JAKARTA, KOMPAS.com - UMKM binaan LPEI, Mega Inovasi Organik adalah perusahaan di bidang hasil pertanian lokal yang terdiri dari gula kelapa, buah-buahan, rempah, serta beras organik. Hasil pertanian tersebut telah berhasil ekspor ke luar negeri, utamanya Jerman.
Ade Rizki Hermawan (25 tahun), selaku Business Development Mega Inovasi Organik, menjelaskan lebih lanjut mengenai bisnis tersebut. Kompas.com mewawancarai Ade dalam acara Dhawafest 2024 pada Kamis (7/3/2024).
Ia menceritakan bahwa Mega Inovasi Organik telah berdiri sejak tahun 2010. Artinya sudah 14 tahun Mega Inovasi Organik beroperasi. Pada tahun 2010 tersebut, Mega Inovasi Organik juga sudah melakukan ekspor.
Baca juga: Komoditas Pertanian Indonesia Senilai Rp14,45 Triliun Diekspor ke 176 Negara
Mega Inovasi Organik pun tak hanya berfokus pada perkembangan bisnis mereka, tetapi juga memperhatikan aspek ekologis. Hal ini diterapkan pada penanaman komoditas dengan tidak menggunakan pestisida. Itulah mengapa hasil pertanian mereka dapat diklaim organik.
"Klaim organik tersebut ada dalam sertifikat SNI organik dan juga sertifikat syarat ekspor dari negara lain. Seperti naturland dan fairt rade," lanjut Ade.
Selain tidak menggunakan pestisida, Mega Inovasi Organik juga memberdayakan petani lokal. Mereka tersebar di Purworejo, Magelang, Kulon Progo, Cilacap, Purbalingga, dan Wonogiri. Petani yang menghasilkan komoditas ekspor tersebut berjumlah 2.000 hingga 2.500 orang.
Baca juga: Perkuat Budi Daya Pertanian, BSI Resmikan Desa Binaan BSI di Lombok Tengah
Ade juga mengatakan, bisnis mereka rupanya mendatangkan manfaat bagi para petani tersebut. Salah satunya adalah Mega Inovasi Organik memberikan harga hasil pertanian yang lebih tinggi dibanding harga pasar pada umumnya.
"Jadi kalau ada petani setor ke kami, kami akan membeli dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga di pasaran. Selain itu, juga nantinya diharapkan bisa memotivasi gen z dan milenial agar mau jadi petani," jelasnya.
Produk yang telah menjadi komoditas ekspor adalah gula kelapa, buah-buahan, dan rempah. Ade menyebut bahwa mereka biasa mengirim gula kelapa minimal 24 ton per minggu. Lalu untuk buah-buahan mereka juga mengirim 300 kilogram per minggu.
Baca juga: Jambu Kristal dari Kota Batu Sukses Tembus Pasar Ritel berkat Teknologi Pertanian
Buah-buahan yang dikirim ke luar negeri ada bermacam-macam. Diantaranya buah naga, markisa, manggis, dan salak.
"Untuk rempah-rempah kami biasanya mengirim lengkuas, kemukus, vanili, dan andaliman. Untuk lengkuas kami mengirim minimal 10 hingga 20 kilogram per minggu," lanjutnya.
Hasil pertanian tersebut telah diekspor ke berbagai negara. Ade menyebut mereka telah ekspor ke Eropa, termasuk Jerman. Kemudian ada Amerika Serikat dan Australia.
"Paling sering itu kami ekspor ke Jerman. Dulu Jepang juga pernah, tapi sekarang sedang vakum," pungkasnya.
Baca juga: KemenKopUKM Dorong Penguatan Rantai Pasok Usaha Mikro Komoditas Pertanian di Pacitan
Ekspor buah-buahan ke luar negeri bersifat riskan dan dikhawatirkan akan busuk ketika sampai di negara tujuan. Akan tetapi, Mega Inovasi Organik dapat mengantisipasi hal tersebut sehingga buah akan tetap segar saat diterima.
Ade menyebut caranya adalah dengan membungkus buah dengan foam net dan buah-buahan tersebut dimasukkan dalam wadah yang tidak terlalu besar. Seperti kardus yang buat 2 hingga 2,5 kilogram buah.
"Dalam proses pengantaran kami juga menggunakan truk refrigerator untuk menjaga suhu buahnya. Kalau pakai truk biasa kan biasanya suhu tinggi, bisa mengubah kualitas buahnya," jelas Ade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.