"Jadi lumayan pendapatan ekonomi keluarga dari industri rumah tangga seperti pangan lokal jojong," jelas Mama Neli Jumpa, perempuan yang lahir pada Maret 1958 tersebut.
Mama Neli Lahu Jumpa juga sudah 14 tahun di Pokja III PKK bagian pangan, Sandang dan Tatalaksana Rumah Tangga dan menjadi pelatih UMKM pangan lokal di Manggarai Timur.
"Pangan lokal jojong sudah mulai punah maka digalakkan lagi pelatihan bagi kelompok tani untuk membuat industri rumah tangga jojong. Saya biasa keliling Manggarai Timur bersama tim PKK melatih kaum perempuan untuk memasak jojong," ujar Mama Neli Jumpa.
Lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Boawae ini mengisahkan setelah tamat dari SPG Boawae di Kabupaten Nagekeo (dulu masih Kabupaten Ngada sebelum dimekarkan) bergabung di komunitas Muda Mudi Katolik (Mudika) di Paroki Cancar, Kevikepan Ruteng.
Kemudian, ia diutus oleh Keuskupan Ruteng mengikuti kursus pembina Mudika (Muda Mudi Katolik) selama 1 tahun.
Kursus ini dibiayai oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan biaya hidup oleh Keuskupan Ruteng. Saat itu kursus Teknologi Tepat Guna Makanan Ringan dan les Komunikasi untuk membuat tulisan drama.
"Saat itu saya bisa mengetik di mesin ketik dengan 10 jari dan mendapatkan nilai A dari para pengajar di sana. Saya juara 1 tulisan tentang mengarang. Judul mengarangnya, saya masih ingat sampai sampai saat ini " Cinta Tuhan dan Cinta Manusia, Keterbukaan, saling percaya dan mengendalikan diri," ujar Mama Neli Jumpa.
"Selain itu, saya juara 1 lomba masak di Pati, Jawa Tengah. Saat itu saya praktekkan masak?Tiwu. Saat itu masaknya dari bambu karena zaman itu belum tidak ada periuk di Manggarai Timur. setelah pulang dari Pati, Jawa Tengah, saya bekerja di bagian ekonom Keuskupan Ruteng dengan gaji Rp 60.000 perbulan pada 1983-1985. kemudian saya pindah di Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng, saat itulah saya saya bertemu Bapak Rokus Jumpa," tambah Mama Neli Jumpa.
Mama Neli Lahu Jumpa mengisahkan sewaktu kecil dirinya memakan jojong yang dimasak orangtuanya. Ia pun rindu dengan kenangan masa kecil.
"Untuk itu saya merawat tradisi masak pangan lokal, khususnya makanan jojong," kata Mama Neli Jumpa.
Mama Neli Lahu Jumpa menjelaskan, bagi penderita diabetes disarankan makan pangan lokal jojong untuk menurunkan kadar gula darah. Saat ini Mama Neli Lahu Jumpa mengembangkan pangan lokal jojon yang berbahan sorgum.
Selain itu industri kecil berbasis rumah tangga yang dikembangkannya yaitu keripik pelepah pisang. Ini semua merupakan makan alternatif tanpa minyak goreng.
Mama Neli Lahu Jumpa menjelaskan cara masak pangan lokal jojong yakni pertama siapkan tepung jagung, mentega, kelapa yang sudah diparut, dan susu tiga senduk. Bisa juga dimasak langsung tepung jagung.
Jadi nama Jojonh jagung, begitu bahan untuk jojong sorghum. Bisa dicampurkan dengan kacang kedelai sesuai pesan dari para pembeli. Alat-alat masak yakni bambu bulat dan lewing tana (periuk tanah). Memasaknya juga dengan tungku api (Likang bahasa lokal) dengan kayu api.
"Saya sudah mewariskan keterampilan industri kecil ini kepada anak perempuan saya. Dan anak perempuan saya sudah bisa masak pangan lokal jojong," kata Mama Neli Jumpa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.