Nyatanya, inisiatif darinya ini mendapat respon positif dari para kerabat. Setelah selesai menikmati kopi, mereka kemudian mendorong dirinya untuk memulai usaha membuat kopi.
Apalagi tren usaha kopi dalam beberapa waktu terakhir terus mengalami peningkatan, sehingga usaha ini dinilai menjadi salah satu peluang yang sayang untuk dilewatkan.
"Saya juga tertarik, dan akhirnya memantapkan diri untuk memulai usaha kopi ini," tegasnya.
Bak gayung bersambut, masyarakat atau konsumen juga memberi respon positif dari penjualan kopi milik Erika yang memiliki merk dagang Kopi Khas Dayak Palangka Raya Erikano.
Namun yang cukup mengagetkan, kopi olahan milik Erika ini lebih dahulu dikenal oleh masyarakat di beberapa daerah di luar Kalteng, seperti Jakarta, Bandung hingga Semarang.
Lantaran dia lebih gencar memasarkan produknya ke luar daerah memanfaatkan para kerabat dan sahabat yang bermukim di sejumlah daerah tersebut.
Peluang ini pun ia manfaatkan dan terus jaga, hingga kopi miliknya semakin dikenal oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan daerah. Sembari promosi dagang terus ia optimalkan.
Perlahan namun pasti, berkat upaya yang Erika lakukan, kopi olahannya mulai dikenal di Palangka Raya maupun berbagai daerah di Kalteng, serta semakin memiliki banyak pelanggan.
Kini Erika mengaku lebih banyak pelanggan yang menghubungi atau pun mendatanginya langsung, jika ingin membeli kopi tersebut.
Rata-rata dalam satu bulan, pihaknya menggiling antara 10-15 kilogram biji kopi yang menghasilkan sampai 100 bungkus. Dan biasanya semua produk yang dihasilkan terjual habis.
Saat ini kopi milik Erika tersedia dalam dua kemasan, yakni 50 gram dengan harga Rp10 ribu serta kemasan 150 gram dengan harga Rp25 ribu.
Hebatnya, dari usahanya ini sudah mampu turut menyediakan lapangan kerja. Setidaknya dalam setiap kegiatan produksi, Erika melibatkan sekitar tiga orang selain dirinya untuk mengolah biji kopi menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan.
Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selama masa pandemi Covid-19 merupakan salah satu yang paling terdampak, akibat menurunnya daya beli masyarakat atau pun lesunya perekonomian.
Bahkan ada sebagian UMKM terpaksa beristirahat sementara, sehingga tidak melakukan produksi maupun menjual produk yang dimiliki. Ada pula UMKM yang memilih alih produksi menyesuaikan kebutuhan pasar.
Baca juga: Kopi Asal Indonesia Diminati di Amerika Serikat, Berpotensi Raup Transaksi Hingga Rp283 Miliar
Dan dalam kondisi ini, ternyata Erika juga harus merasakan dampak dari pandemi. Ia mengaku usaha yang dijalankannya sempat terdampak di awal pandemi.