KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar perusahaan menerapkan Work From Home (WFH). Kewajiban WFH juga dirasakan oleh karyawan swasta, Huda Fitri Amalia (33) atau kerap disapa Ema.
Saat WFH, Ema punya banyak waktu luang lantaran tak perlu menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik) untuk pergi berangkat kerja.
Ema bercerita, dirinya memiliki kulit yang sensitif dan telah menggunakan sabun handmade cukup lama. Berbagai sabun handmade yang ia beli di marketplace telah dicoba.
Berangkat dari hal ini, akhirnya ia memutuskan untuk membuat sabun handmade sendiri karena merasa sabun tersebut digunakan untuk dirinya sendiri.
Baca juga: Dorong Siswa Berwirausaha, SMK Ini Berhasil Produksi Sabun Aroma Terapi
“Kemudian saya coba-coba nih membuat sendiri, meracik sendiri, mencari formulasi yang oke gimana. Nah karena waktu itu memang nggak punya niat untuk berjualan,” kata Ema ketika dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (23/5/2023).
“Jadi, masih saya bagi ke teman dan keluarga untuk mencoba, saya dikasih feedback dan akhirnya terus dikembangin. Dari sana, saya baru berani untuk menjual,” kata Ema.
Ia mengungkapkan, mulai berjualan sekitar bulan September tahun 2020 dan belum memiliki akun berjualan di marketplace. Pelanggan Ema hanyalah pelanggan yang mau dan tahu tentang bisnis ia saja.
Seiring berjalannya waktu, Ema mulai menggunakan platform marketplace dan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Lemon8 untuk membuat konten.
Baca juga: Kisah Noffa Fauziah, Ciptakan Produk Sabun Ramah Lingkungan
Akhirnya, sabun handmade yang bermerek Soap By Ems menjadi bisnis sampingan. Sabun yang ia buat menggunakan plant base oil seperti olive oil, coconut oil, dan sun flower yang dicampur bahan lain seperti madu, oatmeal, kopi dan lainnya.
Selain itu, sabun handmade yang dibuat memiliki daya penyimpanan selama satu tahun setelah disesuaikan dengan kelembaban Indonesia.
Ema mengerjakan bisnis sabun handmade bersama suaminya. Ema sendiri di bagian produksi dan suami di bagian pengemasan dan hal lainnya.
Ketika ditanya masalah modal, Ema mengaku mengeluarkan uang sekitar Rp1 juta dari tabungan untuk membeli bahan-bahan dan peralatan.
Baca juga: Belajar Manfaatkan Komoditas Daerah, Siswa SMK Ini Hasilkan Sabun Aroma Terapi
“Untuk pendapatan selama satu bulan sebesar Rp4 juta dan bersihnya sebesar Rp 2,5 juta sampai Rp3 juta karena memang saya belum bisa menerima banyak pesanan,” jelas Ema.
Hal yang membedakan produk sabun handmade dengan produk para pesaing adalah dirinya memberikan kesempatan pelanggan untuk mendesain dan memilih warna sendiri.
Untuk suvenir sabun, pelanggan bisa menyesuaikan dengan tema acaranya. Selain itu, sabun handmade lebih ramah lingkungan.
"Sabun handmade ini menariknya kita bisa sesuaikan bahan yang kita masukan. Untuk bahan sekarang saya pakai bahan-bahan natural. Misalnya ingin membuat sabun yang lebih melembabkan, saya tambahkan oatmeal dan almond milk,” jelas Ema.
Target pasar sabun handmade ini adalah wanita yang berumur 18 sampai 40 tahun. Sejauh ini sudah mengirimkan produk ke berbagai kota seperti Kalimantan dan Medan.
Ema berharap bisa memperbesar skala produksi bisnis sabun handmade miliknya, memiliki workshop dan studio sendiri, menambah pekerja, dan membuat produk handmade lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya