Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Kegelisahan, Naning Mulai Bisnis Oleh-oleh Berbahan Kain Perca

Kompas.com - 07/03/2023, 20:00 WIB
Rheina Arfiana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tak adanya oleh-oleh di Jambi tahun 2009, Sheika Hatning Triesyareni (54) kemudian membuat tas kain perca dengan merek Ikomanobe. Akrab disapa Naning, ia memang gemar membuat kerajinan tangan. 

Naning suka berpindah-pindah tempat karena mengikuti orangtua dan suami yang bertugas sebagai dokter.

Saat di Jambi tak menemukan oleh-oleh untuk dibawa. Berbeda saat dirinya pergi ke Yogyakarta atau Bandung, selalu ada yang dibawa dari sana.

Sebelumnya, Naning memiliki usaha katering. Ia sendiri tak terpikirkan untuk usahanya. Namun, dirinya selalu ingat perkataan almarhum suaminya yakni "Kenapa tidak menjahit lagi?"

Baca juga: Kresek Project, Bisnis Kerajinan Tangan dari Daur Ulang Sampah Kresek

Akhirnya, Naning meneruskan jahit dan berpikir untuk membuat sesuatu. Tadinya, Naning memakai batik Jawa dan perca-perca. Namun, ia merasa tak mengangkat sesuatu yang berasal dari Jambi. Akhirnya, ada batik Jambi yang cocok dan diangkat.

Suami Naning ditugaskan di daerah terpencil di Jambi. Di sana, Naning melihat ada upacara adat dan baju-bajunya yang dinilai keren. Dari sanalah, Naning terinspirasi untuk mengangkat baju-baju adat asal Jambi.

“Pertamanya tas dan dompet dari perca semua bukan varian anyaman. Terus karena Jambi ada yang harus keliatan besar akhirnya, dibuat tas sekulu. Pertama Namanya tas sekulu, tas yang ada wajah ditutupin kepalanya,” kata Naning saat ditemui Kompas.com di sela-sela acara Inacraft di Jakarta, Jumat (3/3/2023).

“Itu namanya penutup kepala wanita Melayu dari batik Jambi, cara menutupnya macam-macam. Biasanya dipakai untuk acara adat,” jelasnya.

Di bawah bendera Ikomanobe, Naning menciptakan tas, dompet, dan boneka dengan mengangkat cerita, adat istiadat, budaya, tarian, upacara adat, dan kendurinya Jambi.

“Sekarang varian ada dari anyaman dan tetap diaplikasikan dengan perca-perca dan wajah boneka. Wajah boneka berseri, diambil dari seri senyum dan wajah wanita Indonesia,” kata Naning.

“Jadi, menggambarkan semua keindahan wanita Indonesia. Sempat ditanya kenapa perempuannya memiliki bahu lebar dan leher besar alasannya karena wanita dan ibu Indonesia kuat, di bahu menahan semua beban,” jelasnya.

Ia mengungkap, kekuatan produk dari story telling. Makanya selalu menyebut tas yang dibuat bercerita. Tak main-main, Naning membuat story telling dilakukan survei dulu sampai mendatangi desa.

Baca juga: Cerita Heri Roe Rintis Usaha Handbag dari Kain Tradisional Indonesia

Akhirnya, story telling membuat brand Ikomanobe lebih dikenal karena orang yang mencari produk ini sebenarnya mencari story telling.

Kisah Naning Memulai Usaha Ikomanobe dari Kain Percadok.pribadi Kisah Naning Memulai Usaha Ikomanobe dari Kain Perca

Saat ditanya soal modal, Naning mengaku hanya Rp50.000 saja dari uang belanja karena mencari perca dengan keliling ke tukang penjahit.

Kain dibeli, dibersihkan, diberi pewangi, disertrika lalu dipisah-pisahkan jenisnya, warnanya, sebelum dipakai supaya hasilnya bagus.

Jadi, dari awal proses saja kualitas sudah diperhatikan. Usaha berkembang jadi, modal kembali, dan bahkan bertambah.

Dari hasil usahanya, Naning meraup omzet mulai dari Rp5-20 Juta. Baginya, berbisnis tak selalu mencari uang, melainkan kepuasan batin.

Baca juga: Keewa, Bisnis Sepatu Kulit asal Yogya yang Menembus Pasar Luar Negeri

Promosi usahanya dilakukan dengan cara menghubungi teman yang memiliki tempat oleh-oleh untuk meletakkan produk di san. Naning pun bergabung dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), dan mengikuti pameran-pameran.

“Orang kalau melihat produk saya harus langsung jatuh cinta karena tidak mau ditolak, cinta nggak mau ditolak. Jadi, dibuat yang bagus dan indah, kualitas diperhatikan dan bahan-bahan berpengaruh, jadi memakai kain dan anyaman yang bagus,” kata Naning.

Ia berharap Jambi jadi perhatian pemerintah. Dengan bantuan pemerintah, para perajin bisa meningkatkan kepercayaan diri lewat pameran.

Baca juga: Mengenal Digital Marketing, Strategi Pemasaran Kekinian bagi UMKM

“Sebenarnya ingin kedepannya pemprov yang perhatian ke teman-teman pengrajin karena mereka jarang diajak pameran, biar mereka tahu pameran seperti ini untuk meningkatkan kualitas mereka selanjutnya kalau banyak yang mandiri seperti kami pemerintah juga ikut senang,” jelas Naning.

“Ada yang diajak pengrajin, tapi tidak banyak dan banyak sekali yang tidak mendapatkan kesempatan seperti saya. Tapi juga berbalik, pengrajin juga harus meningkatkan kualitas produksi. Tapi kalau mereka tidak pernah tahu, enggak bisa karena aku belajar banyak dari Inacraft dan pameran lainnya,” pungkas Naning.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau