Selang dua tahun dari penghargaan tersebut, tepatnya pada tahun 2018 Desa Semedo menjadi desa percontohan dengan bertajuk Desa Sejahtera Astra (DSA). Hingga hari ini keberhasilan semakin terlihat oleh Semedo Manise semenjak Desa Semedo berada dibawah binaan Astra.
"Waktu itu di tahun 2018 kami bergabung ke Desa Sejahtera Astra untuk percontohan, dan Alhamdulillah sampai hari ini kami masih termasuk dalam program DSA tersebut," ucap Sobirin.
Baca juga: Ingin Berbisnis Gula Aren? Simak Tips dari Owner Asa Palm Sugar Preanger Ini
Melalui YDBA, Sobirin mengaku mendapat pendampingan dan pelatihan termasuk mengenai manajemen keuangan dan cara produksi, tidak hanya itu YDBA juga memberi pelatihan basic mentalitiy yang berguna untuk mendorong pola pikir petani untuk sejahtera secara jangka panjang.
Berbicara mengenai basic mentality, nampaknya petani Desa Semedo memang mengalami kemajuan pesat. Dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya, kini Desa Semedo bukan lagi Desa Tertinggal tetapi sudah tercatat sebagai Desa Berkembang.
"Petani kami sudah banyak berubah, kini ribuan petani pendapatannya di atas dua sampai tiga juta, bahkan ada yang enam juta sebulan. Karena harga beli kami di petani sudah tinggi, sekitar Rp 20.000 perkilo," jelas Sobirin.
Baca juga: Program Pembinaan UMKM Pertamina Berikan Alat Produksi Gula Semut
Tentu hal ini memberikan dampak jangka panjang untuk para petani, khususnya dalam mengantar anak-anaknya ke gerbang perguruan tinggi. Satu per satu keturunan mereka berhasil disekolahkan menjadi sarjana.
Koperasi Semedo Manise Sejahtera kini membina ribuan petani dan tercatat ada 13 kelompok tani yang sudah bergabung menjadi binaan. Roda perekonomian di Desa Semedo pun semakin menuju ke arah kemakmuran berkat adanya Semedo Manise dan mendapat binaan sebagai DSA.
"Setelah produksi gula semut, banyak anak-anak petani yang sudah menjadi sarjana, mindset orang tuanya juga mulai berubah," imbuhnya.
Saat ini omzet yang mereka dapat pun sudah menembus miliaran rupiah pertahun, karena mencapai jumlah ekspor gula semut sebanyak 25-30 ton perbulannya. Permintaan gula semut justru 95 persen lebih banyak dari pasar internasional dibandingkan pasar global. Kembali lagi terhadap isu kesadaran masyarakat terhadap minat konsumsi produk-produk kesehatan.
Baca juga: Produk Gula Kelapa UMKM Ini Tembus ke 10 Negara
Namun, ada salah satu tantangan yang dihadapi oleh Semedo Manise dalam kegiatan ekspor. Usut punya usut, produk yang diekspor dari Semedo Manise yaitu berupa bal gula semut, memang belum ekspor secara langsung menggunakan bendera "Semedo Manise" sendiri.
Meskipun demikian, Sobirin tetap yakin bahwa di tahun ini mereka bisa ekspor dengan membawa benderanya sendiri, berkat bantuan dari Kementerian Koperasi serta binaan dari DSA dan YDBA.
"Jadi selama tahun 2012 sampai sekarang kami ekspor produk tetapi masih undername, indirect yang belum langsung," ungkap Sobirin.
"Namun di tahun 2024 ini kami optimis bisa ekspor sendiri, karena kami juga mendapat binaan dari YDBA dan dari DSA. Selain itu kami punya fasilitasi dari Kementerian Koperasi untuk sertifikasi organik internasional," pungkasnya dengan optimis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.