Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Siti Fatimah, dari Jualan Gorengan Banting Stir Produksi Lanting Beromzet Belasan Juta

Kompas.com - 27/12/2022, 12:34 WIB
Bayu Apriliano,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

PURWOREJO, KOMPAS.com - Siti Fatimah (52) adalah salah satu warga Desa Brunosari Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang sukses memproduksi lanting, salah satu makanan khas Purworejo.

Usahanya yang digelutinya selama belasan tahun ini akhirnya membuahkan hasil. Bahkan omzet perbulan penjualan Lanting miliknya bisa mencapai belasan juta rupiah.

Baca juga: Sedekah Kopi, Cara Haris Lee Promosikan Kopi Purworejo

Siti Fatimah yang merupakan seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak ini dulunya adalah penjual gorengan keliling. Ia menjajakan gorengan dengan berjalan kaki di sekitar Kecamatan Bruno dengan jarak tempuh sekitar empat kilometer.

"Awalnya saya menjual gorengan, dengan jalan kaki tapi lama-lama capek terus pindah membuat Lanting ini," kata Siti Fatimah saat ditemui di rumah produksinya pada Senin (26/12/2022) sore.

Siti Fatimah mulai memproduksi lanting sejak umurnya masih 35 tahun dan masih mempunyai satu anak. Kini, usianya tak muda lagi. Ia harus dibantu oleh kelima anaknya untuk memproduksi lanting dalam jumlah yang besar.

Siti Fatimah (52) adalah salah satu warga Desa Brunosari Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang sukses memproduksi lanting, salah satu makanan khas Purworejo.
KOMPAS.com/BAYU APRILIANO Siti Fatimah (52) adalah salah satu warga Desa Brunosari Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang sukses memproduksi lanting, salah satu makanan khas Purworejo.

Rasa lanting yang gurih, garing dan renyah membuat masyarakat Purworejo suka dan gemar membeli lanting buatan Siti. Bahkan dalam sehari, lanting buatanya bisa terjual 40 sampai 80 kilogram.

Lanting buatan Siti dan kelima anaknya sedikit unik. Jika pada umumnya Lanting berwarna putih, Lanting produksinya malah berwarna kuning. Lanting berwarna kuning inilah yang menjadikan Lanting Siti Fatimah terkenal seantero Kecamatan Bruno.

"Lanting kuning ini bisa dikatakan menjadi makanan khas Bruno, karena lanting biasanya berwarna putih," kata Siti.

Baca juga: Berawal dari Bosan saat Pandemi, Pemuda asal Purworejo Ubah Pakis Hutan jadi Uang

Dalam sehari Siti Fatimah bisa mengantongi hasil penjualan lanting miliknya dari Rp800.000 hingga Rp1 juta. Meski demikian, omzet yang diterimanya naik turun sesuai penjualan. Tak melulu untung besar, saat pandemi menghantam penjualan lanting miliknya turun drastis.

Proses pembuatan lanting di rumah produksi milik Siti Fatimah di Desa Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.KOMPAS.com/BAYU APRILIANO Proses pembuatan lanting di rumah produksi milik Siti Fatimah di Desa Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Penjualan lanting kuning milik Siti Fatimah saat ini sudah merambah hingga keluar kota bahkan tak jarang pesanan datang dari diberbagai provinsi seperti Sumatera, Jawa Barat, Makasar dan lainnya.

"Saya kalau menjual lanting biasanya 1 kilogram harganya Rp20.000. Kadang setiap harinya terjual 20 kilogram bahkan ketika ramai bisa sampai 80 kilogram. Ya kalau omzetnya bisa dihitung sendiri," ucapnya sembari bergurau.

Baca juga: Kisah Hadi Suwignyo, Guru di Purworejo Sukses Budiyakan Burung Perkutut hingga Beromzet Jutaan Rupiah

Dalam memproduksi lanting, Siti Fatimah masih menggunakan alah tradisional yang sangat sederhana. Kesulitan dan kegigihannya dalam bekerja lahan yang membuat ibu 5 anak ini sukses berbisnis Lanting.

"Ya kita pakai alat yang ada aja, namanya juga di desa," kata Siti.

Siti Fatimah menjelaskan, proses pembuatan lanting sebenarnya sederhana. Bahan utama yang dibutuhkan adalah singkong yang banyak ditemukan di wilayah Desa Brunosari dan sekitarnya.

Proses pembuatan lanting di rumah produksi milik Siti Fatimah di Desa Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.KOMPAS.com/BAYU APRILIANO Proses pembuatan lanting di rumah produksi milik Siti Fatimah di Desa Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Proses pembuatan diawali dengan mengupas ketela, lalu dicuci bersih. Setelah itu, ketela digiling dengan kunyit untuk menghasilkan warna kuning yang alami tanpa bahan pewarna sintetis. Lanting buatan Siti Fatimah juga tidak memakai pengawet sehingga aman dikonsumsi oleh semua kalangan.

"Setelah singkong dihaluskan, dilanjutkan dengan memerasnya hingga tidak mengandung larutan air. Setelah itu singkong ditiriskan, lalu dikukus kurang lebih 10-15 menit," ujar Siti.

Baca juga: Mengulik Tren Bisnis Thrifting di Purworejo, Bertahan di Kalangan Millenial

Selesai dikukus, singkong lalu digiling lagi dan dicetak supaya membentuk seperti mi dengan ukuran besar. Kemudian dibentuklah gilingan singkong tadi membentuk bulat dengan tangan.

"Setelah dibentuk lanting mentah tersebut lalu di goreng hingga kering dan kita kemas sesuai permintaan pelanggan," pungkas Siti.

Azizah, salah satu pembeli mengatakan, lanting kuning buatan Siti Fatimah memang terkenal enak dan cocok untuk camilan. Ia mengaku sering membeli lanting kuning buat oleh-oleh saat melewati Bruno.

"Lumayan enak, saya beli Lanting biasanya buat oleh-oleh orang rumah, semua suka Lanting buatan Bu Fatimah," kata Azizah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

5 Ide Produk Inovatif, Unik dan Anti Mainstream dari Bahan Susu

5 Ide Produk Inovatif, Unik dan Anti Mainstream dari Bahan Susu

Training
Menteri UKMKM Dukung PNM Berdayakan 15 Juta Perempuan Pengusaha UMKM

Menteri UKMKM Dukung PNM Berdayakan 15 Juta Perempuan Pengusaha UMKM

Program
Menteri UMKM Meminta Pengusaha UMKM Adopsi Teknologi Digital

Menteri UMKM Meminta Pengusaha UMKM Adopsi Teknologi Digital

Program
Manfaat Teknologi Digital CRM untuk Bisnis, Simak Pengalaman Seed Paper Indonesia

Manfaat Teknologi Digital CRM untuk Bisnis, Simak Pengalaman Seed Paper Indonesia

Training
Seed Paper Indonesia, Jaga Lingkungan dan Berdayakan Masyarakat

Seed Paper Indonesia, Jaga Lingkungan dan Berdayakan Masyarakat

Training
Cerita Rizka Fadilla, Buat Kertas Bibit Pohon dari Limbah Kertas

Cerita Rizka Fadilla, Buat Kertas Bibit Pohon dari Limbah Kertas

Jagoan Lokal
6 Ide Bisnis Mudah Bermodal Uang Pesangon untuk Karyawan yang Terkena PHK

6 Ide Bisnis Mudah Bermodal Uang Pesangon untuk Karyawan yang Terkena PHK

Training
WamenKop: Koperasi Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Jeratan Rentenir

WamenKop: Koperasi Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Jeratan Rentenir

Training
5 Ide dan Peluang Binsis Produk Skincare dari Susu Sapi

5 Ide dan Peluang Binsis Produk Skincare dari Susu Sapi

Training
Olah Limbah Jadi Mainan Anjing, Warga Purworejo Sukses Ekspor Produk Ke Belgia

Olah Limbah Jadi Mainan Anjing, Warga Purworejo Sukses Ekspor Produk Ke Belgia

Program
Tantangan dan Strategi Tarunira Mendorong Digitalisasi Petani Lontar

Tantangan dan Strategi Tarunira Mendorong Digitalisasi Petani Lontar

Training
Kisah I Komang Sukarma, Berdayakan Petani Lontar di Karangasem Melalui Tarunira

Kisah I Komang Sukarma, Berdayakan Petani Lontar di Karangasem Melalui Tarunira

Jagoan Lokal
Pemerintah Jadikan KSUKB Bank Nagari sebagai Role Model Holdingisasi Koperasi

Pemerintah Jadikan KSUKB Bank Nagari sebagai Role Model Holdingisasi Koperasi

Training
iFortepreneur 2024 Dorong Transformasi Digital UKM Indonesia

iFortepreneur 2024 Dorong Transformasi Digital UKM Indonesia

Program
Cerita Ryan, Berbisnis Helm Anak Berawal dari Rasa Peduli

Cerita Ryan, Berbisnis Helm Anak Berawal dari Rasa Peduli

Jagoan Lokal
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau