Setelah mendapatkan kayu atau ranting-ranting, langkah selanjutnya adalah dengan membakarnya dengan menggunakan metode pirolisis, yaitu di dalam tabung yang hampa akan udara. Semua pembakaran menimbulkan asap, begitu juga dengan produksi arang briket ini.
“Asapnya tentu tidak kami lepas begitu saja, karena akan merusak lingkungan. Kami mengubah asap itu menjadi asap cair, karena metode pirolisis yang kami lakukan,” jelas Rena.
Hasil pembakaran sampah yang telah menjadi arang kemudian ditumbuk menggunakan lumpung batu, kemudian diayak menggunakan saringan. Setelah menemukan bubuk yang halus dicampur dengan tepung kanji untuk proses perekatan.
“Setelah keras dipress dan dicetak, baru langkah terakhir dijemur di bawah terik matahari,” jelas Rena.
Seperti jargon Komunitas Briket Medan ‘Sampah Kita Menjadi Emas’, briket itu dapat dijual dan menghasilkan cuan tambahan bagi para ibu-ibu rumah tangga itu.
Mereka tidak perlu membeli bahan baku untuk menghasilkan briket yang layak jual dan bersaing di pasaran.
“Buang sampah itu bayar, tapi kalau kita bisa mengolahnya justru kita bisa dapat uang dari situ,” ujar Rena yang juga menjabat sebagi dosen.
Briket yang Rena ciptakan juga sudah terbukti aman dan sehat karena sudah diuji di laboratorium. Rena menyatakan, asap mengandung karsinogenik atau racun.
Namun, saat telah terjadi pembakaran dengan suhu panas sebesar 385 derajat celcius atau lebih, racun, bakteri, atau kotoran dari sampah sudah mati. Ditambah racun dari asap yang dihasilkan telah diubah menjadi uap cair. Jadi semua racun sudah dipastikan tidak ada lagi.
Aksi komunitas Gang Macan ini telah diapresiasi oleh Plt Wali Kota Medan, Akhyar Nasution; dan Wakil Ketua TP PKK Kota Medan, Nurul Khairani Lubis. Bahkan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pernah mengunjungi langsung Rumah Briket Medan.
Berkat inovasi dan kreatifitas komunitas Gang Macan, Dinas Koperasi Kota Medan pun membantu komunitas itu dengan memberikan alat serta teknologi yang mumpuni.
Jadi saat ini komunitas itu telah berkembang menjadi pabrik yang dinamai Rumah Briket Medan. Mengungsung title pabrik, lonjakan produksi per harinya pun terjadi.
Rena menjelaskan, sebelumnya komunitas Gang Macan hanya menggunakan peralatan manual, sehingga briket arang yang dihasilkan hanya 10 kilogram. Itu pun tidak pasti karena masih tergantung dengan cuaca.
Baca juga: Argopandoyo dan Vera Tjahyani, Pasutri yang Rintis Bisnis Homedecor dari Sampah Tak Terpakai
“Kalau matahari cukup terik, briket arang akan cepat kering. Berarti proses akan lancar dan cepat selesai,” tambah Rena
Proses manual itu dalam dua jam hanya akan menghasilkan satu buah briket arang. Namun setelah hadir mesin pengolahan briket pada pabrik Rumah Briket Medan, satu harinya mereka dapat menghasilkan 250 kilogram briket arang.
“Jadi saat ini, komunitas Gang Macan hanya membantu dalam mem-packing briketnya,” pungkas Rena.
Akhir kata, Rena berharap agar kita semua dapat sadar akan isu sampah. Baginya, permasalahan sampah berdampak bagi semua orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.