Pada momentum itu, Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat hadir sebagai pemateri. Itulah perjumpaan awalnya dengan istri Gubernur NTT tersebut.
Bermodal nomor kontak Julie Sutrisno Laiskodat, ia telah menyimpan sebuah harapan untuk bisa berkomunikasi. Akhirnya, Eduardus bisa berkomunikasi dengan Julie.
Ia mengutarakan sulitnya berkembang jika tak ada pendampingan dan bimbingan untuk produksi daun kelor. Julie pun menugaskan seseorang bernama Kiky untuk menghubungi Eudardus.
"Sejak dari situ saya bilang wah berarti saya tidak sendiri yang main kelor," ujar Eduardus.
Tak butuh waktu yang lama, Eduardus dihubungi oleh Kiky. Semenjak itu ia mendapat pendampingan dari Dekranasda NTT melalui Dapur Kelor.
Eduardus selalu mengikuti pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Dapur Kelor. Berbekal ketekunan, Eduardus pun terus mengembangkan usahanya.
"Saya dapat bantuan dari Dekranasda NTT satu unit mesin pengering dan mesin spinner 1 unit, satu unit mesin penepung, dan satu unit mesin pengemasan. Bantuan itu membuat saya lebih semangat lagi dalam bekerja terkait kelor," kata Eduardus.
Eduardus pun mendirikan perusahaan dengan nama PT Kelor Marada.
Waktu terus berjalan. Eduardus membaca peluang program pemerintah Provinsi NTT untuk menurunkan angka stunting. Ia masuk ke setiap pelosok desa untuk menawarkan kelor sebagai jalan satu-satunya dalam penanganan stunting.
"Apalagi pada musim penghujan, saya lihat di desa desa orang suka makan mi dengan nasi. Padahal kan sama sama karbohidrat. Nasi ketemu nasi lalu apa gizinya? Sehingga saya punya niat untuk perjuangkan ini ke desa-desa," jelas Eduardus.
Ia mulai turun ke setiap desa untuk presentasi. Eduardus mengungkapkan banyak tanggapan beragam soal presentasinya itu. Ada yang percaya ada yang tidak. Eduardus kemudian memfokuskan dirinya pada kelompok-kelompok yang percaya terkait manfaat kelor dalam penanganan stunting.
Dari kegigihan dalam melakukan presentasi, Eduardus mendapat respon dari beberapa desa.
"Saya melihat peluang itu ada di desa karena ada dana pemberdayaan kurang lebih 30 persen dari total dana desa dan tahun depan itu sudah naik 40 persen setiap desa," kata Eduardus.
Dampak dari usaha kelor selain untuk penanganan stunting juga memiliki dampak luar biasa dalam kehidupan pribadinya.