PURWOREJO, KOMPAS.com - Dengan modal sekitar Rp50 juta, lahan kebun mahoni di pinggir Sungai Sengoro, Aglik, Grabag, Purworejo, Jawa Tengah kini disulap menjadi kafe kopi kekinian. Kafe kopi itu bernama Nadi Coffee & Space.
Di balik Nadi Coffee & Space adalah mereka, tujuh pemuda kelahiran kecamatan Grabag. Mayoritas para pemuda tersebut merupakan mahasiswa di universitas negeri dan swasta di Yogyakarta.
Mereka ingin menghidupkan ekonomi lokal di Grabag lewat kafe kopi. Purworejo khususnya Grabag bagi mereka punya potensi wisata kuliner dan ekonomi kreatif yang tak kalah dari kota tetangga yakni Yogyakarta dan Kebumen.
"Sewaktu saya kuliah di Yogyakarta, teman selalu tanya tempat ngopi di kampung saya. Awalnya kan memang enggak ada. Saya sama teman kepikiran kenapa enggak buka aja kafe kopi di kampung," kata Penanggung Jawab Nadi Coffee & Space, Hendrawan Ardin Nugroho (23) kepada Kompas.com saat ditemui di Nadi Coffee & Space, Senin (6/5/2022) sore.
Ide bisnis kopi di Grabag ini muncul saat mereka kembali ke kampung lantaran pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Mereka kembali lantaran perkuliahan yang biasa dijalankan secara offline harus dijalankan secara online di masa pandemi.
Setiap malam, mereka kehilangan aktivitas yang biasa dilakukan di Yogyakarta. Hendra bersama teman-temannya bahkan harus keluar dari Purworejo hanya untuk nongkrong.
"Kalau malam itu kan gabut (tak ada kegiatan). Itu kalau malem jadi gabut keliling-keliling naik mobil sampai Kebumen, Yogyakarta, Magelang cuma cari kafe kopi buat nongkrong," kata Hendra, pemuda asal Desa Sangubanyu tersebut.
Rutinitas keliling ke kafe-kafe kopi di luar Purworejo itu dilakukannya pada medio Oktober 2021-Februari 2022. Hingga akhirnya, mereka pun jengah dan mulai memikirkan konsep kafe kopi di Purworejo.
"Saya dan temen-temen kepikiran mau buka kafe sendiri. Dulu di sini (tempat Nadi Coffee & Space) ada tempat terbengkalai bekas tempat warung kopi. Saya inisiasi temen-teman buat hidupin bekas Warung Kopi Krapyak lagi," kata Hendra.
Ide usaha Nadi Coffee & Space pun awalnya tak berjalan mulus. Ide Hendra bersama teman-temannya pun sempat dipandang sebelah mata.
Hendra bercerita nada-nada pesimistis sempat muncul dari lingkaran terdekat seperti keluarga dan teman-temannya. Namun, Hendra dan rekan-rekan bisnisnya tetap teguh untuk memulai usahanya.
"Banyak omongan yang bikin down. Misalnya dari orangtua yang lihat saya belum lulus kuliah. Tapi niatnya kami di sini mau berdikari dan enggak ingin menyulitkan orang tua. Teman-teman pun juga bilang kurang berpotensi secara lokasi. Mereka bilang kenapa enggak buka di kota," kata Hendra.
Lokasi Nadi Coffee & Space sendiri berada tak jauh persimpangan Jalan Kutoarjo-Ketawang dan Jalan Daendels yang relatif sepi. Tak banyak kendaraan yang melintas di Jalan Kutoarjo-Ketawang.
"Karena itu saya ingin ambil risiko. Buat saya lelaki itu ambil resiko apapun hasilnya, Misalnya gagal pun jadi pelajaran nantinya. Kalau bisa berjalan itu alhamdulilllah," tambah Hendra.