JAKARTA, KOMPAS.com – Duduk di bangku sekolah, kita pasti pernah mendapatkan mata pelajaran kewirausahaan. Mata Pelajaran itu mengharuskan murid untuk membuat atau menemukan satu produk untuk dijual.
Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Aji Setiawan (22) terpikirkan untuk menciptakan produk kosmetik yang kemudian ia geluti dengan serius hingga memiliki merek sendiri, yaitu Asskin.
Baca juga: Kisah Sukses Septrina, Berbisnis Skincare Merek Jarkeen Tanpa Modal
“Asskin berawal dari tugas mata kuliah kewirausahaan, saat itu saya buatnya produk kosmetik untuk bibir,” kata Aji saat dihubungi tim Kompas.com beberapa hari yang lalu.
Saat mencoba menjual produknya ke pasaran, Aji mengatakan produk tersebut cukup laku dan diminati. Namun beranjak kepada tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda. Semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring.
Aji tidak menyerah dengan usaha kosmetiknya. Ia justru mulai serius mengomersialkan produk Asskin di tahun 2020 dengan produk yang baru, yaitu soap bar (sabun batang) dengan kandungan DNA salmon yang kaya akan kolagen.
Mulai mengkomersialkan produknya dengan DNA salmon yang Aji buat formulanya sendiri membutuhkan modal sebesar Rp 7 juta. Aji mengatakan modal itu di luar pengurusan sertifikasi halal, BPOM, HAKI, dan lain sebagainya.
Pandemi Covid-19 tak menghalanginya untuk memasarkan produknya secara online. Respon yang diterima Aji pun cukup baik, sehingga ia mendaftarkan sertifikasi HAKI, BPOM, hingga halal untuk produk pertama Asskin yang resmi.
Beranjak menjadi mahasiswa, yang terkenal sibuk, tak membuat Aji menyudahkan bisnisnya. Ia justru merambah ke jenis produk bodycare dari bahan alami daun jati cina.
Di tangan Aji daun pohon itu ia sulap menjadi slimming detox tea untuk menurunkan berat badan.
“Teh detox ini pure daun jati cina, sangat alami tanpa tambahan bahan-bahan kimia. Tinggal diseduh air panas sudah bisa langsung dikonsumsi,” jelas Aji.
Tak sendiri, Aji mengaku berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK di desa Petungkoro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pekalongan merupakan tempat kelahiran Aji. Ia juga ingin mengabdi dan menjadi bermanfaat untuk kota kelahirannya itu.
“Mereka saya ajarkan bagaimana memproduksinya, saya kasih teknologi juga untuk mempermudah proses pembuatannya. Saya rasa produk ini sangat potensial dan bisa membantu meningkatkan perekonomian mereka,” kata mahasiswa UNNES itu.
Slimming detox tea sudah melewati tahap uji laboratorium, jadi terbukti aman. Setelah mendapatkan sertifikasi PIRT, Aji pun mulai memasarkannya.
“Setelah pertama kali dipasarkan, penjualannya sangat bagus bahkan hingga saat ini masih menjadi best seller Asskin,” ungkapnya.
Baca juga: Mengulik Perjalanan HMNS, Parfum Buatan Lulusan ITB yang Go International
Aji membeberkan slimming detox tea Asskin sudah laku hingga ribuan buah. Produk itu dijual dengan harga Rp 10.000 per sachet-nya.
Karena memulai bisnisnya di saat pandemi, Aji memasarkan produknya secara online, yaitu e-commerce. Memasuki tanggal kembar seperti 7.7 atau 8.8, produk Asskin akan laku keras.
Di samping secara online, Aji juga menitipkan produk-produk Asskin ke apotek-apotek di Semarang dan Pekalongan serta mempunyai banyak distributor, karena ia belum mempunyai toko sendiri.
Distributor Asskin sudah tersebar di sebagian besar Jawa Tengah, sepert Klaten, Wonosobo, Brebes, Tegal, Blora, dan Kudus. Selain di pulau Jawa, Aji mengaku juga sudah tersebar hingga ke Kalimantan.
“Untuk distributor satu kota maksimal dua dan tidak boleh dekatan,” kata mahasiswa jurusan sosiologi dan antropologi itu.
Dengan strategi pemasaran melalui e-commerce (online), apoter (offline), dan distributor, Aji mengaku dalam sebulan ia bisa menerima sekitar Rp 5 juta.
Setiap usaha memiliki kendalanya masing-masing. Bagi Aji yang merupakan pemilik bisnis kosmetik, kendala yang paling sering ia temui adalah kehabisan bahan baku kosmetiknya.
“Ingredients terkadang ada dan terkadang enggak ada, saya enggak bisa pastikan. Kalau permintaan banyak dari konsumen atau distributor terpaksa saya buka pre-order terlebih dahulu,” bebernya.
Namun saat ini, Asskin sudah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang menyediakan bahan-bahan kosmetik. Maka ia pun jarang atau bahkan dibilang tidak pernah pre-order lagi karena produk yang tidak tersedia.
Selain ingredients kosmetik, Aji juga mengatakan, bahan baku slimming detox tea, yaitu daun jati cina juga terkendala jika cuaca buruk. Misal hujan deras berturut-turut, ia akan sulit menemukan daun jati cina yang bagus.
“Kalau cuaca stabil enggak terlalu sering hujan deras atau panas terus, daun jati cina tumbuh dengan baik, jadi bagus-bagus daunnya,” ujarnya Aji.
Kendala bahan baku akan sangat berdampak kepada pihak lain. Selain Aji, distributor Asskin atau ibu-ibu PKK yang memproduksinya akan mengalami penurunan pendapatan.
Semakin berkembang, Aji tak lagi bisa mengurus bisnisnya sendirian. Ia merekrut tetangga, teman-teman mahasiwanya, dan beberapa karyawan profesional untuk bekerja bersama mengoperasionalkan bisnis Asskin.
Total karyawan yang dipekerjakan Aji sejumlah 15 orang. Aji mengatakan paling banyak di bagian packing, karena saat tanggal kembar, pesanan akan membludak. Jadi sangat diperlukan tenaga kerja lebih.
Aji mempunyai satu orang karyawan lulusan farmasi. Aji mengatakan jika Asskin ingin mengeluarkan produk baru, maka ia-lah yang akan menciptakan produk dan formulanya.
Tak hanya dengan farmasi, Aji juga bekerja sama dengan dokter ketika ia ingin segera meluncurkan produknya.
“Keluarin produk baru kan perlu tester. Jadi dokter itu mengawasi penuh bagaimana prosedur kita memberikan percobaan ke orang,” jelasnya.
Baca juga: Kisah Fatma, Lulusan Tata Rias yang Banting Setir jadi Pebisnis Kue
Aji mengaku ia lolos LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Negeri Semarang (UNNES).
“Kampus saya, Unnes, punya program kewirausahaan untuk mahasiswa yang punya bisnis,” pungkasnya.
Setelah lolos, Aji mendapatkan pelatihan kemampuan berbisnis hingga marketing. Tidak hanya pelatihan, Aji mengaku ia mendapat suntikan dana dari pihak kampusnya.
Ia sangat bersyukur dan berterima kasih dengan segala bantuan yang diterimanya. Aji berharap ke depannya ia dapat melakukan ekspor ke luar negeri. Menurutnya peluang produk herbal, seperti slimming detox tea Asskin sangat tinggi.
“Orang luar suka produk tanaman herbal, apalagi Indonesia terkenal akan rempah-rempahnya. Harapannya ya itu, pengen bisa ekspor ke Asia,” kata Aji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.