Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hobi Berburu Radio Lawas, Rizky Sukses Berbisnis Barang Antik

Kompas.com, 7 Februari 2023, 14:05 WIB
Nugraha Perdana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Di rumah Muhammad Rizky Fatchurozy (25) yang berada di Jalan Ir Rais Gang 14, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang terdapat ratusan koleksi radio lawas. Beragam merk dan jenis radio tabung serta transistor buatan tahun 1900-an tertata rapi.

Kegemaran Ozy sapaan akrabnya mengoleksi benda kuno itu mengikuti jejak dari ayahnya, Muhammad Cholil. Ayahnya yang dikenal dengan sapaan Bang Ho sudah malang melintang di dunia barang antik.

"Bapak saya itu mulai koleksi radio-radio ini sekitar tahun 1996, sempat numpuk terus dirombengkan, kemudian bapak saat tahun 2006 itu berpikir kok ternyata ketika radio-radio ini ditata rapi kelihatan bagus, mulai ada yang tertarik juga dari kolektor," kata Ozy pada Selasa (7/2/2023).

Baca juga: Pecinta Alam Kian Menjamur, Ini Tips Jalankan Bisnis Rental Alat Pendakian

Selain radio lawas, dia juga mengoleksi alat pemutar musik seperti fonograf hingga gramofon. Saat ini untuk radio, Ozy total memiliki sekitar 160 unit. Ada radio buatan dari negara seperti Perancis, Jerman, Amerika dan lainnya.

"Itu belum yang di tukang servis masih ada 38, kalau koleksi macam-macam, radio tabung itu ada dari Jerman merknya Telefunken keluaran tahun 1944. Ada radio Philips, Kompas itu tahun 1947, kalau radio transistor ada yang mulai keluaran tahun 1967," katanya.

Radio-radio lawas itu didapatkan dari luar negeri dan Indonesia. Biasanya ada saja orang-orang yang menawarkannya untuk membeli dengan komunikasi lewat WhatsApp dan Facebook. Selain itu, Ozy sering mengikuti lelang secara online untuk mendapatkan barang-barang antik itu.

"Saya itu sekarang lebih senang dapat barang dari luar negeri lewat lelang, harganya lebih murah, pernah dapat harga Rp 300.000 tapi setelah masuk ke Indonesia kena pajak jadi Rp 1.200.000. Tapi jujur, kalau barangnya rusak, uang kembali. Pernah juga kalau enggak salah dapat 19 radio harganya cuma Rp 14 juta," katanya.

Jual-Beli Barang Antik

Berawal dari mengoleksi, radio lawas dan alat pemutar musik yang ada di galerinya ini juga diperjualbelikan. Harganya bisa sampai belasan juta rupiah. Banyak kolektor dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara yang berburu.

"Kalau sekarang memang kebanyakan orang yang cari radio lawas rata-rata mayoritas kolektor. Ada dari Brunei ya carinya ke sini, kebanyakan memang seperti orang yang punya (berada). Saya ini juga koleksi piringan hitam, itu orang Malaysia carinya kesini. Ada juga yang cari koin lawas, tapi ya enggak tentu, kadang sebulan sekali baru dibeli orang," katanya.

Untuk perawatan benda-benda lawas itu terbilang gampang-gampang susah. Sebab, saat ini untuk tukang servis dan suku cadang radio lawas di Kota Malang sudah mulai jarang ditemui.

"Perawatan biasa, seperti dibersihkan pakai kuas halus luar dan dalam, kemudian minimal satu bulan sekali dipanasi maksudnya radio ini harus kena setrum, kalau lama mangkrak ya rusak. Kalau gramofon jangan lupa diberi minyak Singer di mesinnya," katanya.

Baca juga: 5 Peluang Bisnis di Sektor Pendidikan yang Layak Dicoba

"Kendalanya tukang servis itu mulai jarang penerusnya, enggak banyak di Kota Malang, spare part (suku cadang) itu juga sulit carinya, kalau di Jogja masih banyak tapi lebih mahal," tambahnya.

Di sisi lain, galerinya itu juga sering didatangi anak-anak sekolah dan mahasiswa dari perguruan tinggi untuk belajar barang-barang antik.

"Mahasiswa UM atau siswa SMK Telkom itu rutin tiap tahun itu datang ramai-ramai ke rumah. Entah itu cuman ingin edukasi atau sewa untuk peraga di kampus atau sekolahnya," katanya.

Selama menekuni barang-barang kuno ini, tak dimungkiri Ozy, bahwa dirinya banyak belajar dari ayahnya. Bahkan, kini ia pun tak kesulitan untuk membedakan antara radio yang asli maupun palsu.

"Sebenarnya kalau radio itu dari luarnya sudah bisa dilihat asli atau enggaknya, kan ada merknya, bentuknya seperti apa, mesin juga harus dilihat. Ya rugi pernah, orang jual ke saya bilangnya barangnya kondisi bagus, itu radio, dari Sidoarjo tahun 2010 waktu itu, tapi setelah dibeli ternyata speakernya jebol, harus teliti memang," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau