Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Vando Merintis Bisnis Kaos, Beromzet Jutaan hingga Ekspor ke Berbagai Negara

Kompas.com - 23/06/2024, 09:30 WIB
Ester Claudia Pricilia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak orang merintis bisnis fesyen, karena berpikir pakaian adalah kebutuhan pokok manusia, sehingga orang akan selalu membutuhkannya.

Namun sebenarnya, fesyen tak sekadar memenuhi kebutuhan sandang, melainkan juga untuk mengekspresikan diri. Itulah mengapa selera fesyen setiap orang berbeda.

Mochamad Ervando (33), owner bisnis Vando Store, yang mulai dirintis sejak 2021 menjadi salah satu pelaku usaha yang memilih bisnis fesyen, dengan fokus produk kaos dewasa.

Vando Store menawarkan produk kaos-kaos lengan pendek maupun panjang dengan gambar ataupun desain yang menarik.

Baca juga: Cerita Nevia Merintis Bisnis Fesyen Muslim, Omzet Naik 75 Persen Saat Ramadan

“Saya pilih fesyen kaos yang desain atau gambarnya bersifat eksklusif, mengikuti tren, menarik, dan tidak ada di tempat lain,” jelasnya saat dihubungi tim Kompas.com beberapa waktu lalu.

Berbeda dari Kebanyakan Bisnis di Kudus

Vando mengungkap, orangtuanya merupakan pemilik bisnis kuliner. Namun, ia tak tertarik menjalankan bisnis yang sama.

Selain itu, Vando juga mengamati, di kabupaten tempat tinggalnya, Kudus, Jawa Tengah, ia jarang menemukan bisnis fesyen yang berfokus pada kaos dengan desain yang unik.

Kedua hal tersebut menjadi alasan Vando membangun bisnis kaos. 

“Tujuannya supaya orang enggak mikir fesyen kaos di Kudus kok itu-itu saja, saya mikirin juga supaya orang-orang bisa punya dan pakai kaos keren,” katanya.

Laku 80 Kaos Sehari hingga Ekspor ke Afrika

Pria asal Semarang ini mengaku, merogoh kocek Rp 50 juta sebagai modal membangun Vando Store.

Saat ini per hari, ia bisa menjual 40-80 buah kaos, sehingga dalam sehari ia menghasilkan sekitar Rp 8 juta sampai Rp 11 juta.

Omzet tersebut berasal dari penjualan offline dan online Vando Store, dengan pembelian reseller ataupun eceran konsumen. Jumlah itu juga termasuk pesanan dari luar negeri.

Desain unik kaos Vando Store, rupanya tak hanya disukai orang-orang Kudus, tapi juga menarik perhatian buyer luar negeri.

Hingga saat ini, Vando store telah melakukan ekspor ke berbagai negara, yakni Malaysia, Singapura, Pakistan, India, Amerika, Argentina, hingga Afrika.

"Kalau buyer dari luar negeri biasanya dari media sosial Facebook, YouTube atau dari relasi juga, yang merekomendasikan dan menjembatani proses pesanan dari luar negeri," paparnya.

Selain media sosial, Vando juga menggunakan platform digital e-commerce seperti Lazada, Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak untuk memasarkan produk-produk Vando Store.

Baca juga: Cerita Steffanie Buka Toko Fesyen Wanita di Little Bangkok, Laris Manis Saat Ramadan

Mantan Dosen yang Tetap Berbagi Ilmu

Sebelum menjadi pelaku usaha, Vando merupakan seorang dosen yang mengajar di salah satu universitas di Semarang.

Pengalamannya sebagai tenaga pendidik, membuat Vando ingin terus bermanfaat untuk banyak orang, dengan berbagai ilmu.

Oleh karena itu, pria kelahiran 1991 ini mengadakan pelatihan untuk anak-anak SMK secara gratis. Ia mengajari mereka menggunakan laptop atau komputer untuk belajar membuat desain baju.

Tak berhenti di situ, Vando juga melatih mereka untuk memproduksi kaos hingga jadi dan siap dijual.

Sementara di luar itu, Vando juga aktif membuat berbagai video tutorial di akun YouTube pribadinya, Mochamad Ervando, yang ditujukan bagi siapa pun yang ingin belajar membuat desain kaos dan memulai bisnis fesyen.

“Tujuannya agar generasi muda tidak ketinggalan ilmu. Ilmu harus ditularkan, tidak boleh dipendam sendirian,” kata pria lulusan Universitas Diponegoro ini.

Kendala Mati Listrik Kerap Menghambat Produksi Vando Store

Setiap pelaku usaha tentu memiliki hambatan dan tantangan. Entah itu soal modal, karyawan, produk, atau bahkan operasional.

Vando bercerita, hambatan yang kerap dihadapinya selama membangun usaha adalah mati listrik di area tempat tinggalnya.

Menurutnya, tinggal di daerah kabupaten, membuatnya sering mengalami mati listrik.

“Di sini sering mati lampu, jadi kami terpaksa harus berhenti produksi. Kalau produksi tertunda berarti kami 'molor', soalnya setiap pesanan, terutama reseller ada target waktunya,” bebernya.

Selain itu, karena baru memulai usaha, Vando hanya memiliki tiga orang karyawan. Ada yang mendesain, memproduksi seperti menyablon, dan marketing. Sebagai owner, Vando juga turut turun langsung mengurus semua aspek operasional bisnisnya tersebut.

Oleh karena itu, ia merasa kewalahan jika banyak pesanan yang masuk, karena keterbatasan tenaga kerja untuk melakukan proses produksi.

Namun ia mengatakan, ia selalu berusaha mencari solusi untuk mengatasi setiap masalah yang muncul, sehingga semua kendala bisa diselesaikan dengan baik.

Vando berharap, Vando Store semakin maju, semakin dikenal banyak orang, agar bisa terus memberikan manfaat bagi banyak orang.

Baca juga: 4 Tips Memulai Bisnis Fesyen ala Hilda Turaiza, Owner TRICK&TRICKY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau