KOMPAS.com - Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia tak bisa dianggap remeh.
Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam sejumlah kesempatan mengemukakan bahwa UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tapi juga ASEAN.
Tak heran jika pemerintah terus memberikan dukungannya untuk para pelaku UMKM, agar bisa terus berkembang hingga mendunia.
Salah satu UMKM yang produknya berhasil mendunia adalah Du Anyam. Dengan mengandalkan potensi alam yang ada di daerah, serta memberdayakan mama-mama di daerah, kini hasil karyanya telah merambah ke 50 negara.
Baca juga: 4 Tips Sukses Bagi Pelaku Kerajinan Tangan ala Hanna Keraf, Founder Du Anyam
Du Anyam merupakan salah satu pelaku UMKM yang fokus pada upaya pemberdayaan perempuan di pelosok Indonesia, yang telah melakukan pendampingan di Desa Wulublolong, di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur sejak tahun 2014.
“Saat ini sudah ada 1.600 mama-mama yang kita berdayakan untuk menghasilkan anyaman yang bagus dengan bahan dasar daun lontar,” kata Co Founder Du Anyam, Hanna Keraf, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (16/7).
Hanna mengungkap, Du Anyam berkomitmen memberikan akses uang tunai, dari pembelian produk karya tangan ibu penganyam dan memasarkan produk tersebut.
Hal tersebut dilakukan guna menggerakkan perekonomian lokal dan pemerataan pembangunan perekonomian yang berkelanjutan, khususnya di Indonesia Timur.
Selain itu juga untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, serta mendorong kesetaraan gender, kesejahteraan, dan ketahanan keluarga.
“Mama-mama yang diberdayakan di desa tersebut, beberapa di antaranya adalah para penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO), dan ada juga para perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga,” jelas Hanna.
Menariknya, ekonomi tidak hanya berputar pada mama-mama penganyam, tetapi juga dari para pemanjat atau pengambil pohon daun lontar, para penyuwir, para mama yang memasak daun lontar, hingga sampai ke mama-mama penganyam.
Perjalanan usaha Du Anyam terbilang sukses. Pada tahun 2018, Du Anyam dipercaya menjadi official merchandise Asean Games, karena mampu mempertahankan kualitas tetap terjaga.
Hal yang paling utama bagi Du Anyam adalah konsistensi dalam menghasilkan anyaman, walaupun diminta dalam jumlah yang banyak sekalipun. Dari semula 1.000 produk yang dihasilkan, kini telah menjadi 10.000 produk.
Karena itu, untuk memertahankan konsistensi karya, setiap tahun mereka memberikan pelatihan kepada 700 mama-mama, guna mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada para mama penenun.
Fokus Du Anyam memang tak hanya pada bisnis, tapi juga memastikan agar karyanya tidak hanya bisa diproduksi oleh kalangan dewasa saja.
“Kami mengusulkan kepada Pemda Flores Timur, agar ada kurikulum menganyam di SMK, sehingga para siswa nantinya bisa mendapatkan hasil tambahan untuk biaya kuliah,” ujarnya.
Selain Du Anyam, banyak UMKM lain di NTT yang juga telah mendunia, beberapa di antaranya Coklat Gaura, Lamoringa, Biskuit Sorgum, dan beberapa produk UMKM lainnya.
Baca juga: Smesco dan Du Anyam Susun Peta Jalan Ekonomi Lontar Berkelanjutan Bagi UMKM NTT
Jumlah UMKM di NTT pada tahun 2023 mencapai 168.002. Enam kabupaten di NTT yang memiliki UMKM terbanyak, yakni Kabupaten Sikka dengan 31.209 UMKM, Flores Timur 16.155 UMKM, Sumba Barat Daya 15.461 UMKM, Kabupaten Malaka 11.115 UMKM, Timor Tengah Utara (TTU) 10.806 UMKM dan terakhir Timor Tengah Selatan (TTS 10.455 UMKM.
Pemerintah terus berupaya memberikan dukungan bagi pengembangan UMKM, mengingat kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat beberapa kendala yang sering dihadapi UMKM adalah pembiayaan dan permodalan serta akses pasar, pemasaran, maupun promosi produk.
Dukungan pemerintah di antaranya, melalui kebijakan penurunan tarif pajak final untuk wajib pajak UMKM dan melalui program dana ultra mikro (UMi) yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP), untuk membantu pelaku UMKM yang terkendala permodalan dan menciptakan lebih banyak wirausaha baru.
Berdasarkan data dari DJPB NTT dalam kurun waktu 2017 hingga awal Juni 2023, penyaluran pembiayaan UMi di NTT mencapai Rp408,11 miliar untuk 17.986 debitur.
Penyalur UMi terbesar di NTT adalah PT PNM dengan 5.503 debitur dan nominal sebesar Rp300,65 miliar.
Baca juga: Proyeksikan Nilai UMKM Terus Tumbuh Mencapai Rp 2,4 Kuadriliun, TikTok Gelar Pelatihan Digital
NTT patut berbangga, karena sejumlah UMKM-nya kini sudah naik kelas hingga mampu menembus Sarinah Plaza di Jakarta. Beberapa UMKM itu adalah Sanggar Doka Tama dan Jalur Tenun Sumba, yang produknya mampu melewati proses seleksi yang sangat ketat.
Manajer Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusi dan Syariah Bank Indonesia NTT Riki Winatha mengatakan, UMKM memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian daerah, karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, menggerakkan ekonomi lokal dan inovasi, serta kreativitas.
UMKM sering kali menjadi sumber inovasi, menciptakan produk dan layanan baru yang unik dan bervariasi.
Namun demikian, hal yang terkadang menjadi kendala adalah mindset dari para pelaku UMKM sendiri mengenai masih terbatasnya akses permodalan dan keterbatasan teknologi, serta kesulitan dalam memasarkan produk.
Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya perlu ditingkatkan.
Bank Indonesia NTT kini telah berhasil memfasilitasi beberapa pelaku UMKM di provinsi berbasis kepulauan itu, agar produk-produknya bisa tembus hingga pasar internasional.
Hal ini dibuktikan dengan sudah diluncurkannya program onboarding UMKM 2024 pada Mei 2024 lalu, dengan tujuan meningkatkan literasi dan kemampuan para UMKM di NTT, serta daya saing di tengah era digital.
Onboarding UMKM merupakan salah satu program pengembangan UMKM dari BI, berbentuk bimbingan teknis untuk mendorong UMKM Go-Digital.
Sementara itu, Analis Senior Deputi Direktur Pengembangan Inklusi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Puji Iman Siagian menambahkan, bahwa pembiayaan UMKM perlu difokuskan pada pembiayaan rantai produksi atau pasok.
Selain itu, diperlukan pula sinergi untuk usaha mikro dapat naik kelas menjadi UMKM, SDM, serta infrastruktur Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang adaptif terhadap model bisnis UMKM, dan diperlukan edukasi keuangan kepada UMKM dalam bentuk pendampingan, seminar, maupun bentuk edukasi keuangan lainnya.
Baca juga: Cerita Sukses Yohanes Wahyu, Usaha Batik Khas Ngawi yang Mendunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.