BATU, KOMPAS.com - Menjelang lebaran, masyarakat mulai berburu camilan untuk menyuguhkan tamu yang datang ke rumah. Di Kota Batu, produsen keripik buah kebanjiran pesanan dari berbagai daerah.
Salah satunya dirasakan oleh pemilik tempat produksi keripik buah di Dusun Gondang, Desa Tulungrejo yakni Lilik Sumarlik (51). Lilik mengatakan, kini produksi keripiknya meningkat 70 persen dari hari biasanya.
"Naik sekitar 70 persen dari hari-hari biasanya sebelum puasa, sudah banyak pesanan melalui online maupun offline, karena untuk dijual ulang juga bisa, Alhamdulillah ramai," kata Khamim pada Minggu (9/4/2023).
Baca juga: Cara Membuat Bisnis Pangan jadi Industri Ramah Lingkungan
Keripik apel, nangka dan pisang rambak menjadi produk penjualan terlaris dari tujuh varian yang ada. Menurutnya, ketiga varian tersebut diminati oleh pembeli karena dinilai cocok untuk menyuguhkan tamu-tamu saat lebaran.
"Kalau untuk salak, rambutan, mangga dan nanas itu hanya pelengkap saja, atau ada yang suka dan tidak. Alhamdulillah saat ini untuk produksi apel sampai PO (Pre Order), jadi untuk keripik buah apelnya ada yang dikirim untuk kemas ulang atau untuk versi bal-balan (karungan) itu banyak sekali yang PO," katanya.
Dalam sehari, usahanya bisa mengirim sekitar 75 sampai 100 paket keripik buah untuk melayani pembelian online. Bahkan, saat ini stok keripik hasil produksinya mulai menipis.
"Kadang sampai 150 paket pengiriman, itu momen lebaran, kalau sebelumnya 25 - 30 paket, 40 - 50 paket. Ini saja sudah kehabisan stok untuk yang dijual online, dan gudang mulai menipis barangnya," katanya.
Penjualan keripik buah secara offline juga meningkat selain online. Harga keripik buah yang dijualnya mulai dari Rp 80.000 sampai Rp 130.000 setiap kilogram.
"Offline juga banyak, karena pada dasarnya ada ikatan, jadi untuk dipacking saja ada, yang packing mau dijual ulang ada," katanya.
Pembeli juga berasal dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Riau, NTT, Mataram selain dari Malang Raya. Pembeli dari luar daerah biasanya membeli keripik untuk dijual kembali menggunakan merk sendiri.
"Luar daerah banyak untuk dikemas ulang, bahkan menggunakan merk dia sendiri boleh, kami yang kemas, cuma dikasih biaya untuk packing saja," katanya.
Saat ramadhan ini, omzet yang diterima sekitar Rp 20 juta setiap harinya. Kemudian untuk kebutuhan buah sekitar 1,5 ton dalam sehari untuk produksi keripik apel saja.
"Walaupun di kampung tapi tetap bisa produktif, kalau hari biasa omzet sekitar Rp 10 juta, sekarang ramadhan meningkat dua kali lipat," katanya.
Pekerja di tempat usahanya juga bertambah selama ramadhan. Saat ini jumlah pekerja di tempat usahanya total 20 orang dari sebelumnya 15 orang.
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Bisnis di Bulan Ramadhan
"Kami juga tujuan untuk pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitar. Ada tambahan 2 orang pekerja biasa, dan 3 anak sekolah yang sedang PKL (Praktik Kerja Lapangan). Pegawai saya tambah karena banyak pesanan," katanya.
Selain itu, terdapat pekerja rumahan yang bekerja mengupas apel dan saat sudah selesai disetor ke tempat usahanya.
"Jadi untuk yang kupas-kupas tidak hanya disini, tapi banyak yang dibawa ke rumah-rumah, jadi mereka setor kesini dalam bentuk kupasan, sistemnya borongan. Alhamdulillah ramadhan ini sangat berkah, bermanfaat bagi orang sekitar, tujuan kami juga untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar sini, agar seperti para lansia masih bisa mendapat rejeki," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.