Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendorong Transformasi Desa menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

Kompas.com - 08/12/2023, 17:14 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda berencana ke Swiss dan punya itinerary berkeliling negara tersebut, cobalah nanti sesekali bertanya kepada warga di sana, di manakah tempat tinggal para orang kaya?

Hampir bisa dipastikan mereka akan menjawab menjawab, “Orang-orang kaya banyak tinggal di desa. Yang tinggal di kota hanyalah para pekerja.”

Memang tidak ada yang salah dengan jawaban tersebut. Perekonomian Swiss yang selama ini banyak disokong oleh jasa finansial dan manufaktur, pada dasarnya juga tidak bisa dilepaskan dari sektor pertanian dan peternakan.

Sektor pertanian dan peternakan di Swiss memiliki peran besar terhadap ekonomi di negara yang berada di Eropa tersebut. Banyak korporasi yang bergerak di sektor food and beverages yang beroperasi hingga skala global dengan mengambil bahan baku dari para pemasok di perdesaan.

Baca juga: Manfaatkan Potensi Desa, Kades di Sulsel Ini Berhasil Jual 500 Kg Gula Aren Sebulan

Tak hanya hasil pertanian, Swiss juga sudah lama terkenal dengan keindahan alamnya. Gunung-gunung dengan puncak yang ber salju, air terjun beserta hamparan padang rumput, di mana sapi-sapi bebas berkeliaran menjadi pemandangan yang jamak ditemui di setiap jengkal perdesaan Swiss.

Inilah yang membuat banyak wisatawan berdatangan ke Swiss. Mereka ingin menikmati suasana yang tenang dan indahnya pemandangan yang mungkin tidak bisa ditemui di negara lain.

Hal ini pula yang mendorong bisnis akomodasi dan hospitality tumbuh subur di berbagai tempat di kawasan perdesaan Swiss. Hotel, restoran, hingga resort yang ada di perdesaan pun ikut menyumbang ekonomi negara ini.

Karenanya, tidak salah jika perdesaan di Swiss adalah kawasan yang menjadi tempat tinggal orang-orang kaya. Tak hanya aset berupa tanah dan peternakan, industri pariwisata bergerak dan uang yang berputar di perdesaan pun tidak sedikit.

Beda Swiss Beda Indonesia

Sejenak kita lupakan Swiss dan sekarang beranjak ke Indonesia. Mengutip data BPS yang dirilis Maret 2023, secara persentase, penduduk miskin di perdesaan Indonesia lebih tinggi ketimbang perkotaan.

Secara persentase, penduduk miskin di desa mencapai 12,22 persen, sedangkan di kota 7,29 persen. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan juga lebih tinggi daripada perkotaan.

Tanpa melihat data BPS pun, sebenarnya kita sudah bisa membuat kesimpulan tentang bagaimana kondisi sosial dan ekonomi di kawasan perdesaan Indonesia.

Tidak bermaksud membanding-bandingkan sesuatu yang mungkin tidak apple to apple, karena Swiss adalah negara maju sedangkan Indonesia negara berkembang. Namun memang begitulah kenyataannya, bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan desa di Indonesia menjadi “sarang” kemiskinan.

Baca juga: Geliat Desa Srowo di Gresik menuju Kampung UMKM Kerupuk Ikan

Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan akses pelayanan publik serta menghadapi persoalan akses terhadap layanan finansial.

Berbagai keterbatasan tersebut pada akhirnya turut berdampak terhadap minimnya pemanfaatan potensi desa. Belum lagi, SDM yang ada di desa juga kurang memadai untuk bisa mengutilisasi potensi yang ada.

Optimisme yang Mulai Muncul Dari Desa

Belajar snorkeling dan menyelam di Umbul Ponggok Klaten.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Belajar snorkeling dan menyelam di Umbul Ponggok Klaten.
Mungkin kita ingat, di sekitaran tahun 2014-2016, banyak berseliweran di akun-akun medsos, orang-orang pamer foto sedang menyelam sambil berpose macam-macam. Ada yang sambil naik sepeda, naik becak, serta aktivitas lainnya dengan dikelilingi ikan berwarna-warni.

Halaman:

Terkini Lainnya

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jagoan Lokal
Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Training
Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Jagoan Lokal
Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Jagoan Lokal
UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

Program
Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Program
Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Jagoan Lokal
Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Program
Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Program
BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

Program
TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

Program
DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau