Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kustalani, Pertahankan Bisnis Batik Tubo Ternate meski Diterpa Pandemi

Kompas.com - 21/03/2023, 14:00 WIB
Zalafina Safara Nasytha,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comBatik merupakan warisan lokal Indonesia yang juga menjadi identitas khusus bagi masyarakat Indonesia.

Berasal dari daerah atau kota berbeda menjadikan setiap batik memiliki keunikan motif, warna, dan filosofi yang berbeda-beda.

Kustalani Syakir (44) selaku pemilik Brand Batik Tubo Ternate memperkenalkan Batik khas Ternate miliknya yang diberi nama Batik Tubo.

Baca juga: Batik Lawasan Jawi Kinasih Andalkan Pameran untuk Raup Cuan

“Tubo sendiri merupakan salah satu kampung tertua di Ternate, yang mana kampung ini termasuk ke dalam asal muasal Ternate. Kemudian Tubo juga sangat populer dari sisi keseniannya atau alat musik tradisional kota Ternate, yaitu Gala Tubo,” jelas Kustalani saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/3/2023).

Di samping itu, alasannya merintis Batik Tubo Ternate sejak tahun 2009 ini adalah karena melihat keterbatasan pemenuhan kebutuhan oleh-oleh khas Ternate. Kebanyakan produk oleh-oleh hanyalah berupa makanan.

Kustalani menyebutkan batik yang diproduksinya terdiri dari dua jenis, yakni batik cap dan batik tulis.

Baca juga: OJK Beri Edukasi Keuangan untuk UMKM Ciamis

“Dalam prosesnya itu kita ada dua ya, batik cap dan batik tulis. Nah untuk motif-motifnya sendiri kita menggambarkan ciri khas dari Ternate, seperti biasanya itu kita pakai endemik-endemik, kayak burung bidadari,” tutur Kustalani.

“Kebetulan kita juga masih merujuk pada Kesultanan Ternate, bermainnya warna kita itu ada pada merah, hitam, kuning, dan hijau,” tambahnya.

Proses Produksi Batik Tubo KustalaniDok. Pribadi Kustalani Proses Produksi Batik Tubo Kustalani

Tak hanya mengangkat ciri khas Ternate, Kustalini juga memanfaatkan 100 persen sumber daya lokal, baik para pekerja yang merupakan warga lokal maupun bahan pembuatan yang berasal dari Solo dan Pekalongan.

Sudah berjalan lebih dari 10 tahun, tentu bisnisnya tak selalu berjalan dengan mulus, terlebih lagi saat pandemi Covid-19 menyerang.

Baca juga: Manfaat Pencatatan Keuangan Bisnis untuk Pelaku Usaha Mikro

Kustalani terpaksa harus menutup dua dari tiga outlet miliknya dan memulangkan seluruh karyawan yang ia punya karena tidak bisa melanjutkan proses produksi batik seperti biasanya.

“Dulu itu sebelum Covid-19 saya punya karyawan 12 orang, kemudian Covid-19 datang, saya terpaksa harus memulangkan mereka ke rumah masing-masing. Jadi untuk bertahan pada saat itu saya akhirnya berdiri sendiri, saya produksi sendiri, saya juga yang jualin sendiri,” ucap Kustalani.

Ia mengungkapkan, pada saat itu ia membuat masker batik yang sebelumnya tidak pernah ia produksi dan ia menjualnya sendiri dengan menawarkannya di jalanan-jalanan. Mau tidak mau ia harus keluar dari zona nyaman untuk bisa mencari solusi dan bertahan.

Baca juga: Tips Sukses Berbisnis dari Importir Daging Beromzet Miliaran Rupiah

Tak hanya itu, Kustalani mengungkap adanya pandemi Covid-19 mempengaruhi tingkat pendapatan yang ia terima.

“Kalau sebelum Covid-19 itu kita bisa terima hingga Rp200 juta per tahunnya. Kemudian, setelah Covid-19 ini berpengaruh jadi ada penurunan juga sampai Rp100 juta. Jadi ya sekarang kita ini masih masa pemulihan gitu untuk bangkit kembali,” ujar Kustalani.

Kustalani dengan produk batik bermotif rempah khas TernateKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Kustalani dengan produk batik bermotif rempah khas Ternate

Halaman:

Terkini Lainnya

Bisnis Inklusif: Definisi, Imiplementasi, dan Ciri-Cirinya

Bisnis Inklusif: Definisi, Imiplementasi, dan Ciri-Cirinya

Training
Modern Trade dalam Bisnis Ritel: Karakteristik dan Keunggulannya

Modern Trade dalam Bisnis Ritel: Karakteristik dan Keunggulannya

Training
Ikut Lestarikan Lingkungan, Pelaku UMKM Perlu Kembangkan Model Bisnis Inklusif

Ikut Lestarikan Lingkungan, Pelaku UMKM Perlu Kembangkan Model Bisnis Inklusif

Program
Inovasi dalam Industri Batik, CV. Astoetik Buat Kompor Batik Listrik

Inovasi dalam Industri Batik, CV. Astoetik Buat Kompor Batik Listrik

Jagoan Lokal
Wamen UMKM Dorong Gen Z jadi Entepreneur Tangguh

Wamen UMKM Dorong Gen Z jadi Entepreneur Tangguh

Program
CEO Ini Ungkap Peluang dan Tantangan Industri Produk Kecantikan Indonesia

CEO Ini Ungkap Peluang dan Tantangan Industri Produk Kecantikan Indonesia

Training
Apa yang Penyebab Merek China Bisa Dominasi Pasar Lokal Saat Ini?

Apa yang Penyebab Merek China Bisa Dominasi Pasar Lokal Saat Ini?

Training
CEO Hypefast: 6 dari 10 Orang Indonesia Tak Bisa Bedakan Produk Indonesia atau China

CEO Hypefast: 6 dari 10 Orang Indonesia Tak Bisa Bedakan Produk Indonesia atau China

Program
Kementerian UMKM Akan Buat Super Apps 'Sapa UMKM'

Kementerian UMKM Akan Buat Super Apps "Sapa UMKM"

Program
 Perpanjangan PPh Final 0,5 Persen, Menteri UMKM Sebut Sudah Sepaham dengan Menteri Keuangan

Perpanjangan PPh Final 0,5 Persen, Menteri UMKM Sebut Sudah Sepaham dengan Menteri Keuangan

Training
Menteri UMKM Minta PPh Final 0,5 Persen untuk UMKM Diperpanjang

Menteri UMKM Minta PPh Final 0,5 Persen untuk UMKM Diperpanjang

Program
Menteri UMKM Sebut Judi 'Online' Jadi Biang Kerok Turunnya Daya Beli Masyarakat

Menteri UMKM Sebut Judi "Online" Jadi Biang Kerok Turunnya Daya Beli Masyarakat

Training
Menteri UMKM Pastikan Program Entrepreneur Hub Dilanjutkan di Masa Pemerintahannya

Menteri UMKM Pastikan Program Entrepreneur Hub Dilanjutkan di Masa Pemerintahannya

Program
Penghapusan Utang 70.000 UMKM Tunggu Aturan Internal Bank Himbara

Penghapusan Utang 70.000 UMKM Tunggu Aturan Internal Bank Himbara

Program
Erick Thohir Sebut 50.000 UMKM Masuk Ekosistem Tender di Bawah Rp 15 Miliar

Erick Thohir Sebut 50.000 UMKM Masuk Ekosistem Tender di Bawah Rp 15 Miliar

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau