Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergiur Berbisnis Porang? Perhatikan Potensi Keuntungan dan Kerugiannya

Kompas.com - 19/01/2022, 11:05 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak anak muda yang belakangan ini terobsesi dengan profesi petani. Istilahnya petani milenial.

Salah satu tanaman yang diminati untuk dibudidayakan oleh para petani milenial ini adalah porang. Tanaman jenis umbi-umbian ini memang menjanjikan karena banyak dibutuhkan oleh industri, utamanya kosmetik.

Karena porang pula, seorang warga dari Kabupaten Madiun bernama Paidi berhasil menjadi miliarder. Sebelumnya, dia hanya menjadi pemulung.

Baca juga: Tren Industri Kecantikan Naik, UMKM yang Berbisnis Skincare Bermunculan

Keberhasilan Paidi menjadi miliarder karena memang tanaman porang diserap oleh banyak industri besar di berbagai belahan negara.

Dari sejumlah penuturan petani yang berbisnis porang, omzet Rp 3 miliar bisa dicapai dalam kurun waktu 2 tahun. Karena menggiurkan, banyak yang kemudian bertanya, apa itu porang dan bagaimana prospek bisnisnya?

Tentang Porang

Tanaman porang atau Amorphophallus muelleri adalah salah satu tanaman jenis umbi-umbian yang bisa tumbuh sampai 1,5 meter tingginya. Tanaman ini umumnya tumbuh di bawah pepohonan penyangga seperti pohon jati.

Tanaman ini memiliki kandungan zat glucomanan dan biasa dijadikan sebagai bahan utama untuk produk lem, jelly, tepung, kosmetik dan juga penjernih air.

Bahan Baku Mi Ramen hingga Kosmetik

Manfaat porang, terutama umbinya, digunakan untuk bahan baku pembuatan tepung konjak atau tepung glucomannan. Tepung ini yang kemudian dipakai sebagai bahan utama olahan shirataki, mi bening yang banyak dikonsumsi di Asia Pasifik.

Berbeda dengan tepung terigu atau tepung beras, konjak sendiri dikenal memiliki banyak serat. Itu sebabnya shirataki berbahan dari konjak memiliki rasa lebih kenyal namun kandungan karbohidrat lebih sedikit.

Mi shirataki ini juga seringkali dipakai untuk mi ramen di Jepang. Popularitas shirataki juga terus meningkat karena dipercaya sebagai menu diet dan gaya hidup sehat.

Di luar itu, porang juga dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik. Banyak industri kosmetik menggunakan porang sebagai bahan baku karena tanaman ini mengandung banyak glukomannan, asam oksalat, dan beberapa kandungan lainnya, yang memiliki efek positif bagi kulit.

Perhitungan Investasi Tanaman Porang 

Mengutip berbagai sumber, modal budidaya porang sekitar Rp 60 juta. Modal tersebut untuk memenuhi bibit dalam 1 hektar lahan, yakni sebanyak 40.000 bibit.

Waktu panen budidaya porang ini berkisar 1,5 tahun pasca-penanaman dengan setiap tanaman yang akan memiliki berat sekitar 2 kg. Dengan perhitungan tersebut, di atas kertas setiap hektar akan mampu menghasilkan 80 ton porang.

Baca juga: Ini Tips Membuat Caption di Medsos agar Menarik Calon Pembeli

Sebelumnya, harga porang per kilogram pernah mencapai Rp 14.000. Dengan harga tersebut, 1 hektare bisa menghasilkan Rp 1,12 miliar.

Sementara pada awal tahun 2022 harga porang anjlok hingga di kisaran Rp 6.000 per kg. Dengan harga tersebut, nilai yang bisa diraih mencapai Rp 480 juta.

Artinya, dengan biaya investasi awal sebesar Rp 60 juta, investor atau petani masih tetap bisa meraih keuntungan hampir 900 persen.

Risiko Bisnis Porang

Selain faktor penyakit tanaman, hal lain yang juga harus diperhatikan dalam berbisnis porang ini adalah soal harga. Seperti diketahui, harga porang berfluktuasi. Bahkan kebijakan pemerintah turut mempengaruhi harga komoditas ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau