KOMPAS.com - Para perajin batik canting di Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengalami kenaikan permintaan didorong oleh permintaan pesanan untuk sekolah SD, SMP dan pemilik butik.
Kenaikan pesanan salah satunya dirasakan oleh pelaku usaha batik canting merek Pradana di Bojongleles Kabupaten Lebak, Umsaro (50). Saat ini, dia sedang mengerjakan pesanan sebanyak 100 kain bantik yang masing-masing berukuran 2x3 meter.
Dibantu oleh para pekerja, Umsaro berupaya memenuhi permintaan agar konsumen tidak kecewa.
Baca juga: Penting sebagai Identitas Usaha, Pemkab Biak Numfor Dorong Pelaku UMKM Daftarkan Merek Dagang
"Kami sekarang kewalahan menerima pesanan konsumen dibandingkan tiga tahun lalu dilanda COVID-19 tidak menghasilkan omzet pendapatan, bahkan semua karyawan dirumahkan," kata Umsaro (50) sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (15/2/2023).
Umsaro menuturkan, permintaan batik sejak setahun terakhir ini relatif baik dan banyak pesanan dari sekolah-sekolah, instansi pemerintah daerah, BUMD, BUMN, pemilik butik juga desainer busana dan masyarakat umum.
Membaiknya permintaan konsumen itu para pelaku usaha batik canting di Kabupaten Lebak kembali menggeliat dan menggulirkan perekonomian masyarakat setempat juga menyerap lapangan pekerjaan.
Konsumen tertarik batik canting itu karena memiliki 12 motif juga unik dibandingkan dengan batik lain di Tanah Air.
Adapun 12 motif antara lain motif Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Angklung Buhun, Kalimaya, dan Sadulur.
Motif itu dinilai unik karena menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam. Karena itu, batik canting didominasi gambar lukisan alam, seperti huma serta juga rumah pangan atau leuit.
"Kami merasa terbantu dengan meningkatnya permintaan konsumen sehingga kembali menyerap tenaga kerja, " katanya menjelaskan.
Umsaro mengatakan saat ini omzet pendapatan meningkat hingga mencapai Rp 250 juta per bulan dibandingkan pandemi COVID-19 itu tidak menghasilkan omzet.
Adapun harga batik canting produksinya rata-rata Rp125.000 dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp 700.000 per kain.
"Kami bekerja keras agar konsumen tidak kecewa dan semua permintaan dari perusahaan bisa terpenuhi, " kata Umsaroh yang juga berprofesi Guru SD itu.
Begitu juga perajin batik Lebak lainnya, Dedi. Dia mengaku saat ini permintaan konsumen meningkat tajam dari sebelumnya sehingga omzet ikut naik dari Rp 3 juta per bulan menjadi Rp 20 juta per bulan.
Kebanyakan permintaan batik itu melalui jejaring internet secara online yang menjadi andalan, bahkan siang tadi mengirim pesanan ke wilayah Serang.
Baca juga: Cengkeh Hasil Produksi Petani Sulsel Diekspor ke Pasar Timur Tengah