Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yusrizal, Belajar Membatik Lewat Youtube hingga Kini Beromset Rp20 Juta

Kompas.com - 20/05/2022, 16:17 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

"Putus asa memang. Karena belajar gak ada guru. Salah lihat tanyanya ke Youtube dan Google jadinya memang susah. Sempat enggak mau lagi membatik," ujar Yusrizal.

Namun, semangat Yusrizal kembali tumbuh. Ada titik cerah yang ia temui dari kegagalan dari membuat batik.

"Tapi setelah itu saya pikir-pikir, hasil terakhir batik yang enggak sempurna itu tadi, saya posting di Facebook, ternyata ada yang respon. Ada yang beli harga Rp150.000. Nah saat ada yang beli satu orang Rp150.000, walaupun batiknya masih belajar, saat itu saya bangkit lagi," tambah Yusrizal.

Yusrizal pun sudah memberi tahu batik yang ia buat gagal kepada pembelinya. Ternyata, pembeli batik Yusrizal tak masalah. 

"Akhirnya duit itu saya beli bahan, lalu saya olah lagi," tambah Yusrizal.

Yusrizal membuat motif khas yang dengan kearifan lokal Kabupaten Solok, seperti bareh (beras) Solok, Rumah Gadang Usang, Burung Makan Padi, Salingka Nagari, Budaya koto Baru Nagari Kapujan, Masjid Tuo, Budaya Jawi-Jawi, dan lainnya. Ada 14 motif batik tulis yang Yusrizal miliki hingga saat ini.

Baca juga: Pelaku UMKM Ingin Pasar Wisata Menoreh Dibangun dan Diaktifkan Kembali

"Motif pertama dibuat itu rumah gadang usang. itu untuk motif baju. yang lebih khusus burung makan padi khusus batik Tanah Liat Solok. Ada rumah adat, tanaman padi, hewan. Kalau di Solok lebih dikenal dengan beras solok. Kalau di sini ada padi, ada burung," ujar Yusrizal.

Omzet hingga Rp20 juta

Tempat pembuatan serta pemasaran batik Salingka Tabek, Yusrizal (29) di Sawah Parik, Desa Bawah Duku, Kecamatan Kotobaru, Solok, Sumatera Barat pada Rabu (18/5/2022). Salingka Tabek memproduksi batik mulai dari batik tulis, batik cap, dan aksesoris bermotif batik.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Tempat pembuatan serta pemasaran batik Salingka Tabek, Yusrizal (29) di Sawah Parik, Desa Bawah Duku, Kecamatan Kotobaru, Solok, Sumatera Barat pada Rabu (18/5/2022). Salingka Tabek memproduksi batik mulai dari batik tulis, batik cap, dan aksesoris bermotif batik.

Yusrizal kini memusatkan pembuatan batik dan penjualan di rumahnya sendiri. Ada tempat yang dikhususkan untuk melakukan pembuatan desain motif batik, pewarnaan, dan melakukan proses pencantingan.

"Karyawan semua ada 25 orang. Yang bikin desain ada lima orang, canting enam orang, cap empat orang, mewarnai ada empat orang, finisihing dua orang," kata Yusrizal.

Saat ini, Batik Salengka Tabek bisa memproduksi minimal 80 lembar kain batik. Selain kain batik, Yusrizal juga memproduksi olahan batik seperti tas, syal, aksesoris, bahan baju, dan sarung.

Harga batik cap Salingka Tabek dijual Rp180.000 dan batik tulis Rp250.000. Dari penjualan batik, Yusrizal bisa meraup omzet sekitar Rp15 juta hingga di atas Rp20 juta.

"Pembeli batik banyak dari media sosial, tamu yang berkunjung langsung, pelanggan dari acara-acara pameran, event. Ada yang datang dari luar Sumatera Barat seperti Jambi, Medan, Aceh," tambah Yusrizal.

Pemilik usaha batik khas Minang bermerek Salingka Tabek, Yusrizal (29) sedang menjelaskan proses pembuatan batik cap di rumahnya di Sawah Parik, Desa Bawah Duku, Kecamatan Kotobaru, Solok, Sumatera Barat pada Rabu (18/5/2022). KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Pemilik usaha batik khas Minang bermerek Salingka Tabek, Yusrizal (29) sedang menjelaskan proses pembuatan batik cap di rumahnya di Sawah Parik, Desa Bawah Duku, Kecamatan Kotobaru, Solok, Sumatera Barat pada Rabu (18/5/2022).

Ia pun bekerja sama dengan travel agent setempat untuk memasarkan batik-batiknya. Ada wisatawan mancanegara seperti dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura yang datang ke tempatnya untuk membeli oleh-oleh batik.

"Alhamdulillah setiap hari ada yang beli. Alhamdulillah tidak pernah kosong. Kita kerjasama dengan travel untuk pemasaran," ujar Yusrizal.

Baca juga: Lebih dari 200 UMKM Ikut Karya Kreatif Indonesia, Digelar di JCC pada 26-29 Mei

Pemesanan dari luar negeri seperti dari Brunei Darussalam dan Malaysia pun juga pernah ia dapat. Mereka langsung menghubungi Yusrizal untuk memesan batik tulis produksinya.

"Misalnya Brunei Darussalam dan Malaysia, itu sukanya sarung karena budaya Melayu. Mereka sering komunikasi ke saya minta sarung. kirimnya via pos nanti biar nanti pos yang salurkan ke Malaysia. Orang Malaysia suka motif tanah liat," kata Yusrizal.

Ada yang tertarik belajar dan sukses berbisnis batik seperti Yusrizal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau