Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Jadi Kurir, Hadi Sukses jadi Bos Batik Beromzet Rp 50 Juta Per Bulan

Kompas.com - 30/05/2022, 14:32 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Selanjutnya adalah belajar mewarnai batik. Ia kembali menimba ilmu ke pembuat batik untuk pewarnaan. Hingga akhirnya batik buatannya jadi dan laku dijual.

"Batik pertama selesai, dan kami jual ke SisikMelik. Modal Rp 150.000, dibeli seharga Rp 300.000," kata dia.

Batik buatan pertamanya laku membuatnya semakin semangat. Ia kembali membuat batik dengan motif yang lebih rumit. Selama tiga bulan ia membuat batik sembari tetap kerja sebagai kurir.

"Ada yang berhasil dan gagal. Kemudian memutuskan resign dan fokus ke batik," kata dia.

Memasuki 2017, Hadi fokus membuat batik tulis. Dalam sebulan ia bisa membuat dua hingga tiga batik tulis. Ia menjualnya mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Mulai berkembang Batik buatannya berkembang dan ia mulai mengajari tetangga sekitarnya.

"Lebih dari setahun, setiap batik saya proses dan saya jual ke galeri," kata dia.

Uang penjualannya kemudian ia tabung untuk membeli peralatan batik cap. Canting cap ini seperti stempel dan bahannya terbuat dari tembaga. Jadi prosesnya lebih cepat daripada batik tulis.

Jual Berbagai Motif

Usahanya terus berkembang dan bisa menjual hingga 100 batik cap dalam sepekan. Motifnya beragam mulai kopi pecah, gajah oling, hingga blarak sempal.

Baca juga: Kemendag Gandeng E-Commerce untuk Bantu UMKM Go Global

"Namun, ada juga motif kreasi seperti bunga-bunga," kata dia. Ia saat itu bisa mempekerjakan hingga 20 orang untuk produksi batik cap ini. "Saat itu omzet bulan kami antara Rp 30 sampai Rp 50 juta," kata dia.

Harga batik cap ia patok Rp 90.000 hingga Rp 110.000. Sementara batik tulis Rp 500.000 hingga Rp 700.000 tergantung kerumitannya.

Penjualannya dibantu dengan banyaknya festival batik yang digelar oleh pemerintah daerah. Sehingga makin banyak konsumen yang tahu batik buatannya.

Namun pandemi Covid-19 membuat penjualannya turun hampir setengahnya. Bahkan ia harus mengurangi jumlah pekerja.

Kini, untuk batik cap dikerjakan 6 orang dan batik tulis 4 orang. "Namun, sebulan terakhir ini mulai ada peningkatan lagi," kata dia. Ia berharap pandemi segera berlalu dan wisata kembali bergeliat. Sebab, sedikit banyak penjualannya berasal dari wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. (Penulis : Kontributor Bali, Imam Rosidin | Editor : Robertus Belarminus)

 

Artikel ini telah tayang dengan judul: Kisah Hadi Kurniadi Belajar dari Nol hingga Sukses Jadi Pengusaha Batik dengan Omzet Rp 50 Juta Sebulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau