Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal Dari Hobi, Dwi Kuntari Sukses Jalankan Bisnis Jamu Tradisional

Kompas.com - 03/05/2024, 16:20 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Jamu tradisional menjadi produk yang hingga saat ini memiliki banyak penggemar dan potensi pasar yang terbuka lebar.

Produsennya pun tak lagi para orang tua dan lanjut usia. Anak-anak muda banyak yang mulai menggeluti usaha jamu ini, baik sebagai hobi maupun kegiatan yang serius.

Salah satu anak muda yang menggeluti usaha jamu ini adalah Dwi Kuntari (31) dari Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah selaku pemilik brand "Jamu Deka".

Baca juga: Ketika Jamu Jadi Tumpuan Ekonomi Masyarakat...

Berawal dari hobi, wanita yang akrab dipanggil Deka ini kemudian memilih bisnis jamu sebagai pekerjaan utama setelah melihat peluang pasar yang cukup besar.

"Saya sejak kecil memang tertarik dengan jamu. Saat saya sakit, nenek sering membawakan jeruk nipis dan dicampur kecap. Dari situlah saya mulai senang membuat jamu," kata Deka saat ditemui di sela-sela pelatihan kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM di Magelang, Jumat (26/4/2024).

Deka mengungkapkan menjalankan bisnis jamu tak sekedar mencari uang. Ada hal lain yang juga menjadi misi dia yakni bisa turut melestarikan kearifan lokal serta memberdayakan perajin jamu lainnya.

Hal ini salah satunya terlihat dari upayanya menggandeng perajin jamu lain di kawasan Muntilan untuk memasok bahan baku serta yang sudah berupa racikan.

"Saya menggandeng mereka seiring dengan berkembangnya permintaan yang membuat saya kewalahan memenuhi pesanan sendiri," kata Deka.

Inovasi Produk

Ada berbagai produk yang sudah dihasilkan Dwi Kuntari. Tak kurang dari 16 jenis jamu baik berupa bahan kering, jamu cair, serta sirup minuman yang sudah diproduksinya di bawah bendera Jamu Deka.

Produk Jamu Deka berupa racikan yang siap minumDok Jamu Deka Produk Jamu Deka berupa racikan yang siap minum

Hal ini tidak lepas dari inisiatifnya untuk selalu membuat terobosan dan inovasi. Ketika para perajin lain terlalu fokus untuk menjual produk-produk racikan konvensional, Dwi Kuntari sudah menghasilkan varian baru yang dihasilkan dari bahan lain seperti wortel dan sayuran.

"Ketika saya mulai menjalankan usaha ini tahun 2016, saat itu hanya punya dua varian produk. Saya kemudian menambah lagi produk yang saya buat hingga akhirnya punya 16 varian. Saya memanfaatkan bahan wortel, tomat, dan lemon yang membuat jamu-jamu say aberbeda dari jamu lainnya," kata Deka.

Tak terbatas pada jamu, Dwi Kuntari juga memproduksi berbagai jenis minuman dengan memanfaatkan bahan baku tradisional, seperti halnya gula asem serta minuman beras kecur yang dikombinasikan dengan lidah buaya.

Baca juga: Dari Jualan Jamu, Jubaedah Mampu Hidupi Tiga PAUD Gratis di Karawang

Masing-masing produk yang dibuat, memiliki nama sendiri. Seperti halnya minuman beras kencur diberi label Belovera atau singkatan beras kencur aloe vera. Demikian pula untuk produk lain yang berupa gula dan asam diberi nama Gulas.

Dari upayanya membuat berbagai varian jamu baru serta keaktivannya menembus berbagai pasar, dia akhirnya bisa memperoleh pasar tersendiri. Tak hanya pembeli reguler, namun juga konsumen segmen premium.

Bahkan, produk-produk yang dibuat Dwi Kuntari sudah sampai ke Singapura dan Malaysia. Menurutnya, saat pandemi melanda, permintaan terhadap ramuan herbal mengalami kenaikan, sehingga produknya bisa masuk ke negara lain.

"Produk-produk jamu yang saya buat juga telah lolos kurasi dari Kemenparekraf," kata Dwi Kuntari. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Suadesa Festival 2025 Dorong Perputaran Ekonomi di Desa Karangrejo hingga Rp3 Miliar

Suadesa Festival 2025 Dorong Perputaran Ekonomi di Desa Karangrejo hingga Rp3 Miliar

Program
Kembangkan Ruang Ekonomi Baru, PGN Gelar Suadesa Festival di Borobudur

Kembangkan Ruang Ekonomi Baru, PGN Gelar Suadesa Festival di Borobudur

Program
Dana Indonesia Berdayakan UMKM Perempuan dan Penyandang Disabilitas

Dana Indonesia Berdayakan UMKM Perempuan dan Penyandang Disabilitas

Program
Rendang Buya, UMK Binaan PTBA yang Siap Mendunia

Rendang Buya, UMK Binaan PTBA yang Siap Mendunia

Jagoan Lokal
Yayasan Astra bersama Pemerintah Dorong Transformasi IKM Lokal

Yayasan Astra bersama Pemerintah Dorong Transformasi IKM Lokal

Program
Dorong Rantai Pasok Berkelanjutan, Yayasan Astra Tingkatkan Kapasitas IKM Nasional

Dorong Rantai Pasok Berkelanjutan, Yayasan Astra Tingkatkan Kapasitas IKM Nasional

Program
Desa Binaan IPB University Ekspor 36 Ton Pinang

Desa Binaan IPB University Ekspor 36 Ton Pinang

Training
Tokopedia-TikTok Gaet Ibu-Ibu di Makassar Hasilkan Uang dari Rumah

Tokopedia-TikTok Gaet Ibu-Ibu di Makassar Hasilkan Uang dari Rumah

Program
Dukung Industri Kreatif di Daerah, Pemerintah Bakal Bentuk Dinas Ekraf

Dukung Industri Kreatif di Daerah, Pemerintah Bakal Bentuk Dinas Ekraf

Program
YBDA Dampingi 13.000 UMKM, Fokus ke Manajemen dan Akses Pasar

YBDA Dampingi 13.000 UMKM, Fokus ke Manajemen dan Akses Pasar

Program
Jurus Tokopedia Genjot UMKM, Jagokan Produk Lokal hingga Beri Diskon Konsumen

Jurus Tokopedia Genjot UMKM, Jagokan Produk Lokal hingga Beri Diskon Konsumen

Training
Kisah Kegigihan Buruh Tani asal Malang hingga Punya Toko Sembako

Kisah Kegigihan Buruh Tani asal Malang hingga Punya Toko Sembako

Program
LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau