JAKARTA, KOMPAS.com - Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya menggelar acara Fokus Grup Diskusi (FGD) Ke-3 dengan mengangkat tema Peran Agama dan Budaya Sebagai Sumber Inspirasi dan Praktik Dalam Pemberdayaan, Rabu 11 September 2024 di Jambu Luwuk Thamrin Hotel, Jakarta Pusat.
Acara ini terbagi ke dalam dua sesi dan menghadirkan 15 narasumber, termasuk para tokoh-tokoh agama dan pemerhati budaya. Salah satu narasumber yang hadir dalam FGD Sesi Pleno adalah Co-Founder dan CEO Mizan, Haidar Bagir.
Dalam pemaparannya, Haidar menjelaskan mengenai pentingnya konsep agama dalam kewirausahaan. Meskipun pemberdayaan di sektor ekonomi membutuhkan peran agama dan budaya, sayangnya dalam praktik kewirausahaan ada beberapa hambatan.
Baca juga: Dompet Dhuafa gelar FGD Peran Agama dan Budaya dalam Pemberdayaan
Haidar mengatakan ada beberapa kesalahpahaman yang terjadi dalam konsep kewirausahaan dalam Islam. Khususnya menurut konsep zuhud dalam tasawuf yakni Muslim tidak boleh kaya.
"Ada kekeliruan seperti konsep zuhud, yaitu dipahami sebagai tidak boleh kaya, tidak boleh mencari uang dan harus hidup miskin dengan maksud lebih mendekatkan diri kepada Tuhan," ujar Haidar dalam pemaparannya, Rabu (11/9/2024).
Kesalahpahaman ini bisa mengakibatkan seseorang enggan berusaha, malas bekerja, tidak ingin memperbaiki kehidupannya dan individualis.
Baca juga: Wakaferse Dompet Dhuafa Perkenalkan Manfaat Wakaf Produktif
Haidar juga menegaskan, bahwa patokan seseorang ber-zuhud itu bukan dari kaya atau miskin, karena semua tergantung pada hati dan perilaku orang tersebut.
Dalam konsep Islam, seseorang justru dianjurkan untuk hidup dengan optimis, giat bekerja, dan menghindari kemalasan.
Maka dari itu kewirausahaan justru menjadi penting dengan maksud hidup tidak sengsara dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memanfaatkan harta untuk kebaikan.
"Bukan masalah kaya atau miskin, tetapi hati kita ini terikat atau tidak dengan harta dan tahta di dunia? Jadi bisa saja orang itu hidup miskin tetapi hatinya terikat dengan harta, sementara ada juga orang yang kaya tetapi hatinya untuk Allah dan memanfaatkan hartanya untuk kebaikan," jelas Haidar.
Baca juga: Dompet Dhuafa Berkolaborasi dengan Peternak Lokal untuk Penuhi Hewan Kurban
Kesalahpahaman mengenai zuhud ini salah satu dari beberapa kekeliruan yang lain berwirausaha dalam konsep Islam. Kesalahpahaman lain yang sering terjadi seperti dalam berwirausaha tidak boleh adanya persaingan.
Beberapa orang, menurut Haidar, salah mengartikan bahwa persaingan dalam konteks ini adalah persaingan yang akan menimbulkan peselisihan, pertengkaran, dan kebencian. Kesalahpahaman ini, lanjutnya, membuat orang tidak ingin berwirausaha karena tidak mau bersaing dengan orang lain.
Sementara dalam bisnis, persaingan dalam konsep Islam bertujuan untuk berlomba-lomba mencari rezeki yang halal, berlomba menghadirkan inovasi yang berguna, berlomba dalam kebaikan tentu diperbolehkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya