MALANG, KOMPAS.com - Di rumah Muhammad Rizky Fatchurozy (25) yang berada di Jalan Ir Rais Gang 14, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang terdapat ratusan koleksi radio lawas. Beragam merk dan jenis radio tabung serta transistor buatan tahun 1900-an tertata rapi.
Kegemaran Ozy sapaan akrabnya mengoleksi benda kuno itu mengikuti jejak dari ayahnya, Muhammad Cholil. Ayahnya yang dikenal dengan sapaan Bang Ho sudah malang melintang di dunia barang antik.
"Bapak saya itu mulai koleksi radio-radio ini sekitar tahun 1996, sempat numpuk terus dirombengkan, kemudian bapak saat tahun 2006 itu berpikir kok ternyata ketika radio-radio ini ditata rapi kelihatan bagus, mulai ada yang tertarik juga dari kolektor," kata Ozy pada Selasa (7/2/2023).
Baca juga: Pecinta Alam Kian Menjamur, Ini Tips Jalankan Bisnis Rental Alat Pendakian
Selain radio lawas, dia juga mengoleksi alat pemutar musik seperti fonograf hingga gramofon. Saat ini untuk radio, Ozy total memiliki sekitar 160 unit. Ada radio buatan dari negara seperti Perancis, Jerman, Amerika dan lainnya.
"Itu belum yang di tukang servis masih ada 38, kalau koleksi macam-macam, radio tabung itu ada dari Jerman merknya Telefunken keluaran tahun 1944. Ada radio Philips, Kompas itu tahun 1947, kalau radio transistor ada yang mulai keluaran tahun 1967," katanya.
Radio-radio lawas itu didapatkan dari luar negeri dan Indonesia. Biasanya ada saja orang-orang yang menawarkannya untuk membeli dengan komunikasi lewat WhatsApp dan Facebook. Selain itu, Ozy sering mengikuti lelang secara online untuk mendapatkan barang-barang antik itu.
"Saya itu sekarang lebih senang dapat barang dari luar negeri lewat lelang, harganya lebih murah, pernah dapat harga Rp 300.000 tapi setelah masuk ke Indonesia kena pajak jadi Rp 1.200.000. Tapi jujur, kalau barangnya rusak, uang kembali. Pernah juga kalau enggak salah dapat 19 radio harganya cuma Rp 14 juta," katanya.
Berawal dari mengoleksi, radio lawas dan alat pemutar musik yang ada di galerinya ini juga diperjualbelikan. Harganya bisa sampai belasan juta rupiah. Banyak kolektor dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara yang berburu.
"Kalau sekarang memang kebanyakan orang yang cari radio lawas rata-rata mayoritas kolektor. Ada dari Brunei ya carinya ke sini, kebanyakan memang seperti orang yang punya (berada). Saya ini juga koleksi piringan hitam, itu orang Malaysia carinya kesini. Ada juga yang cari koin lawas, tapi ya enggak tentu, kadang sebulan sekali baru dibeli orang," katanya.
Untuk perawatan benda-benda lawas itu terbilang gampang-gampang susah. Sebab, saat ini untuk tukang servis dan suku cadang radio lawas di Kota Malang sudah mulai jarang ditemui.
"Perawatan biasa, seperti dibersihkan pakai kuas halus luar dan dalam, kemudian minimal satu bulan sekali dipanasi maksudnya radio ini harus kena setrum, kalau lama mangkrak ya rusak. Kalau gramofon jangan lupa diberi minyak Singer di mesinnya," katanya.
Baca juga: 5 Peluang Bisnis di Sektor Pendidikan yang Layak Dicoba
"Kendalanya tukang servis itu mulai jarang penerusnya, enggak banyak di Kota Malang, spare part (suku cadang) itu juga sulit carinya, kalau di Jogja masih banyak tapi lebih mahal," tambahnya.
Di sisi lain, galerinya itu juga sering didatangi anak-anak sekolah dan mahasiswa dari perguruan tinggi untuk belajar barang-barang antik.
"Mahasiswa UM atau siswa SMK Telkom itu rutin tiap tahun itu datang ramai-ramai ke rumah. Entah itu cuman ingin edukasi atau sewa untuk peraga di kampus atau sekolahnya," katanya.
Selama menekuni barang-barang kuno ini, tak dimungkiri Ozy, bahwa dirinya banyak belajar dari ayahnya. Bahkan, kini ia pun tak kesulitan untuk membedakan antara radio yang asli maupun palsu.
"Sebenarnya kalau radio itu dari luarnya sudah bisa dilihat asli atau enggaknya, kan ada merknya, bentuknya seperti apa, mesin juga harus dilihat. Ya rugi pernah, orang jual ke saya bilangnya barangnya kondisi bagus, itu radio, dari Sidoarjo tahun 2010 waktu itu, tapi setelah dibeli ternyata speakernya jebol, harus teliti memang," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.