KOMPAS.com – Noro Ardanto dengan panggilan akrab Noro merupakan founder dari brand kerajianan Indonesia, Lampu Runa.
Noro merupakan seorang desainer produk yang sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun di industri furnitur dan kerajinan tangan.
“Saya pendidikannya desainer produk. Pada awalnya saya bekerja di pabrik furnitur dan berhenti pada tahun 2005 karena perusahaan tempat saya kerja bangkrut. Lalu saya melirik handycraft karena bahan baku lebih sedikit dengan mesin yang lebih sederhana tetapi memiliki margin yang lebih tinggi,” kata Noro (51) saat ditemui Kompas.com saat pameran Brilianpreneur 2023 di JCC, Senayan, Jakarta pada Kamis (7/12/2023).
Baca juga: 4 Tips Sukses Mengubah Karung Beras Bekas ala Artisa, Founder Tiga Mata Sapi
Noro mengatakan, dirinya memulai usaha ini sejak tahun 2013. Ia menamakan usahanya Lampu Runa karena terinspirasi oleh anak-anaknya yang cantik, yaitu Rumi dan Narini.
Noro mempunyai misi untuk melestarikan skill pengrajin wayang golek dengan membuat produk baru yang lebih populer, yaitu lampu figur.
“Kalau wayang golek seperti cerita Mahabharata kan sudah tidak begitu populer saat ini, kalau kita angkat wayang goleknya terlalu berat, jadinya kita jaga keberlangsungan skill para pengrajin dengan membuat lampu figur,” tutur Noro.
Baca juga: Kementerian Investasi Bantu Pelaku UMKM di Jakarta Utara Peroleh NIB
Pada awalnya, Noro membuat produk figur kayu, seperti bebek, burung hantu, penguin dan lainnya. Ia mendapatkan ide untuk membuat lampu figur karena kekurangan stok barang saat ingin pameran di Vietnam.
“Waktu itu kita mau pameran di Vietnam, kita lihat stok produk figur kayu kita ternyata kurang. Pada akhirnya, saya dapat ide, bagaimana kalau figur kayu ini dikasih fungsi, akhirnya timbullah produk lampu tersebut,” jelas Noro.
“Lampu ini uniknya karena hanya badan tanpa wajah. Jadi, kita berusaha menangkap stylenya saja sehingga orang bisa menerka-nerka siapa sosok di balik figur tanpa wajah tersebut,” lanjut Noro.
Noro dibantu dengan total 55 pengrajin untuk membuat 120.000 buah figur dan custom lampu figur. Meskipun demikian, ia merasa sulitnya regenerasi para pengrajin.
Baca juga: Peluang dan Tips Usaha Jam Tangan, Simak Penjelasannya
“Pengrajin kita sangat skillfull jadi tidak mudah diganti, makanya kita sedang berusaha membuat penghasilan mereka lebih tinggi agar generasi muda tertarik meneruskan skill tersebut. Bayangkan kalau generasi muda melihat perajin tua hidupnya sudah dan penghasilan kecil, pasti mereka tidak tertarik,” ucap Noro.
Selain itu, mengedukasi mindset masyarakat terhadap hasil kerajinan juga masih menjadi kesulitan bagi Noro.
“Orang Indonesia terlalu terbiasa melihat barang kerajinan dan dalam pikiran mereka, barang kerajinan itu murah padahal perlu skill yang tinggi ditambah waktu yang lama. Mengedukasi masyarakat untuk menilai barang kerajinan lebih tinggi itu sulit,” terang Noro.
Baca juga: Kisah Artisa Merintis Tiga Mata Sapi, Buat Tas dari Karung Beras untuk Kurangi Sampah
Noro menceritakan, dirinya pernah merugi hingga 12.000 poundsterling atau sekitar Rp 234 juta.
“Hal itu terjadi saat pertama kali kita ekspor, di mana 1 kontainer berjamur. Kita tetap tanggung jawab dengan mencicil setiap pengiriman akan dipotong 1.000 hingga 2.000 pound untuk ganti rugi,” ungkap Noro.
“Kalau saat ini, omzet lampu runa dalam setahun kurang lebih bisa mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. Kalau untuk figur ekspor bisa menyentuh 300 hingga 400 poundsterling dalam setahun,” kata Noro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.