Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Yuli Astuti, Merintis Muria Batik Kudus demi Melestarikan Batik Tulis

Kompas.com - 02/03/2024, 19:07 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

“Masyarakat harus tahu proses pembuatan batik tulis atau cap. Harganya memang mahal, tapi kalau tahu prosesnya, pasti akan lebih mengharagai dijual dengan harga segitu. Masyarakat harus tahu perbedaannya dengan batik printing,” papar Yuli.

Upaya melestarikan batik tulis

Maraknya batik printing dan tak adanya generasi penerus batik tulis membuat Yuli khawatir, batik tulis akan segera punah.

"Penerus batik mentok pada generasi dua atau tiga. Karena itu saya terus mengedukasi masyarakat," ujarnya.

Untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, terutama anak muda, Yuli melakukan edukasi di media sosial. Ia melakukan live streaming untuk memberikan edukasi seputar batik, seperti mengenalkan canting dan lilin untuk membatik.

Di Kudus pun, usaha Yuli menjadi rujukan bagi orang-orang yang ingin mengetahui batik lebih dalam.

"Penelitian skripsi, tugas sekolah, banyak yang datang ke Muria Batik Kudus. Bahkan, kunjungan 100 hingga 200 orang ke sana untuk mengetahui proses pembuatan Batik. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak TK," tutur Yuli.

Yuli juga sering diminta mengajar cara pembuatan Batik di luar pulau Jawa, seperti Sulawesi, Sumatra, dan beberapa daerah lain. 

Di sisi lain, Muria Batik Kudus juga tak tutup mata dengan perkembangan fesyen. Mereka mengikuti perkembangan zaman, dengan membuat motif dan desain yang lebih modern untuk anak-anak muda.

“Kalau kontemporer harus update, kami kan ada segmen ready to wear dan segmen remaja. Untuk tekniknya juga bisa pake canting cap atau pake kuas dilukis. Untuk harga, kaos batik itu harganya sangat terjangkau."

Ke depannya, Yuli berharap semua pihak bisa ikut melestarikan batik tulis, termasuk pemerintah Indonesia. Dengan begitu, batik tulis tidak akan punah atau jatuh ke tangan negara lain.

Baca juga: 4 Inovasi Bisnis Batik yang Berpotensi Hasilkan Cuan

Menjadi binaan Pertamina

Sebelum diakui UNESCO, batik masih dianggap kuno dan belum berkembang, sehingga tak ada yang melirik apalagi mendukung.

Namun tahun 2009, batik tulis akhirnya diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Saat itu, Yuli ikut andil dalam rapat, peresmian, serta penandatanganannya.

Berkat kegigihannya dalam mempertahankan batik Kudus, usahanya direkomendasikan masuk dalam binaan Pertamina pada tahun 2017.

Diakui Yuli, ia mendapatkan banyak bantuan, termasuk mengikuti berbagai pameran tanpa biaya.

“Pertamina memberikan kami pembinaan dan pelatihan. Kami juga sering diikutsertakan dalam pameran, bahkan sampai diajak ke Malaysia untuk bisa memamerkan batik Kudus kita. Bagi saya ini sangat membantu,” ungkapnya.

Baca juga: 7 Tips Mengembangkan Bisnis Batik bagi Pemula

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau