Jakarta,KOMPAS.com – Mi ayam merupakan salah satu hidangan favorit bagi sebagian masyarakat Indonesia. Harga semangkuk mi ayam dengan kisaran Rp10.000 hingga Rp20.000 menjadi alasan populernya mi ayam.
Selain itu, menjalankan usaha yang satu ini juga terbilang mudah dan tak membutuhkan modal yang besar sesuai dengan skala usahanya.
Seperti kisah sukses pria kelahiran tahun 1959 asal Wonogiri, Jawa Tengah yang sukses membuka gerai mi ayam sejak tahun 1986 bernama Katijan (64). Katijan membuka warungnya di Jalan Bahari Ujung No.27, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Baca juga: Kisah Sukses Soto Segeer Hj. Fatimah, dari Kaki Lima hingga Punya 14 Cabang
Memutuskan untuk memulai usaha sendiri bukanlah sesuatu hal yang mudah. Seperti halnya Bapak Katijan yang berawal dari pegawai hingga kini mempunyai gerai mi ayamnya sendiri.
“Dulunya saya bekerja di Restoran Bakmie Ayam daerah Glodok dari tahun 1980 hingga 1985, kemudian saya ikut kakak jualan mie ayam di tahun 1985, lalu tahun 1986 saya buka usaha sendiri," ujar Katijan, pemiliki usaha mie ayam kepada Kompas.com, Senin (4/9/2023).
Dengan bermodalkan Rp5 juta dan mengontrak rumah untuk usaha mi ayam, kini rumah yang dikontrak Katijan sudah menjadi milik pribadi.
Baca juga: 4 Tips Mudah Memulai Usaha Mainan Anak
Katijan juga mengatakan bahwa, pada tahun 1986 harga semangkuk mi ayam itu Rp 6.000. Namun sekarang menjadi Rp12.000 per porsi akibat kenaikan bahan baku yang terus naik setiap tahun.
Selain itu, Katijan merasa lebih enak berjualan sendiri dibanding kerja menjadi karyawan. Katijan beralasan perbandingan pendapatan yang jauh.
Jika kerja dengan pendapatan sebesar Upah Minimum Regional (UMR) berkisar Rp4,2 juta. Sementara itu, dengan berjualan sendiri, Katijan mendapatkan penghasilan Rp6 juta-Rp7 juta setiap bulannya
Katijan menambahkan, memiliki usaha pribadi bisa lebih mandiri dan memiliki waktu yang fleksibel.
Baca juga: 5 Tips Sukses Mendulang Cuan dari Bisnis Kerajinan Tangan
Mengalami gejolak ekonomi tak mudah bagi para pelaku UMKM. Ada banyak sekali para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang gulung tikar saat terjadinya gejolak ekonomi seperti pada tahun 1998 dan 2020, ketika pandemi Covid-19.
Berbanding terbalik dengan usaha yang dijalankan Katijan yang malah untung besar ketika 1998 dan pandemi Covid-19.
“Tahun 1998 dan pandemi Covid-19 saya enggak pernah tutup sama sekali kecuali pulang kampung," ujar Katijan sambil berguyon.
Baca juga: Tips Mempertahankan Penjualan Online dari Pelaku Bisnis Hair Care
Katijan menambahkan, dirinya meraup untung yang cukup besar besar ketika 1998 dan pandemi Covid-19.
“Covid-19 kemarin saya malah hebat. Pas Covid-19, saya bisa menjual 100-200-an mangkok mi ayam per hari dengan harga per mangkok Rp12.000,” ujar Katijan.