"Sejauh ini yang menjadi konsumen terbesar adalah China. Selain itu ada juga pembeli dari Kanada, namun tidak sebanyak dari China," lanjutnya.
Sebelum dikemas, produk-produk itu dikurasi terlebih dulu sebagai upaya untuk mengontrol kualitas. Untuk itu, dia juga memiliki karyawan tetap untuk memastikan bahwa produk yang akan diekspor telah memenuhi kriteria yang diterapkan.
Dari bisnis ekspor kendang jimbe, dia berhasil meraup omzet Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar setiap bulannya.
Anik mengungkapkan bahwa konsumen dari China sangat menggemari kendang jimbe Blitar sebagai salah satu alat dalam kegiatan pembelajaran seni.
Karena itu, dia berharap sekolah-sekolah di Indonesia juga bisa memanfaatkan kendang jimbe ini. Selain memanfaatkan khazanah lokal, pemanfaatan kendang jimbe oleh sekolah di dalam negeri juga bisa membantu para perajin lebih bergeliat.
"Harapannya ke depan demikian, agar produk kerajinan ini tidak hanya dinikmati oleh konsumen luar negeri," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.