Iklan advertorial biasanya muncul di media cetak, seperti koran, majalah, tabloid dan sebagainya dalam bentuk artikel. Dimana dalam penyajiannya, artikel tersebut menerapkan gaya jurnalistik.
Meskipun dibuat dengan bahasa jurnalistik, isi artikel tetap berupa iklan yang tujuan utamanya untuk mengenalkan sesuatu.
Secara umum gaya bahasa dalam artikel advertorial bersifat persuasif atau mempengaruhi. Inilah mengapa, langkah ini menjadi salah satu strategi pemasaran offline yang cocok untuk kegiatan promosi secara halus. Untuk menerapkan jenis strategi ini, perusahaan hanya perlu menghubungi media yang ingin digunakan.
Kemudian, pihak media tersebut akan menyusun advertorial sesuai data yang telah disiapkan perusahaan. Pemasaran melalui publikasi media cetak sangatlah menguntungkan. Sebab, hal teknik ini mampu meningkatkan visibilitas brand, serta menunjukkan keahlian brand tersebut.
Baca juga: Ini Cara Digital Marketing dalam Meningkatkan Bisnis
Hingga saat ini, televisi masih menjadi media yang dapat diakses dengan mudah hampir oleh semua kalangan tanpa terkecuali. Jangan heran jika setiap konten yang disajikan pasti akan diakses dengan mudah oleh siapa saja, tak terkecuali iklan.
Inilah mengapa, promosi melalui media televisi termasuk salah satu jenis strategi pemasaran offline yang masih cukup efektif sampai saat ini. Namun, jangkauan audiens yang begitu luas jadi tantangan tersendiri ketika ingin menerapkan strategi tersebut.
Pasalnya, iklan yang dibuat harus bisa dipahami dengan mudah oleh seluruh audiens, baik dari kalangan bawah, menengah hingga kalangan atas. Bukan hanya itu, durasi tayangan iklan pun juga perlu diperhatikan. Mengingat tayangan iklan di televisi umumnya berdurasi cukup singkat.
Bisa dibilang, strategi pemasaran offline satu ini sifatnya mutualisme. Mengapa demikian? Ini karena strategi tersebut mampu membuat semua pihak yang terlibat dalam suatu acara diuntungkan. Mulai dari penyelenggara acara hingga perusahaan yang menjadi sponsor acara tersebut.
Dari sisi penyelenggara, mereka bisa mendapatkan suntikan dana yang dibutuhkan untuk menggelar acara. Sementara dari sisi perusahaan, mereka bisa mendapatkan keuntungan berupa promosi dari pihak penyelenggara.
Sebelum acara diselenggarakan, biasanya pihak penyelenggara akan mengajukan proposal perusahaan tertentu. Ketika proposal tersebut disetujui pihak perusahaan. Pihak penyelenggara biasanya akan menerima dana untuk penyelenggaraan acara yang dimaksud.
Nah, di dalam acara tersebut biasanya akan muncul logo perusahaan, baik di panggung, banner acara, kartu undangan dan sejenisnya.
Bisa dibilang, strategi pemasaran offline satu ini cukup berisiko. Bukan hanya dari segi biayanya yang cukup mahal, penggunaan brosur juga sangat rentan dirobek, rusak hingga hilang. Kendati demikian, masih banyak perusahaan yang masih setia menggunakan strategi pemasaran offline satu ini.
Alasannya karena strategi ini cocok digunakan untuk memberikan informasi singkat tentang perusahaan di acara-acara tertentu. Jadi, memang penggunaan brosur dalam strategi pemasaran offline ini tidak boleh sembarangan.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.