PURWOREJO, KOMPAS.com - Banyaknya produk kopi pabrikan tak membuat gentar Ahmad Sukron dalam mengembangkan usahanya. Sebagai pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam dunia kopi, Sukron tengah mengincar pasar nasional.
Dengan produk kopi lokal Purworejo yang diberi label Nyong Siro atau Saya Kamu dalam bahasa lokal Purworejo, Sukron tak segan-segan menjual produknya genggam ke luar kota. Dengan memanfaatkan sistem penjualan online, kini produknya sudah merambah ke berbagai kota di Indonesia.
Baca juga: Berawal dari Bosan saat Pandemi, Pemuda asal Purworejo Ubah Pakis Hutan jadi Uang
Produk ini kopi lokal Purworejo ini juga sudah merambah ke Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jakarta, Sumatera dan Kalimantan.
"Kopi pabrikan yang dikemas dengan mesin dan harganya juga jauh lebih murah membuat pengusaha kedai kopi seperti saya harus mencari cara untuk tidak hanya menjual kopi premium yang disajikan di kedai. Saat ini saya juga membuat kopi kemasan yang bisa diseduh di rumah dengan rasa yang tak kalah nikmat dengan kopi pabrikan," kata Sukron beberapa waktu lalu.
Ahmad Sukron adalah satu dari sekian banyak pelaku usaha kedai kopi di Kabupaten Purworejo yang harus memutar otak lebih keras di tengah gempuran produk kopi pabrikan.
Sebagai pelaku UMKM dalam dunia kopi, harus pintar-pintar menyiasati keadaan yang serba instan dewasa ini.
Sejak awal usaha, pemuda yang satu ini memang memiliki segudang ide cemerlang dalam membaca peluang tren budaya "Ngopi" di Kabupaten Purworejo. Kedai Kopi Djo di bilangan Tambakrejo, Purworejo bisa dikatakan tak pernah sepi pengunjung. Namun hal itu tidak membuatnya puas dan diam tidak melakukan pengembangan.
"Saya terpaksa harus keluar kandang, harus lebih aktif membuat link-link baru, termasuk campur dengan berbagai komunitas, salah satunya komunitas vespa dan lainnya," kata bapak dua anak ini.
Kedai Kopi Djo sudah ada sejak tahun 2014. Awalnya digarap sang kakak Khusnul Wahyu Tri Okta Mulya. Kakaknya juga masih terus berjuang di dunia perkopian, linknya adalah pemain lama dunia kopi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Hingga kemudian tren budaya ngopi merebak di seluruh pelosok Purworejo, Kopi Djo hadir memberikan pilihan. Pelbagai macam jenis kopi mampu disajikan. Kedai Kopi Djo juga menjadi jujukan para pemilik kedai kopi untuk mengolah atau mencari bahan baku kopi pilihan.
"Kami memang sudah memiliki roastery kopi sejak 2014," jelas bapak muda yang satu ini.
Ditambahkan, tahun 2018 Industri Kopi Djo mulai merilis merek dagang Nyong Siro. Kopi robusta blend ini sebetulnya sudah cukup dikenal di kalangan pencinta kopi lokal Purworejo.
"Konsep saya sebetulnya sederhana, seperti hukum dagang umumnya, hanya menaikkan nilai jual kopi. Selain diseduh disini, kami juga membuat kemasan kopi yang bisa dibawa pulang dan dibuat sendiri di rumah," jelas Sukron.
Baca juga: Mengulik Tren Bisnis Thrifting di Purworejo, Bertahan di Kalangan Millenial
Menurutnya, sebagai produk rumahan, kopi Nyong Siro boleh dibilang masih dibuat dengan konvensional, khususnya dalam proses pengemasan bubuk kopi.
Ia juga sadar bahwa yang dihadapi saat ini adalah pengusaha kopi besar, pabrikan, yang bisa membuat kemasan kopi dengan jumlah ribuan bahkan jutaan sekali proses dan disebar ke seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, di tengah tren masyarakat yang serba instan, kopi yang sudah dikemas campur dengan gula dan masuk dalam satu saset kini hampir dinikmati oleh semua kalangan, khususnya kalangan menengah ke bawah yang hanya membutuhkan aroma kopi saja untuk melengkapi pagi dan sore kehidupan mereka.
"Salah satu upaya yang saya lakukan untuk bertahan di tengah gempuran kopi pabrikan yakni mengandalkan jaringan, saya buka sistem marketing reseller dan retailing. Harus progresif, Nyong Siro juga sudah mengantongi Ijin PIRT, bahkan di tahun 2019 sudah mendapatkan Label Sertifikat Halal," ujar Sukron.
Ditambahkan, untuk bisa terus bertahan, selain membuka jaringan secara luas melalui komunitas-komunitas, upaya mempertahankan kualitas produk harus terus dilakukan dan tidak bosan untuk terus berinovasi. Benar saja, kemasan produk Nyong Siro semakin cantik dan lengkap, mulai kemasan 50 gram dan lebih kecil lagi.
"Beberapa jaringan yang sudah mati coba saya turun langsung agar supaya bisa kembali. Kadang mereka berhenti memajang kopi Nyong Siro hanya karena pasokannya telat. Jaringan yang dibuat juga atas dasar pertemanan, meskipun juga menerapkan sistem cash flow, kapasitas produksi akhirnya kami tambah, ya saya kerjakan sendiri bersama keluarga," ucap Sukron.
Baca juga: Di Tangan Salis, Jualan Celorot Khas Purworejo Bisa Beromzet Hingga Rp20 Juta
Salah satu penikmat kopi Nyong Siro, Eko Prasetyawan mengungkapkan, sebagai penikmat kopi dan juga warga Purworejo ia tetap memilih kopi lokal, dari sisi kualitas juga terjamin, karena tahu proses pembuatannya mulai dari biji hingga proses roasting dan pembuatannya.
"Saya juga sering bawa kopi kemasan Nyong Siro bubuk kecil untuk saya promosikan kepada teman teman saya, saya suka dengan semangat Mas Kyai Sukron yang tidak menyerah di tengah gempuran kopi pabrikan," kata Sukron.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.