Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui 3 Risiko Kolaborasi Bisnis jika Terlalu Sering Dilakukan

Kompas.com - 24/06/2024, 19:05 WIB
Alfiana Rosyidah,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kolaborasi dengan merek bisnis lain terkadang diperlukan untuk membangun branding, agar bisnismu dikenal oleh banyak orang. Selain itu, kolaborasi juga biasanya digunakan untuk saling melengkapi kekurangan sumber daya. 

Ada beberapa bentuk kolaborasi yang biasa dilakukan, seperti kolaborasi individu antar divisi atau dengan pihak eksternal bisnis. Keduanya sama-sama menguntungkan bagi perkembangan bisnis dan membantu membangun brand awareness.

Kolaborasi bisnis memang menguntungkan, tetapi ada beberapa risiko yang harus kamu waspadai, jika terlalu sering berkolaborasi. 

Baca juga: Ini Jenis-Jenis Kolaborasi dalam Bisnis yang Perlu Kamu Tahu

Tidak selamanya kolaborasi membawa dampak yang baik apabila terlalu berlebihan, ada tiga risiko yang bisa terjadi jika sering berkolaborasi.

1. Kebiasaan Groupthink 

Kolaborasi mengandalkan kerja sama, maka biasanya perlu adanya diskusi yang memertemukan beberapa pihak. Diskusi dilakukan dengan groupthink, yang artinya berpikir secara berkelompok. 

Kamu perlu hati-hati dengan kebiasaan ini. Sebab, groupthink tidak selamanya efektif karena ada kemungkinan orang-orang cenderung tidak peduli dengan pembahasan diskusi. Bahkan, tidak semua orang mampu untuk menyampaikan ide mereka. 

Baca juga: 3 Alasan Bisnis Perlu Melakukan Kolaborasi, Simak Penjelasannya

Lebih buruk lagi, jika ternyata pembahasan diskusi tersebut justru mematikan kreativitas orang-orang yang tergabung dalam tim. Setiap orang dipaksa untuk mengikuti pilihan orang-orang tertentu saja. 

Hal ini justru bukan membawa keuntungan dari kolaborasi, tapi memperkeruh keadaan. Jadi, pastikan pembahasan dengan groupthink tidak merugikan pihak lain.

2. Terlalu Banyak "Pemimpin"

Tim yang aktif dalam kolaborasi memang bagus, karena akan memperlancar proses diskusi dan brainstorming. Namun, tidak jarang justru terjadi pertentangan dan perdebatan yang tidak segera usai antara satu sama lain. 

Baca juga: 3 Manfaat Melakukan Kolaborasi untuk Bisnis

Hal ini biasanya disebabkan dari sikap individu yang ingin "menggerakkan" diskusi. Apalagi, jika individu yang memiliki sikap tersebut berjumlah lebih dari satu orang. Maka, diskusi tidak dapat berjalan dengan baik. 

Kebiasaan ini nantinya justru mengurangi tujuan utama dari sebuah diskusi. Sebab, tiap orang menginginkan ide mereka digunakan dalam suatu rencana. Sebaiknya, kamu membutuhkan penengah dalam diskusi agar kolaborasi dapat terus berlanjut. 

3. Membuat Karyawan Burnout

Kolaborasi membawa dampak yang baik bagi perkembangan bisnismu, tapi jangan lupa, kamu perlu memerhatikan kondisi sumber daya manusia dalam bisnismu.

Kolaborasi yang terlalu sering bisa membuat karyawan burnout, karena harus menghadiri berbagai rapat dalam waktu yang berdekatan. 

Baca juga: Mencicipi Segarnya Asinan Matraman Mama Epoy, Hasil Kolaborasi Ibu dan Anak

Jika kamu mengabaikan persoalan ini, karyawan bisa saja menghilang tiba-tiba dengan tidak mengikuti rapat untuk beristirahat. Proses kolaborasi pun menjadi tidak maksimal. Jadi sebaiknya, jangan ambil kolaborasi untuk waktu yang terlalu berdekatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau