JAKARTA, KOMPAS.com - Komoditas kopi saat ini tengah naik daun seiring dengan munculnya trend gaya hidup di masyarakat untuk mengonsumsi minuman ini.
Seiring dengan itu, masyarakat juga banyak yang mulai tertarik untuk menjalankan bisnis berbasis komoditas ini, mulai dari kopi kemasan hingga biji kopi yang sudah kering.
Di lereng Gunung Merbabu Kabupaten Magelang Jawa Tengah, tren berbisnis kopi juga mulai bergeliat. Salah satunya adalah yang dilakukan Paijo Madin (30) yang merintis usaha ini dengan mengusung brand Merapi Merbabu Coffee.
Ia pun memproduksi biji kopi mentah, kering, serta produk kopi bubuk yang siap dijual.
Namun, ada hal yang membedakan usaha yang dijalankan Paijo Madin dengan pelaku bisnis lain. Ya, bisnis yang dirintisnya itu tidak semata untuk mencari keuntungan, namun juga untuk menjaga kelestarian mata air di kawasan tersebut.
Baca juga: Cerita Yohanes Bangun Uncle Jo Coffee, Berawal karena Sering Meeting di Kedai Kopi
Saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (6/5/2024) Paijo Midin mengungkapkan bahwa sumber mata air yang berada di lereng Merbabu membutuhkan perhatian. Caranya, yakni dengan menanam tumbuhan agar keberadaan mata air tetap terjaga.
"Awal-awal aku mikir kalau mata air itu pasti akan habis. Dulu ada tumbuhan-tumbuhan yang seperti pohon beringin di sumber mata air, tapi ditebang soalnya ada masyarakat yang takut," tutur Paijo.
Penebangan tersebut dilakukan atas dasar keinginan seseorang yang memiliki lahan di dekat mata air.
Dari situ, Paijo mencoba menanam tumbuhan konservasi yang bisa menjaga mata air tersebut.
Baca juga: Kisah Jurasep Membangun Warung Kopi dengan Sentuhan Seni dan Budaya
"Pilihanku waktu itu cuma dua, antara alpukat atau kopi. Ternyata, kopi lebih bagus untuk menjaga mata air daripada alpukat," lanjutnya.
Paijo mengungkapkan dari situlah dia memutuskan menanam kopi untuk menjaga mata air. Dia mengatakan bahwa tanaman kopi lebih mampu menstabilkan debit mata air, dan membuat debit mata air bertambah.
"Untuk menstabilkan debit mata air itu lebih aman pakai tanaman kopi, karena konsumsi airnya enggak terlalu boros," ungkap Paijo.
Baca juga: Ingin Mendirikan Bisnis Kopi? Simak Tips dari Owner Kopi Legendaris Tjap Teko
Paijo menyebut bahwa konsumsi air alpukat lebih banyak ketimbang kopi. Bahkan, hampir sama dengan tanaman pinus.
Saat ini Paijo mampu memproduksi kopi secara rutin, yang dihasilkan dari lahan yang dimiliki keluarganya. Selain menjual dalam bentuk biji, dia juga memasarkan produknya dalam bentuk bubuk kopi kemasan.
Dia mengerjakan sendiri pemanenan, pemrosesan, hingga pengemasan kopi. Baginya, hal ini dilakukan agar kualitas kopi terjaga.
Seiring dengan, dia mengaku sedang memikirkan penanganan air sisa pengolahan kopi yang dihasilkan pada proses washing.
Baca juga: RINDU MU Coffee, Jajakan Kopi Berkualitas Coffee Shop dengan Gerobak Keliling
"Pascapanen, buah kopinya harus dicuci. Nah, air sisa cuci kopi inilah yang masih menjadi PR buat kami," ucapnya.
Paijo mengatakan bahwa dirinya masih terpikirkan soal limbah bekas cuci ini. Alasannya, limbah air bekas cuci tersebut memiliki pH yang rendah atau cenderung asam.
"Apalagi kan pH air limbah cuci ini rendah antara 2 sampai 2,5. Aku masih kepikiran ini bahaya enggak ya buat ekosistem. Apalagi kalau sudah diatas 1 ton," lanjut laki-laki dengan latar belakang otomotif tersebut.
Baca juga: Cerita Lilia Merintis Renaco, Ciptakan Olahan Kurma Coklat hingga Kopi
Meski demikian, Paijo tetap berusaha untuk tidak membiarkan limbah cuci ini mencemari sungai. Cara yang ia lakukan yaitu membiarkan limbah tersebut hingga kotorannya mengendap, lalu baru dibuang ke sungai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.