"Tidak ada persyaratan apapun bagi UMKM yang akan menjadi mitra Talok Go. Tinggal bilang ke kami saja, nanti langsung dimasukkan," ujarnya.
Sementara untuk driver yang mengantarkan pesanan pelanggan, Evan Helga memberdayakan pemuda setempat yang tergabung dalam organisasi desa, Karang Taruna.
"Pada masa pandemi kan juga banyak pemuda Karang Taruna Desa Talok yang mengalami perampingan dari tempat kerjanya. Sehingga kami tarik bergabung dengan Talok Go," katanya.
Saat ini, aplikasi besutan Evan tersebut sudah direplikasi oleh beberapa desa di Indonesia, serta instansi Pemerintah di Tanzania.
"Di Tanzania aplikasinya diberi nama Appa Faster. Fungsinya sama dengan Talok Go. Hanya saja aplikasinya di sana saya bikin berbasis Android dan iOS, sesuai permintaan mereka," pungkasnya.
Fiyan Fikri, pemilik kedai kopi Sipah pun mengaku cukup terbantu dengan adanya aplikasi Talok Go. Sebab, dengan adanya aplikasi tersebut, pelanggan yang ingin membeli kopi tidak harus datang ke kedainya.
"Otomatis penjualan kami pun ada peningkatan, sekitar 20 persen," tuturnya.
Selanjutnya, ia berharap sosialisasi aplikasi itu lebih digalakkan lagi kepada masyarakat, agar penggunanya lebih banyak lagi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang