Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalankan Usaha "Kerupuk Miskin", Jubaedah Berdayakan Para Janda Lanjut Usia

Kompas.com - 24/03/2024, 08:12 WIB
Bambang P. Jatmiko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Daerah produsen beras tidak selamanya terbebas dari ancaman rawan pangan. Demikian pula dengan Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Memasuki Desa Tanjung, mata akan disapa dengan hijaunya hamparan sawah. Petani hilir mudik di jalan-jalan desa yang tidak terlalu luas sambil mambawa alat pertanian.

Namun siapa sangka, desa yang menjadi tumpuan banyak orang karena sebagai pemasok beras ini, justru masuk kategori desa miskin dan desa rawan pangan pada tahun 2017. Karena predikat tersebut, pemerintah mendorong para warga di Desa Tanjung untuk mulai menjalankan usaha.

Baca juga: Hadapi Toko Ritel Modern, Pemilik Toko Kelontong Ini Terapkan Strategi Jitu

Tujuan mengembangkan wirausaha ini adalah untuk turut memberdayakan ekonomi. Uang yang berputar diharapkan bisa memberikan nilai tambah bagi perekonomian desa.

Dari sekian pelaku UMKM yang muncul di Desa Tanjung, ada nama Jubaedah sebagai salah satu pelaku usaha yang turut hadir guna membantu mendorong perekonomian warga desa.

Berbeda dari pelaku usaha lainnya, Jubaedah menjalankan usaha tak semata untuk memperoleh keuntungan, namun juga turut memberdayakan perempuan, terutama mereka yang berstatus janda dan masuk usia senja.

“Saya merekrut janda-janda lansia yang sudah tidak mampu bekerja di luar desa. Dengan bekerja, mereka tak lagi tergantung pada anak maupun saudaranya untuk bisa dapat uang,” kata Zubaedah, Kamis (21/3/2024).

Total ada 13 karyawan yang hampir seluruhnya adalah janda lanjut usia. Dengan bantuan para karyawannya itu, Jubaedah setiap hari memproduksi kerupuk yang diracik dari bahan tapioka serta dicampur dengan kencur dan bahan-bahan lainnya.

Bahan-bahan yang dicampurkan tersebut diperoleh dari pekarangan sekitar rumahnya. Dan, kerupuk tersebut diberi brand “Kerupuk Miskin”.

Nama “Kerupuk Miskin” dipakai karena dia terinspirasi dari daerahnya yang pernah masuk kategori desa miskin.

Baca juga: PNM Mekaar Salurkan Pinjaman Rp 4,3 Triliun ke UMKM di Bekasi

Produksi Berdasarkan Kondisi Kesehatan Karyawan

Rata-rata para karyawan yang dipekerjakan Jubaedah adalah para wanita yang berusia di atas 55 tahun. Tentu pada usia itu, kondisi fisik mereka sudah tidak sebugar dari waktu-waktu sebelumnya.

Jubaedah mengungkapkan, sering para karyawan yang bekerja merasa tidak sehat. Di lain hari, mereka juga tidak memungkinkan bekerja maksimal karena penyakit sedang kambuh.

Dari situ, dia menyadari bahwa memaksa para karyawan bekerja sesuai target, bukanlah sebuah tindakan yang bijak. Karena itu, dia tidak terlalu menargetkan karyawan untuk bekerja dengan target tertentu.

Para karyawan Jubaedah saat memproduksi Kerupuk MiskinKOMPAS.com/ Bambang P. Jatmiko Para karyawan Jubaedah saat memproduksi Kerupuk Miskin

Meski demikian, setidaknya dalam sehari para janda lansia tersebut mampu memproduksi kerupuk miskin hingga 21 kg.

“Saya selalu lihat kondisi para janda. Kalau mereka sanggup ya oke, tapi kalau sedang sakit ya disesuaikan. Tapi paling tidak mereka kuat untuk memproduksi hingga 21 kg dalam sehari. Dan jumlah ini yang selalu terjual,” ujarnya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau