Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Budijanto Merintis Semaya Clay, Rajin Ikut Bazar di Dalam dan Luar Negeri

Kompas.com - 12/12/2023, 15:25 WIB
Nur Wahyu Pratama,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tanah liat menjadi salah satu bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan kerajinan tangan, seperti keramik.

Seperti usaha yang dirintis oleh Budijanto, founder Semaya Clay. Ia merintis usaha ini sejak tahun 2014.

“Awalnya saya menjalankan usaha ini karena hobi saja, lalu kami coba pasarkan dengan mengikuti bazar, ternyata respons masyarakat cukup bagus,” kata Budijanto saat ditemui di acara Semasaqu di The Brickhall, Fatmawati City Center, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Baca juga: Cerita Anik Membangun Bisnis Aksesoris, Bermula dari Hobi Koleksi Tas

Pernah Membuat Batik

Sebelum memulai usaha kerajinan tangan keramik, Budiyanto bersama istri, Linda pernah membangun usaha batik.

“Makanya keramik kami memiliki corak warna-warni yang dipengaruhi oleh batik dari usaha sebelumnya. Batiknya sudah tidak berjalan karena kurangnya pengrajin di Jakarta. Lalu kita mencoba menjalankan usaha yang saya dan istri bisa kerjakan sendiri,” tutur Budijanto.

Produk Semaya Clay pada SEMASAQU di The Brickhall Fatmawati City Center, Jakarta Selatan pada Kamis (8/12/2023).Nur Wahyu Pratama Produk Semaya Clay pada SEMASAQU di The Brickhall Fatmawati City Center, Jakarta Selatan pada Kamis (8/12/2023).

Kesulitan di Awal Usaha

Budijanto mengaku, dirinya sempat merasa kesulitan di awal usaha, karena baru menekuni dunia kerajinan tangan.

“Kesulitan kami itu saat kita masih pemula, mungkin karena kurang pengalaman. Untuk itu, saya dan istri terus belajar dan latihan, sehingga saat ini sudah terbiasa dan tidak menjadi masalah lagi,” ungkap Budijanto.

Menyewa Tempat

Di awal berlangsungnya usaha, Budi mengaku tak menggunakan biaya yang besar, bahkan ia menyewa tempat ke orang lain untuk proses pembakarannya.

“Kita awalnya modal tanah liat saja, tidak punya tungku pembakaran. Oleh karena itu kita sewa ke orang lain yang menyediakan tempat pembakaran, kita sewa sekitar ratusan ribu rupiah setiap kali membakar. Kalau beli kan mahal bisa Rp 30 jutaan satu tungkunya,” ujar Budijanto.

Baca juga: 3 Hal Penting yang Perlu Disiapkan Sebelum Ikut Kompetisi UMKM

“Kalau sekarang kami sudah punya tungku pembakarannya sendiri meskipun masih kecil, toh produk kami juga tidak ada yang besar,” lanjut Budijanto.

Dalam sehari, Budijanto bersama sang istri mampu membuat 10 hingga 20 mug per hari dan pastinya setiap jenis berbeda kuantitasnya. Selain mug, Semaya Clay memproduksi sendok kecil dan teko. 

“Kalau untuk harganya berbeda setiap produknya, seperti sendok kecil di angka Rp 30 ribu, mug Rp 200 ribu, dan teko diharga Rp 350 ribu,” kata Budijanto.

Ikut Bazar di Luar Negeri

Selain mengikuti bazar di dalam negeri, Semaya Clay juga mengikuti bazar internasional.

“Kami pernah ikut bazar yang diadakan oleh asosiasi wanita dari Amerika dan Australia. Banyak buyer dari Amerika dan Australia yang beli langsung produk kami pada saat itu. Produk kami juga pernah dibeli oleh orang Indonesia dari luar pulau Jawa, yaitu Lombok dan Kalimantan,” ungkap Budijanto.

Baca juga: 4 Tips Merintis Bisnis Barang Vintage

“Kalau ada event, omzet kita lumayan besar, tapi kalau tidak ada event bazar atau pameran, kami hanya mampu mendapatkan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta sebulan,” tutup Budijanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau