BANDUNG, KOMPAS.com – Bagi warga Kabupaten Bandung, Jawa Barat, daerah Majalaya merupakan suatu kebanggaan. Di sinilah beragam produk UMKM dilahirkan, salah satunya sarung.
Sarung Majalaya memiliki corak, motif, dan warna berbeda. Misal variasi sarung poléng Majalaya. Ada poléng camat, poléng haji, poléng totog, poléng bolégbag, poléng taliktik, hingga poléng namicalung.
Setiap corak ini memiliki filosofi-filosofi tinggi yang dapat menjadi identitas dan brand lokal. Tak heran jika sarung Majalaya menjadi hasil industri tekstil utama Majalaya yang sempat populer di Indonesia serta beberapa negara Asia.
Baca juga: Cara Membangun Bisnis agar Menjadi “Ladang Uang”
“Kita bangga dengan produk sarung dari berbagai daerah sebagai kekayaan budaya bangsa, yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia,” ujar Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, Senin (14/3/2022).
Sarung, menurut Teten, menjadi salah satu produk kreatif yang memiliki daya tarik untuk dikembangkan karena potensi bangsa Indonesia sebagai produsen dan konsumen.
Itu menjadi peluang pasar global yang masih sangat terbuka dan itu berarti dapat ikut serta mengembangkan perekonomian bangsa.
Asisten Deputi (Asdep) Pembiayaan dan Investasi UKM Kemenkop UMKM Temmy Satya Permana berharap, para perajin sarung bisa kembali menangkap potensi pasar internasional tersebut.
Caranya dengan berbagai inovasi, sehingga produk sarung yang hanya ada di Indonesia ini, bisa semakin diminati konsumen global.
“Perajin sarung yang berada dalam naungan Forum UMKM Nusantara (FUN) ini bisa menginisiasi agar produk sarung UMKM Majalaya masuk ke marketplace yang lebih besar lagi,” ucap dia.
Tentunya dengan kualitas yang baik. Artinya, nyaman dipakai dan memiliki banyak corak. Sama seperti batik, diharapkan sarung bisa terus mendunia.
Baca juga: 3 Tips Bangun Brand yang Kuat untuk Pelaku UMKM Pemula
Selain itu bisa pula melakukan pendekatan industri tekstil sarung melalui sistem klaster. Selain itu, Temmy mengingatkan, suatu produk bisa sustain jika dicintai penduduk aslinya.
"Sejauh mana masyarakat Majalaya sendiri mencintai sarung. Jangan bermimpi kalau Sarung Majalaya bisa dicinta masyarat luas bahkan dunia, kalau masyarakat sendiri tidak memakai dan mencintainya," tuturnya.
Tak hanya itu, konsep agregasi dan standarisasi mutu untuk selalu ditingkatkan. Jadi ketika ada orang yang datang ke Majalaya sudah memiliki kualitas yang sama.
“Ke depan akan tercipta sarung Majalaya yang tercertified," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.