Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Jualan Jamu, Jubaedah Mampu Hidupi Tiga PAUD Gratis di Karawang

Kompas.com - 24/03/2024, 15:16 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidup di desa menuntut setiap orang memiliki kepekaan. Kebersamaan dan kepedulian menjadi satu hal yang tak bisa ditinggalkan oleh mereka yang tinggal di kawasan ini.

Hal ini pula yang dilakukan oleh Jubaedah, produsen kerupuk dengan brand Kerupuk Miskin serta pembuat jamu merek Mak Edah yang tinggal di dengan Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Di tengah kesibukannya membuat kerupuk dan jamu, Jubaedah punya mimpi besar bagi warga yang tinggal di desa ini, yakni setiap anak memiliki kesempatan belajar yang sama.

Baca juga: Jalankan Usaha "Kerupuk Miskin", Jubaedah Berdayakan Para Janda Lanjut Usia

Terdorong oleh mimpi tersebut, Jubaedah mendirikan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Anugerah”. Sekolah tersebut ditujukan bagi anak-anak di Desa Tanjung agar bisa mengakses pendidikan dan siap untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya.

“Saat ini total murid ada 56 anak yang saya bagi ke dalam tiga sekolah PAUD. Salah satu dari tiga PAUD tersebut kurikulumnya khusus, yakni PAUD Islami,” ujarnya saat ditemui Kompas.com, Kamis (21/3/2024).

PAUD Gratis

Para siswa tidak perlu membayar untuk bisa menikmati pengajaran di tiga PAUD yang dikelola Jubaedah. Sebabnya, dia yang membayar keperluan operasional PAUD. Termasuk dia sendiri yang menggaji para gurunya.

Jubaedah menggratiskan semua biaya tersebut, karena dia merasa cukup dengan apa yang sudah dia miliki. Sehingga, hasil dari usaha jamu tradisional dia alokasikan untuk membiayai operasional PAUD.

“Selain kerupuk, saya punya usaha pembuatan jamu. Setiap hari juga jualan jamu keliling. Jamunya untuk pegel dan linu. Alhamdulillah hasilnya lumayan. Berkeliling kampung dan pulang jam 08.00 pagi, saya bisa dapat Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Itu yang saya pakai untuk membiayai PAUD,” ungkapnya.

Baca juga: Prihatin dengan Kualitas Pendidikan, Penjual Bakso di Kota Batu Ini Dirikan Sekolah Alam

Tiga PAUD tersebut diasuh oleh lima guru, yang masing-masing mengajar 2-3 jam. Dalam sebulan para guru tersebut mendapat gaji dari Jubaedah sebesar Rp 400.000 per orang. Sehingga jika ditotal kebutuhan untuk gaji guru PAUD saja mencapai Rp 2 juta per bulan.

Meski tidak lulus SD, Jubaedah mengaku tidak merasa terbebani menanggung biaya operasional. Dia melihat bahwa pendidikan menjadi kebutuhan utama di desanya. Apalagi, tidak semua warga berkecukupan.

Dengan membebaskan biaya PAUD, dia berharap para ibu di Desa Tanjung memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak. Kepedulian tersebut salah satunya diharapkan dari kesediaan orang mengantarkan anak-anaknya bersekolah ke PAUD.

“Yang penting ada kemauan ibu-ibu mau mengantar anaknya sekolah. Tujuan saya itu. Yang penting anak-anak di desa kami sama rata dalam pendidikan. Anak-anak itu harus tahu mana yang baik dan mana yang buruk,” ungkapnya.

Jamu “Mak Edah”

Masyarakat bisa menikmati PAUD gratis di Desa Tanjung tidak lepas dari usaha jamu yang dijalankan oleh Jubaedah. Dirintis sejak tahun 2017, jamu dengan brand Mak Edah ini telah menjangkau wilayah lain di luar Desa Tanjung.

Jamu varian kunyit asem buatan JubaedahKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Jamu varian kunyit asem buatan Jubaedah

Beberapa varian yang dihasilkan di antaranya kunyit asam, teh herbal dengan campuran sereh, serta racikan lainnya.

Jamu dan racikan herbal tersebut dipilih sebagai salah satu usaha yang dijalankan Jubaedah karena sebelumnya dia adalah penjual jamu keliling.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau