Sukses Sarinda Farid Bisnis Kerajinan Perak dan Tenun

Kendala yang Dialami 

Fuad mengakui bahwa dirinya menemukan banyak kendala. Diantaranya persoalan tenaga kerja, pembuatan pewarna alami, dan mencari bahan baku. 

Dalam persoalan tenaga kerja, Fuad mengakui bahwa orang-orang yang berkeinginan kerja di kerajinan tenun sangat langka. Akhirnya, ia merekrut anak-anak muda yang mau belajar atau pernah belajar di tempat tenun yang lain. 

"Lalu juga biasanya orang-orang tidak mau bekerja di tempat tenun karena upahnya sedikit. Akhirnya saya memutuskan untuk pekerja digaji minimal UMK. Syukurlah karena upahnya per meter kain, beberapa bisa melebihi UMK," ucapnya. 

Baca juga: UMKM Produsen Tenun Baduy Banjir Order saat KTT G20

Selain itu, membuat pewarna alami juga tergantung pada musim. Musim kemarau dan hujan dapat menghasilkan warna yang berbeda. 

Kemudian saat mencari bahan baku, mulanya tidak bisa langsung membeli dari pabrik karena mahal. Lalu mencoba mencari bahan baku yang dijual secara eceran. Ternyata setelah membeli eceran, bahan baku tidak selalu ada. Padahal sudah menemukan yang bagus.

"Misalnya saya beli waktu batch 1, hasil produknya jadi bagus. Namun, ketika mau produksi lagi, ternyata bahan bakunya udah ga ada yang sama. Untung sekarang bisa langsung beli dari pabrik dan bisa eceran juga," tutur Fuad. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau