SOLOK, KOMPAS.com - Siapa yang berpikir batik hanya ada di Pulau Jawa? Di Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Solok pun ada batik khas yang populer hingga ke negeri seberang.
Salingka Tabek, itulah merek batik dengan motif khas Solok yang produknya sudah terjual hingga beberapa negara di Asia Tenggara.
Di bawah besutan tangan Yusrizal (29), produk-produk batik Salingka Tabek bisa terjual beromset puluhan juta rupiah. Produk-produk batik Salingka Tabek pun juga laris di skena kerajinan tangan lokal.
"Kalau ada yang datang dari luar negeri ke sini, sudah. Dibawa travel agent. Ada dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand. Beli untuk jadi oleh-oleh," ujar Yusrizal kepada Kompas.com di rumahnya, Rabu (18/5/2022) siang.
Baca juga: Kisah Yusrizal, Belajar Membatik Lewat Youtube hingga Kini Beromset Rp20 Juta
Di skena lokal, batik Salingka Tabek banyak dikenal secara online dan offline. Ada yang berbelanja lewat media sosial maupun datang langsung ke toko Salingka Tabek.
"Pelanggan dari acara-acara pameran, event. Ada yang datang dari luar Sumatera Barat seperti Jambi, Medan, Aceh," tambah Yusrizal.
Ia pun bekerja sama dengan travel agent setempat untuk memasarkan batik-batiknya. Ada wisatawan mancanegara seperti dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura yang datang ke tempatnya untuk membeli oleh-oleh batik.
"Alhamdulillah setiap hari ada yang beli. Alhamdulillah tidak pernah kosong. Kita kerjasama dengan travel untuk pemasaran," ujar Yusrizal.
Harga batik cap Salingka Tabek dijual Rp180.000 dan batik tulis Rp250.000. Dari penjualan batik, Yusrizal bisa meraup omzet sekitar Rp15 juta hingga di atas Rp20 juta.
Baca juga: Lewat Pelatihan, Smesco Dorong 200 Pelaku UMKM di Solok Naik Kelas
Pemesanan dari luar negeri seperti dari Brunei Darussalam dan Malaysia pun juga pernah ia dapat. Mereka langsung menghubungi Yusrizal untuk memesan batik tulis produksinya.
"Misalnya Brunei Darussalam dan Malaysia, itu sukanya sarung karena budaya Melayu. Mereka sering komunikasi ke saya minta sarung. kirimnya via pos nanti biar nanti pos yang salurkan ke Malaysia. Orang Malaysia suka motif tanah liat," kata Yusrizal.
Salingka Tabek membuat motif khas yang dengan kearifan lokal Kabupaten Solok, seperti bareh (beras) Solok, Rumah Gadang Usang, Burung Makan Padi, Salingka Nagari, Budaya koto Baru Nagari Kapujan, Masjid Tuo, Budaya Jawi-Jawi, dan lainnya. Ada 14 motif batik tulis yang Yusrizal miliki hingga saat ini.
"Motif pertama dibuat itu rumah gadang usang. itu untuk motif baju. yang lebih khusus burung makan padi khusus batik Tanah Liat Solok. Ada rumah adat, tanaman padi, hewan. Kalau di Solok lebih dikenal dengan beras solok. Kalau di sini ada padi, ada burung," ujar Yusrizal.
Usaha Yusrizal (29) pun tak ditempuhnya secara instan. Pria asli Solok itu kini menjadi pengusaha batik yang beromset puluhan juta rupiah bermodalkan belajar dari internet.
Salingka Tabek, itulah merek batik dengan motif khas Solok milik Yusrizal. Usaha membatiknya berawal dari sebuah rumah orangtuanya di Sawah Parik, Desa Bawah Duku, Kecamatan Kotobaru, Solok, Sumatera Barat.
"Batik Salingka Tabek merupakan nama dari bahasa Padang yang berarti selingkaran kolam. Saya mulai membatik dari 2017 sampai sekarang. Sebenarnya basic membatik itu enggak ada karena saya tamat dulu di teknik komputer di bagian hardware dan software," ujar Yusrizal.
Baca juga: Pemkab Solok Fokus Kembangkan Produk UMKM Anyaman, Tenun, Oleh-oleh, dan Kuliner
Lulus dari D3 di salah satu perguruan tinggi swasta di Solok, Yusrizal kemudian melihat peluang dari sebuah pesta. Saat itu, Yusrizal datang ke sebuah pesta pernikahan yang digelar oleh temannya.
Yusrizal melihat keluarga mempelai dari temannya yang kompak memakai batik. Yusrizal mendapatkan informasi jika batik-batik yang digunakan ternyata dibeli Jawa dengan harga Rp300.000.
Dari pesta pernikahan itulah, Yusrizal mendapatkan inspirasi. Ia pun melihat budaya di Solok banyak orang setempat yang pesta pernikahannya suka memakai batik tulis dengan motif seragam.
"Saya pengennya orang beli batik di sini, enggak harus beli di Jawa. Karena orang sini suka pesta baralek gadang. Jadi kalau di sini, kalau enggak pakai baju seragam, pestanya enggak asik. Kalau di sini orang pesta suka pakai baju seragam. Jadi rata-rata baju seragam khususnya di Sumatera Barat ambilnya dari Jawa," lanjut Yusrizal.
Sejak tahun 2016-2017, Yusrizal mematangkan rencananya untuk berbisnis batik. Yusrizal lalu mulai belajar membatik dari Youtube dan Google.
Baca juga: Kisah Hastin Atasasih, Berbisnis dan Lestarikan Batik Khas Purworejo
Selama tiga bulan, Yusrizal mempelajari cara membatik dan alat-alat yang digunakan untuk membatik. Kemudian, ia mulai membatik secara langsung.
"Lalu beli coba sendiri beli bahan di marketplace. Saya beli kompor, canting, kain, lalu saya coba. Itu dari alat dan bahan dikirim dari Pekalongan," tambah Yusrizal.
Pencapaian Yusrizal memulai belajar batik pun tak selalu mulus. Kegagalan pun menghampiri Yusrizal.
Hasil membatik dari tangan Yusrizal mulai terlihat di awal tahun 2018. Selama tahun 2017, ia pun mencoba membuat batik selama 10 kali.
"Saya habiskan 100 meter kain untuk coba. Modal belajar Rp8 juta," kata Yusrizal.
Yusrizal pun sempat putus asa saat belajar membatik. Ia pun sempat ingin berhenti belajar.
"Putus asa memang. Karena belajar gak ada guru. Salah lihat tanyanya ke Youtube dan Google jadinya memang susah. Sempat enggak mau lagi membatik," ujar Yusrizal.
Baca juga: Ada Balkonjazz Festival 2022, Pendapatan Parkir dan Jasa Ojek Capai Jutaan Rupiah
Namun, semangat Yusrizal kembali tumbuh. Ada titik cerah yang ia temui dari kegagalan dari membuat batik.
"Tapi setelah itu saya pikir-pikir, hasil terakhir batik yang enggak sempurna itu tadi, saya posting di Facebook, ternyata ada yang respon. Ada yang beli harga Rp150.000. Nah saat ada yang beli satu orang Rp150.000, walaupun batiknya masih belajar, saat itu saya bangkit lagi," tambah Yusrizal.
Yusrizal pun sudah memberi tahu batik yang ia buat gagal kepada pembelinya. Ternyata, pembeli batik Yusrizal tak masalah.
"Akhirnya duit itu saya beli bahan, lalu saya olah lagi," tambah Yusrizal.
Baca juga: UMKM di Candi Borobudur dan Sekitarnya Perlahan Bangkit...
Di rumahnya, proses pembuatan desain motif batik, pewarnaan, dan melakukan proses pencantingan dilakukan.
"Karyawan semua ada 25 orang. Yang bikin desain ada lima orang, canting enam orang, cap empat orang, mewarnai ada empat orang, finisihing dua orang," kata Yusrizal.
Saat ini, Batik Salengka Tabek bisa memproduksi minimal 80 lembar kain batik. Selain kain batik, Yusrizal juga memproduksi olahan batik seperti tas, syal, aksesoris, bahan baju, dan sarung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.