Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Sampah Plastik, Suster Puteri Kasih Bangun Usaha Daur Ulang Sampah Tanpa Modal

Kompas.com - 31/10/2023, 13:21 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Keberadaan sampah plastik yang terus menumpuk, memperparah pemanasan global dan perubahan iklim di seluruh dunia.

Berdasarkan laporan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan, plastik menyumbang sekitar 3,4 persen dari emisi rumah kaca global pada tahun 2019.

Alasan itulah yang kemudian menginspirasi para suster Puteri Kasih, untuk mengambil peran dalam mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi.

Baca juga: Kisah Sukses Zailani dan Bukit Asam Budidaya Tanaman Berbasis Otomasi yang Ramah Lingkungan

“Kami punya keprihatinan terhadap global warming. Secara global pun para suster berkomitmen untuk turut ambil bagian mengurangi global warming atau pemanasan bumi,” kata Suster Imelda Sukapti Puteri Kasih (58), Koordinator Eco Craft saat diwawancara oleh Kompas.com beberap waktu lalu.

Tanpa Modal Sepeser pun

Puteri Kasih merupakan suatu perkumpulan puteri-puteri yang ada di Gereja Katolik. Mereka berupaya mengurangi sampah plastik kemasan, dengan cara mendaur ulang menjadi produk siap pakai, seperti tas, gantungan kunci, ransel, dompet dan pakaian daur ulang custom.

 

Produk Eco CraftNur Wahyu Pratama Produk Eco Craft
“Usaha ini dijalankan sejak tahun 2006 dan tidak mengeluarkan modal sepeser pun. Jadi, kami hanya mengandalkan sistem kerja sama antara para pemasok bahan baku sampah plastik dan para pengrajin,” ujar Suster Imelda.

Baca juga: Produsen Jamu Tradisional di Kediri Nikmati Pasar yang Bergeliat

Di tahun 2009, Eco Craft mulai mencoba memproduksi sendiri, dengan bergabungnya Lilik sebagai anggota sekaligus pengrajin di Eco Craft.

“Sejak saya bergabung, saya dikursuskan di Malang untuk belajar menjahit. Mulai dari situ, kita coba mengembangkannya. Tak hanya menjahit, sekarang kita mencoba belajar menganyam plastik,” kata Lilik (37), anggota dan pengrajin Eco Craft.

Kakunya Sampah Plastik Kemasan

Salah satu tantangan yang dialami tim Eco Craft adalah sulitnya membentuk sampah plastik kemasan, karena memiliki karakteristik yang kaku.

“Tenaga kerja yang terbatas juga menjadi salah satu kesulitan kami dalam memenuhi orderan. Bahkan, banyak konsumen luar pulau yang ingin membeli melalui Shopee dan eCommerce lain, hanya saja kita belum bisa memanajemen semuanya” keluh Lilik.

Baca juga: VP Business Development Lazada Bagikan 4 Tips Sukses Membangun UMKM

Penjualan Tingkat Nasional

Namun demikian, Eco Craft terus tampil percaya diri menyuguhkan produk-produk kerajinan tangan yang inovatif dan juga unik. Berkat keunikannya, banyak konsumen yang tertarik untuk meminang produk Eco Craft.

“Penjualan produk kita sudah ke seluruh wilayah di Indonesia, seperti Kalimantan, Papua, dan Sulawesi hanya dari WhatsApp, Facebook, dan Instagram,” ungkap Lilik.

Baca juga: Brand Lokal Happyfit Indonesia Luncurkan Produk Exclusive Activewear untuk Pria

Suster Imelda menambahkan, pendapatan mereka meningkat pesat sejak menggunakan Instagram dan Facebook. Peningkatan bisa mencapai 24 persen dan diprediksi akan terus bertambah angkanya seiring perkembangan usaha.

“Harga produk Eco Craft tidak berubah sejak awal berdiri, yaitu skeitar Rp 10 ribu hingga Rp 250 ribu tergantung permintaan. Kami juga produksi baju daur ulang dengan harga Rp 250 ribu ke atas, karena sulit pembuatannya dan biasanya permintaan hanya pada acara tertentu seperti saat Hari Kemerdekaan,” jelas Suster Imelda.

“Dengan menggunakan berbagai sosial media, seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram. Saat ini, omzet kita sudah mencapai sekitar Rp 2 juta dalam sebulan,” ujar Lilik.

Baca juga: 4 Kiat Sukses Membangun Bisnis Ramah Lingkungan ala Owner Purunea

Menggandeng Generasi Bebas Plastik

Sedari awal, Eco Craft memang usaha yang berorientasi sosial dan tidak mengincar benefit. Untuk mengembangkan usahanya, Eco Craft saat ini menjalin kerja sama dengan Generasi Bebas Plastik.

“Kami memang fokus menyelamatkan Bumi. Bahan baku biasanya kita dapatkan dari Surabaya, Jakarta, dan komunitas para suster. Itu pun masih tetap kurang. Selain itu, kami berusaha menggandeng Generasi Bebas Plastik,” ujar Suster Imelda.

Suster Imelda berharap, ke depannya akan ada semakin banyak teman dan mitra yang bersungguh-sungguh mengurangi pemanasan bumi dan mempunyai visi misi yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau