KOMPAS.com – Kain tenun tradisional semakin diminati oleh masyarakat karena dianggap lebih ramah lingkungan dan memiliki value yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tenun pabrikan.
Di Garut Jawa Barat, sejumlah pelaku usaha di wilayah juga mulai sadar bahwa kain tenun saat ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga banyak perajin yang mulai menekuni bisnis ini.
Adalah Hendar Rogesta (43), salah seorang pelaku usaha kain tenun dari Garut Jawa Barat yang memiliki gagasan membuat kain tenun khas Garut tersebut. Dia mengembangkan bisnis batik tenun dengan brand Tenun Garut Hendar (Tegar) dengan memanfaatkan kemampuannya membuat kain putihan.
Hendar menuturkan, bisnis kain putihan yang sebelumnya dijalankan tersebut merupakan bisnis keluarga yang turun-temurun. Dia sendiri menjadi generasi ketiga dalam menjalankan usaha ini.
“Asal mulanya kami membuat kain putihan untuk pembatik karena di Garut tidak memiliki ciri khas, setelah mendapat binaan dari PGN dan Citra Tenun Indonesia, alhamdulillah bisa berkembang,” kata Hendar kepada Kompas.com saat ditemui di acara Bazar UMKM untuk Indonesia, Jumat (26/5/2023).
Baca juga: Torajamelo Bawa Produk Kain Tenun untuk Sasar Pasar Global
Hendar mengungkapkan bahwa dalam perkembangannya dia tertarik untuk memberikan nilai tambah pada kain yang diproduksinya, yakni dengan memberi motif melalui batik tenun.
Karena itu, dia mengikuti berbagai pelatihan. Tak sekedar teknik produksi namun juga teknik pemasaran, diberikan fasilitas untuk kebutuhan produksi, dan diikutsertakan dalam pameran nasional maupun internasional.
“Alhamdulillah berkat pameran yang di nasional maupun internasional dari PGN membuat para perajin kain di daerah Garut terangkat,” kata Hendar.
Hendar menuturkan bahwa untuk memulai bisnis batik tenun ini, dia memerlukan modal sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku serta keperluan produksi.
Saat ini, omzet yang berhasil diraup oleh Hendar mencapai Rp Rp 20 juta sampai Rp 30 juta dalam satu bulan. Sementara itu saat ada pameran, omzet yang dibukukan bisa mencapai kurang lebih Rp 100 juta.
Baca juga: Cerita di Balik Kain Tenun Kamohu, Dibuat Perempuan di Bawah Rumah Panggung
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.