JAKARTA, KOMPAS.com – Tahun 2018 menjadi titik balik hidup Tri Sukamto (48). Dari karyawan di sektor perbankan, Tri memutuskan pensiun dini dan menjadi pengusaha di bidang manufaktur otomotif. Bagi Tri, keberanian, kemauan meningkatkan pengetahuan bisnis, relasi bisnis yang kuat, dan pembinaan dari Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) adalah kunci kesuksesannya.
Tri boleh disebut adalah orang awam di bidang manufaktur otomotif. Karirnya sebenarnya dimulai dari seorang teller hingga mencapai jabatan manajer pemasaran di sebuah bank. Namun, semangat untuk mandiri secara ekonomi menjadikan Tri sebagai pengusaha sukses saat ini.
“Tahun 2017 itu dulu, saya mulai cari usaha apa nih. Kan kerja sudah 20 tahun ya. Dari mulai teller, dari customer service. Belajarnya dari situ sebenarnya melayani. Kemudian jadi supervisor, manajer marketing. Dulu kerja di Jakarta 11 tahun, 11 tahun di Tegal. Pas 22 tahun, itu saya pensiun dini,” kata Tri kepada Kompas.com beberapa waktu lalu di Tangerang, Banten.
Baca juga: Astra Melalui YDBA Promosikan 100 Produk UMKM Binaannya di Pameran GIIAS 2024
Lulusan S-1 program studi Akutansi di sebuah perguruan swasta tersebut mulai mempelajari peluang usaha yang ada di sekitarnya. Tri melihat banyak nasabah yang ia tahu bergerak di bidang industri menengah kecil (IKM) logam untuk komponen otomotif seperti motor. Namun, usahanya masih memproduksi komponen-komponen motor untuk kebutuhan after market.
Tri menyadari produksi-produksi logam di Tegal, Jawa Tengah tak jauh dari tempat kelahirannya di Pekalongan, pada tahun 2018 masih belum masuk ke rantai supply chain. Produk-produk seperti tatakan kompor, bracket air conditioner (AC), setang motor, dan knalpot baru disalurkan ke para distributor dan toko.
“Mulai tahun 2018, saya mulai memberanikan diri untuk terjun ke industri itu. Kebetulan di Tegal ada YDBA, saya tanya-tanya tentang YDBA dan dapat informasi kalau YDBA itu untuk pendampingan dan pendampingan UMKM yang baru,” ujar Tri.
Legalitas hukum untuk usahanya pun disiapkan. Tri beri nama usahanya yakni PT. Bimuda Karya Teknik yang bergerak sebagai produsen stamping dan pengelasan logam untuk komponen otomotif. Ia tak lupa untuk mencari mentor untuk bisnisnya.
Adapun mentornya berasal dari pengusaha yang merupakan binaan Astra melalui YDBA yaitu PT. Nandya Karya Perkasa. Usaha manufaktur PT. Nandya Perkasa Karya sudah naik kelas satu tingkat lebih dulu jika dibandingkan usaha Tri. Tri kemudian mendapatkan pengetahuan awal soal bisnis manufaktur dari mentornya.
“Dia eks karyawan perusahaan manufaktur, punya usaha dan pensiun dini. Saya berani perkenalkan diri dan saya diajak dengan syarat harus nurut, jangan membantah. Modal dulu enggak banyak cuma tempat dan SDM lima orang. Mentor saya akhirnya, bilang yang penting tempat,” ujar Tri sambil tertawa mengingat awal mula bisnisnya berdiri.
Baca juga: Astra Melalui YDBA Targetkan 300 dari 1.300 UMKM Binaannya Bisa Mandiri
Tri kemudian menyewa lahan di kawasan Lingkungan Industri Kecil (LIK) Tegal dengan biaya sewa Rp 50 juta untuk dua tahun. Kemudian, modal untuk operasional sebanyak Rp 100 juta.
Modal yang Tri siapkan terhitung kecil bagi pengusaha manufaktur otomotif baru. Untuk mesin, Tri pun tak punya. Pekerjaan dan mesin ia dapatkan dengan skema cicilan dari mentornya.
“Saya bilang enggak punya modal untuk beli mesin. Kata mentor saya gapapa. Saya diberikan mesin dengan harga Rp 450 juta untuk empat mesin tapi sudah ada kerjaannya di situ. Nanti bisa dicicil aja gapapa dari hasil kerjaannya. Jadi saya enggak keluarkan modal,” ujar Tri.
Untuk omzet awal, Tri hanya mendapatkan Rp 30 juta. Tak banyak selisih yang ia dapatkan. Namun, omzet kecil bukan menjadi penghalang Tri untuk berkembang. Tri kemudian bergabung dengan YDBA untuk membesarkan usahanya.
Tri mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk memulai usaha baru seperti pelatihan produksi manufaktur otomotif, manajemen keuangan, dan quality control (QC). Ia mulai tumbuh dengan pendampingan dari Astra melalui YDBA. Tri kemudian mendapatkan pengetahuan langsung dari para ahli terkait kebutuhan-kebutuhan komponen Astra.
Baca juga: Cerita Bengkel Azzahra Banyuwangi Bisa Berkembang Setelah Didampingi YDBA
Tri kemudian menyadari peranan penting dan potensi supply chain komponen otomotif di lingkup Astra dibandingkan produksi untuk after market. Baginya, menyuplai komponen seperti ke Astra Honda Motor (AHM) dan Toyota Mobil bisa menjadikan bisnisnya lebih sehat dibandingkan ke distributor-distributor.
“Kalau after market kan tidak stabil pesanannya. Hari ini ada, besok belum tentu. Kalau pabrikan, setiap bulan itu ada. Tiga bulan, enam bulan ke depan sudah ada pesanannya. Jadi ada kepastian order,” kata Tri.
Dalam perjalanan bisnisnya bersama YDBA, Tri mendapatkan banyak manfaat mulai dari pelatihan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pembiayaan, hingga perluasan akses pasar. Dari Astra melalui YDBA, Tri banyak belajar soal wirausaha yang tangguh dan berorientasi kepada pelanggan.
Pelatihan-pelatihan yang ia dapatkan dari Astra melalui YDBA seperti mulai dari pelatihan mental pebisnis, pelatihan manajemen keuangan, pengetahuan tren produk, hingga pelatihan quality control. Pengembangan jaringan bisnis pun Tri dapatkan bahkan berujung kesepakatan kerja.
“Saya alhamdulillah dari Astra lewat YDBA, saya dikenalkan dengan relasi bisnis, ada link and match dengan pasar. Jadi kan ini binaan YDBA, ayo kerjasama. Dikenalkan dengan AHM. YDBA itu fasilitator. Selanjutnya business to business sampai match. Itu pertama kali langsung match. Saya dapat referensi dari YDBA. Kan customer-nya juga dari anggota juga,” tambah pria dengan dua anak tersebut.
Baca juga: Dibina YDBA, Bengkel Kampoeng Auto Naik Omzet 10 Kali Lipat
Konsistensi bisnis dan komitmen PT. Bimuda Karya Teknik menerapkan segala bentuk pelatihan yang diberikan Astra melalui YDBA pun berbuah hasil manis baik secara penghargaan maupun omzet.
PT. Bimuda Karya Teknik mendapatkan penghargaan sebagai Peringkat I dalam Kompetisi 5R pada tahun 2022 dari YDBA. Salah satu program dasar pembinaan UMKM yang diselenggarakan oleh YDBA adalah penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan serta mengurangi resiko di tempat kerja.
Kini, perusahaan besutan Tri bisa menghasilkan omzet ratusan juta rupiah. Alat-alat produksi dan karyawan PT. Bimuda Karya Teknik juga bertambah. Dari empat mesin dan lima karyawan, kini menjadi 20 mesin dan 50 karyawan.
Komponen-komponen yang diproduksi PT. Bimuda Karya Teknik meliputi bracket dashboard mobil, bracket untuk pintu, bracket knalpot motor dan mobil, tutup tangki bensin. Total ada sekitar 200 jenis komponen baik itu motor dan mobil dengan total kapasitas produksi 700.000-800.000 komponen setiap tahunnya.
Baca juga: Kisah Bengkel Suryo Motor Binaan YDBA, Raup Omzet Ratusan Juta Sebulan
“Kami sudah punya lima customer. Ada yang produksi motor, mobil. Ada Astra Honda Motor. Mobil Toyota dan Daihatsu. Motor listrik non Astra. Yang banyak itu customer dari Astra,” kata Tri.
“Saya alhamdulillah sangat terbantu oleh Astra lewat YDBA. Jadi saya yang background-nya enggak tahu manufaktur, dengan dibina, itu jadi tahu. Peluang usaha itu ternyata terbuka lebar ya. Kan di YDBA binaannya bukan otomotif aja, ada kuliner, pertanian. Bagus buat masuk ke YDBA sesuai dengan bakat kita. Misalnya otomotif, itu lebih baik ya karena Astra,” tambah Tri.
Bagi Tri, memulai usaha dari skala UMKM perlu keberanian dan mentor atau pembina. Apalagi, saat ini pelaku usaha berada di era kolaborasi.
"Kalau kita jalan sendiri, agak sulit. Tinggal kitanya sudah siap atau belum. Siapapun sebenarnya kalau mau jadi UMKM itu mudah, tinggal keyakinan dan keberanian kita mau melangkahnya. Kalau dorongan dari kita, hambatan bisa dilalui. Usaha itu perlu mentor dan salah satunya bisa didapat melalui YDBA,” pungkas Tri.
“YDBA sudah berdiri dari tahun 1980, artinya sudah berumur 40 tahun. Yang sudah kita bina sudah 13.000 dari awal sampai hari ini. Di tahun ini, ada 1.300 yang kita bina dan damping UMKM. YDBA itu punya 18 cabang di seluruh Indonesia karena kita pendekatannya pendampingan. Jadi bukan datang dan pergi. Jadi kalau kita bina, kita buka kantor di sana supaya hasilnya maksimal,” kata Samulo kepada Kompas.com di Tangerang, Banten beberapa waktu lalu.
YDBA dalam membina UMKM memiliki filosofi “Beri Kail Bukan Ikan”. Artinya, Astra melalui YDBA berkontribusi memberikan program pembinaan yang bukan bersifat short term/charity, tetapi sustain dengan mentality yang sesuai dengan tantangan saat ini melalui program pelatihan dan pendampingan yang bersifat manajemen juga teknis, fasilitasi pemasaran dan fasilitasi pembiayaan yang mendukung kemandirian UMKM.
Baca juga: YDBA dan PIP Serahkan Sertifikasi GAP kepada Petani Binaan di Bogor
Di samping itu, YDBA juga mendukung bagaimana UMKM dapat memenuhi legalitas yang dibutuhkan UMKM di setiap sektor.
Astra melalui YDBA hadir di Cakung, Jakarta Timur; Banyuwangi (Jawa Timur); Bantul (Yogyakarta), Solo (Jawa Tengah); Tegal (Jawa Tengah); Banyumas (Jawa Tengah); Salatiga (Jawa Tengah); Citeureup & Puncak Dua Bogor; Lebak (Banten); Sangatta, Kalimantan Timur (Kaltim); Paser (Kaltim); Bontang (Kaltim); Manggarai Barat (NTT); Manggarai Timur (NTT); Barito Utama (Kalimantan Tengah); Tanjung (Kalimantan Selatan); Bandung (Jawa Barat); dan Cikuya (Tangerang).
“Jadi value added yang kami berikan melalui pendampingan dan pembinaan ini sangat luar biasa. Bahkan Umkm binaan kita sudah jadi perusahaan besar. Ada di antara perusahaan, ada dua perusahaan sudah IPO di BEI. Bayangkan dulu dari bengkel, enggak mengerti apa-apa. Itu kami bina dan berikan akses pasar lalu bisa melantai bursa. Bisa dibayangkan pelan tapi pasti YDBA itu kami membina UMKM dan sebagian besar yang kita sudah jadi perusahaan besar,” kata Samulo.
Samulo menyebutkan, PT. Bimuda Karya Teknik merupakan salah satu dari sekitar 200 UMKM binaan Astra melalui YDBA tahun ini.
Menurut Samulo, UMKM manufaktur Astra melalui YDBA saat ini sudah menyuplai komponen-komponen untuk kendaraan motor maupun mobil yang diproduksi Astra di Indonesia.
“Dari data YDBA, itu untuk mobil ada 67 komponen dari 27 UMKM binaan Astra. Untuk motor, kita sudah menyuplai 27 komponen dari 20 UMKM binaan Astra. Ini cukup besar jumlah komponennya dan produksinya kita tahu motor yang diproduksi Astra itu jutaan, mobil itu ratusan ribu. Itu jumlahnya sangat banyak,” kata Samulo.
Baca juga: Ini Strategi YDBA Dorong UMKM Lokal Go Global
Samulo menambahkan, Astra melalui YDBA berkomitmen akan terus memajukan UMKM Indonesia. Ia mengatakan, YDBA akan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik dari sisi pemerintah, sektor perbankan, asosiasi industri, dan pihak-pihak lain dalam membuat UMKM naik kelas.
Salah bentuk kontribusi dan kolaborasi nyata Astra melalui YDBA dengan berbagai pihak untuk memperkuat ekosistem pembinaan yaitu dengan mengadakan kegiatan bertajuk #UMKMSiapBeraksi pada awal September lalu. Astra mengajak Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKopUKM), PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank Jateng ke Banyumas, Jawa Tengah untuk mengunjungi UMKM binaan Astra melalui YDBA.
Samulo juga menyampaikan, keberadaan stakeholder untuk berkolaborasi ini bisa memperkuat ekosistem pembinaan UMKM di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram