MALANG, KOMPAS.com - Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Prof. Dr. lr. Sukardi, MS memperkenalkan teknologi medan listrik berpulsa, bernama Pulsed Electric Field atau PEF.
Alat ini sebagai bagian dari teknologi baru untuk pengambilan bahan bioaktif atau ekstraksi.
Ekstraksi yang dimaksud yakni sumber kearifan lokal Indonesia, sebagai bahan baku industri wewangian, kecantikan, cita rasa dan obat.
Dia menyampaikan, bahwa bahan baku produk-produk tersebut sangat diminati dunia, karena memiliki kualitas yang spesifik dibanding negara lain.
Baca juga: CEO DANA Indonesia Paparkan Manfaat Teknologi Finansial bagi UMKM di WEF 2024
Namun, selama ini masih diekspor dalam bentuk bahan baku atau bahan setengah jadi, sehingga nilai tambah belum dirasakan oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
"Oleh pihak importir diambil senyawa bioaktifnya dan dimurnikan, sehingga nilai tambah mencapai 300-500 persen," kata Prof Sukardi pada Selasa (20/2/2024).
Dia menyampaikan, sebetulnya teknologi ekstraksi dan pemurnian bahan bioaktif ini sudah dapat dilakukan di dalam negeri, agar nilai tambah dapat ditingkatkan.
Namun, saat ini ekstraksi sebagai salah satu teknik pengambilan senyawa bioaktif masih dilakukan secara konvensional, sehingga efisiensi maksimum hanya 70 persen.
"Sedangkan teknologi PEF dapat meningkatkan rendemen sampai 100 persen, ini sangat menguntungkan bagi agroindustri," katanya.
Baca juga: 6 Alasan Pentingnya Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Usaha
Pemanfaatan teknologi modem PEF pada bahan agroindustri, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses ekstraksi senyawa bioaktif sebagai target dan memperoleh kualitas dan kuantitas yang maksimal atau setidaknya optimal.
"Harapannya alat ini bisa diterapkan kepada UMKM, dayanya sekitar 300-500 watt seperti setrika. Jadi efisiensinya, misal ekstraksi minyak atsiri itu secara konvensional 8 jam, dengan teknologi PEF bisa sekitar 4-6 jam," katanya.
Untuk penerapan teknologi PEF, dibutuhkan daya listrik di bawah 500 watt, namun dihasilkan luaran tegangan mencapai 25 kV, frekuensi 25 kHz dengan waktu hanya 10-30 menit.
Teknologi PEF ini, diterapkan sebelum ekstraksi senyawa bioaktif yang menjadi target, sehingga bagi agroindustri, pemakaian dayanya sangat murah.
Hasil ekstrak yang diperoleh dan efisiensi proses juga meningkat, hal ini sebagai salah satu karakteristik teknologi PEF dan merupakan ciri teknologi ramah lingkungan.
Baca juga: Akademisi Unbraw Usulkan Pemda Kembangkan Kambing Perah Melalui Teknologi Morfobiomol
Prof Sukardi menyebut, harga alat ini sekitar Rp 15 juta, tetapi menurutnya memiliki nilai guna di atas 5 tahun yang dapat menjadi nilai investasi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya