Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kesalahan Fatal Pengusaha Laundry yang Bikin Bisnisnya Gagal

Kompas.com - 09/12/2024, 19:00 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - CEO Top Coach Indonesia, Tom Mc Ifle menghimpun sejumlah penyebab kesalahan fatal yang menyebabkan bisnis laundry ambruk.

Ia masih banyak pengusaha bisnis laundry yang mengalami kesulitan bahkan kegagalan karena melakukan sejumlah kesalahan fatal dalam pengelolaannya.

Dalam rangkaian acara Laundry Innovation Summit (LIS) 2024, Tom memaparkan kesalahan-kesalahan fatal dalam bisnis laundry. Ia merangkum tujuh kesalahan utama yang sering ia temukan dalam bisnis laundry.

“Nah, apa kesalahan-kesalahan yang saya temui ketika mengurus banyak pengusaha, termasuk bisnis laundry? Teman-teman, hal-hal ini sangat penting untuk Anda pahami,” ujar Tom di Jakarta, (9/12/2024).

Berikut rangkumannya.

1. Harga terlalu rendah

Menurut Tom, kesalahan pertama yang paling umum ditemui adalah masih banyak pengusaha laundry yang menetapkan harga terlalu rendah. Hal itu dilatari karena ketakutan kehilangan pelanggan.

Baca juga: Seminar Laundry Innovation Summit 2024 Akan Digelar pada 9-10 Desember

Pasalnya, banyak pemilik laundry yang menetapkan harga murah untuk menarik pelanggan tanpa memperhitungkan margin keuntungan. Akibatnya, bisnis tidak bisa bertahan dalam jangka panjang.

2. Tidak ada SOP untuk proses laundry

Tom menyebutkan, kesalahan kedua adalah bisnis laundry tidak memiliki SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas. SOP sangat penting untuk menjaga konsistensi kualitas layanan bisnis laundry itu sendiri.

SOP bisa dimulai dari pencatatan order sampai ke kontrol kualitas. Menurutnya, semua harus memiliki SOP dan terorganisir. Tom menyoroti sistem dan service adalah hal utama dalam bisnis laundry.

“Banyak orang yang membuat bisnis laundry, tetapi melupakan satu hal penting dalam bisnis laundry. Bisnis laundry adalah bisnis yang DNA-nya sistem dan service. Kalau sistem bagus tapi service jelek ya dapat komplain, betul enggak? Kalau service bagus tapi sistemnya jelek, sama dapat komplainnya, margin Anda langsung habis,” jelas Tom di depan para peserta seminar.

3. Buka cabang baru tanpa kesiapan

Kemudian, Tom menyebutkan kesalahan umum yang ketiga adalah biasanya pengusaha laundry cenderung tergesa-gesa untuk membuka cabang baru tanpa kesiapan operasional.

Baca juga: Diikuti 500 Pengusaha, Laundry Innovation Summit 2024 Berikan Pengetahuan Bisnis

Pengusaha sering kali tergoda untuk memperbesar skala bisnis tanpa mempertimbangkan kesiapan sistem, tim, hingga modal yang cukup untuk operasional bisnis.

“Buka cabang baru tapi enggak melihat dan tidak mempertimbangkan kesiapan operasional,” kata Tom

4. Kurangnya Inovasi dan Adaptasi Teknologi

Menurut Tom, kesalahan keempat adalah kurangnya inovasi dan adaptasi teknologi dalam bisnis laundry.

Di era digital seperti saat ini, layanan berbasis teknologi bisa sangat memengaruhi bisnis. Seperti penggunaan platform online bisa menjadi salah satu strategi untuk menarik pelanggan potensial.

“Dari 100 persen penjualan, 20 persen-nya akan datang dari online. Misalnya ada orang yang search laundry terdekat, lalu tiba-tiba datang ke satu lokasi tersebut. Kalau nama bisnis Anda tidak muncul di pencarian, Anda akan kehilangan pelanggan potensial,” ujarnya.

5. Memberi Kepercayaan Kepada Orang yang Salah

Pada kesalahan kelima, Tom menyoroti pengusaha laundry yang memberi kepercayaan kepada orang yang salah.

Baca juga: Bisnis Laundry Punya Peluang Besar, CEO Ini Sebut Karena Orang Semakin Mager

Memberikan kepercayaan penuh tanpa pengawasan kepada orang yang tidak kompeten atau tidak jujur sering kali berakhir dengan kebocoran keuangan atau kerugian besar.

“Yang kelima, ini saya bold nih, memberi kepercayaan kepada orang yang salah, nanti bawa kabur uang,” tegas Tom sambil menampilkan presentasinya.

6. Tidak fokus membangun brand

Kesalahan berikutnya adalah banyak pengusaha laundry yang tidak fokus membangun brand.

Baca juga: Manfaat WhatsApp Business untuk Bisnis Laundry, Intip Strategi Pebisnis Ini...

Padahal, di tengah persaingan industri laundry yang ketat, membangun brand menjadi sangat penting agar bisnis memiliki identitas yang kuat dan dikenal pelanggan.

7. Tidak memisahkan keuangan pribadi dengan bisnis

Tidak memisahkan keuangan pribadi dengan bisnis adalah kesalahan umum bisnis laundry yang terakhir disebutkan oleh Tom.

Misalnya dalam menjalankan bisnis tersebut, pengusaha laundry masih mencampurkan keuangan keluarga dengan operasional bisnis. Kondisi tersebut bisa terlihat saat pencatatan keuangan keluarga dan bisnis berada di rekening yang sama.

“Dan poin yang ketujuh ini, uang makan, uang keluarga, cicilan rumah, semua dicampur ada di dalam situ,” tegas Tom.

Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini sebelum Mulai Usaha Laundry

Kesalahan-kesalahan tersebut tentunya dapat dihindari oleh para laundrypreneur. Beberapa caranya adalah dengan lebih fokus pada pengelolaan sistem, layanan, dan inovasi teknologi.

“Siapa yang dari kesalahan satu sampai tujuh ini pernah mengalami atau sedang mengalami? Katakan saya! Tolong colek teman-temannya, insaflah wahai manusia,” canda Tom kepada peserta seminar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jagoan Lokal
Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Training
Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Jagoan Lokal
Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Jagoan Lokal
UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

Program
Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Program
Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Jagoan Lokal
Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Program
Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Program
BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

Program
TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

Program
DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau