Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Jajanan Tradisional Naik Kelas, Feda dan Liza Bangun Bisnis Jajan Si Manis

Kompas.com - 13/06/2024, 21:33 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Era pandemi membuat masyarakat "terjebak" di dalam rumah, karena adanya peraturan social distancing.

Namun rupanya, di tengah masa -masa pandemi Covid-19, sebagian orang justru melahirkan ide dan kreativiitas yang luar biasa.

Seperti Liza Olivia (49) dan Ratna Fedara Fatima (43), biasa dipanggil Feda, yang menemukan ide bisnis pada saat pandemi.

Baca juga: Berkah Pandemi, Yanto Berhasil Merintis Soto Gragot Kaki Sapi hingga Punya 4 Cabang

Awalnya, Feda yang seorang arsitek dan Liza seorang desainer interior, mencoba mencari aktiivitas lain, karena pekerjaan mereka terdampak pandemi.

Akhirnya, karena keduanya suka jajan, Feda dan Liza memutuskan untuk merintis bisnis jajanan tradisional, yang menawarkan serabi, pastel, klepon ubi, lupis, ketan srikaya, bakwan malang, rawon, nasi bali, dan masih banyak makanan tradisional lainnya.

Bisnis ini mereka namakan Jajan Si Manis.

Baca juga: Elliyina Sukses Kembangkan Bisnis Camilan dan Gandeng Ratusan Mitra

Menggunakan Scarf untuk Kemasan

Awal dirintis, yaitu pada tahun 2020, Jajan Si Manis ditujukan untuk orang-orang yang ingin mengirimkan makanan kepada teman, keluarga, atau pacar mereka yang terkena Covid-19.

“Pandemi kan mereka enggak bisa jenguk, jadi makanan Jajan Si Manis ini sebagai bentuk perhatian untuk dikirim ke mereka,” jelas Feda kepada tim Kompas.com di Jakarta beberapa hari yang lalu.

Saat itu Feda dan Liza juga memikirkan dampak bisnisnya pada lingkungan. Menurut mereka, menggunakan boks sebagai kemasan untuk mengirim produk, akan menambah sampah, karena tidak bisa dipakai kembali dan langsung dibuang.

Oleh karena itu, Feda dan Liza memutar otak untuk menciptakan kemasan yang ramah lingkungan.

Budaya Jepang, Furoshiki, yaitu kain yang diikat secara unik sebagai pembungkus, menginspirasi kedua founder Jajan si Manis ini.

“Kami berdua mempunyai concern juga, karena pengiriman saat pandemi malah menimbulkan sampah, seperti kardus-kardus yang sekali pakai saja. Jadi kita pakai scarf agar no waste, mereka bisa pakai lagi,” jelas Liza.

Baca juga: Cerita Rauf Bangun Bisnis Papercraft dengan Konsep Ramah Lingkungan

Packaging Scarf Jajan si Manisdok. pribadi Jajan Si Manis Packaging Scarf Jajan si Manis

Membuat Jajanan Tradisional Naik Level

Seperti bisnis pada umumnya yang berkembang secara bertahap, pada tahun 2023, Feda dan Liza berhasil membuka offline store Jajan si Manis.

Hal ini dilakukan, agar pelanggan mendapatkan pengalaman makan di tempat, yang sebelumnya hanya bisa dipesan secara online.

Mereka berdua mempunyai keinginan besar untuk membuat jajanan tradisional Indonesia naik level menjadi premium, baik dalam pengemasan, penyajian, dan tentunya juga rasa.

Selain itu, mereka juga berharap, masyarakat Indonesia bisa lebih menghargai dan bangga dengan keragaman jajanan tradisional.

Feda mengungkap, ide dan inspirasi mereka muncul setelah melihat bagaimana Jepang mengapresiasi makanan tradisionalnya, dengan kemasan yang tidak hanya cantik tapi juga rapi.

Dari situlah, mereka terdorong menghadirkan sebuah tempat yang mereka sebut “Rumah Jajan

Menurut mereka berdua, jajanan tradisional Indonesia juga tidak kalah cantik dari camilan luar negeri yang dijual di kafe.

“Jajanan tradisional Indonesia juga bisa kok ada di kafe, bisa buat makan atau teman nongkrong cantik yang kalau difoto tetap kelihatan estetik,” kata Liza.

Baca juga: Berjualan Sejak 1980, Ini Kisah Bisnis Legendaris Es Campur Ko Acia

Menghadirkan Suasana Berbeda

Feda dan Liza ingin jajanan tradisional tidak hanya tersedia di pasar, tapi juga di kafe atau tempat mewah lainnya.

"Di “Rumah Jajan” Jajan si Manis, pelanggan bisa duduk cantik dan nyaman dengan ambiance yang homey, sambil menikmati jajanan tradisional yang disajikan dengan cantik ala high tea," lanjut Liza.

Jajan Si Manis juga merupakan wujud keseriusan Feda dan Liza untuk memperkenalkan jajanan tradisional Indonesia ke generasi-generasi muda di bawah mereka.

Pasalnya, banyak anak muda saat ini yang kurang familiar atau bahkan tidak tahu sama sekali ragam jajanan tradisional di Indonesia.

Jajanan Tradisional Jajan Si ManisKompas.com - Ester Claudia Pricilia Jajanan Tradisional Jajan Si Manis

Seiring dengan target pasar Jajan Si Manis yang umumnya orang tua, Feda dan Liza berharap, misi mereka bisa tercapai saat anak-anak dari pelanggannya ikut mencoba jajanan tradisional yang dibeli orangtua mereka.

“Banyak ibu-ibu yang datang ke sini untuk nyantai dan anak mereka pasti ikut. Nah anak-anak itu pasti ikut pesan, secara engak langsung bertanya atau nyobain jajanan tradisional kami,” jelas Liza.

Selain ingin memperkenalkan jajanan tradisional Indonesia, Feda dan Liza juga ingin membuat usaha kafe yang berbeda dari kebanyakan kafe atau coffee shop di Jakarta.

Menurut mereka, kebanyakan menu-menu kafe di Jakarta, menawarkan menu luar seperti croissant, lasagna, tart, dan lain sebagainya.

Padahal, jajanan tradisional Indonesia juga bisa menjadi teman minum kopi atau teh, layaknya kue-kue dari negara asing.

“Kalau lihat di sekitar, mereka semua pasti pake croissant untuk temen kopi atau teh, satu dua ada sih yang pake pisang goreng, tetapi sangat jarang,” ujar Feda.

Menurut Feda dan Liza, rasa manis dan asin jajanan tradisional juga cocok dipadukan dengan kopi dan teh.

Jajan Si Manis Hadir di Forum ASEAN

Usaha tak pernah mengkhianati hasil. Berkat upaya Feda dan Liza mengenalkan jajanan tradisional melalui Jajan Si Manis, mereka mendapat kesempatan menampilkan wajah premium jajanan tradisional Indonesia di salah satu forum ASEAN.

“Di ASEAN kemarin itu banyakan dessert table yang isinya cake, di situ kami promote jajanan tradisional Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, Rumah Jajan si Manis juga telah menjamu cukup banyak tamu asing seperti dari Singapura, Malaysia, Belanda, dan juga Jepang.

Jajan Si Manis bahkan turut berpartisipasi dalam kegiatan bazar, yang di lakukan oleh beberapa komunitas ibu-ibu Jepang yang berada di Jakarta dan Bali.

“Dari situ respons yang kami terima, Alhamdulillah selalu positif,” kata Liza.

Baca juga: Intip 4 Strategi Marketing Kedai Mie Tjap Chili yang Selalu Ramai Pengunjung

Suasana Rumah Jajan si ManisKompas.com - Ester Claudia Pricilia Suasana Rumah Jajan si Manis

Saat ini Jajan Si Manis telah mempunyai empat outlet dan telah mempekerjakan 20 orang tenaga kerja.

Untuk ke depannya, Feda dan Liza berharap, Jajan Si Manis bisa terus punya kesempatan memperkenalkan jajanan tradisional Indonesia premium lebih luas lagi, agar semakin banyak yang dapat menghargai jajanan tradisional Indonesia.

“Kalau bukan kita sebagai orang Indonesia, siapa lagi yang akan memperkenalkannya?” tutup Liza.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau