KOMPAS.com - Selain dituntut untuk ulet dan tahan banting, seorang transmigran juga harus punya jiwa bisnis agar bisa memberikan nilai tambah terhadap komoditas bahan baku yang tersedia.
Hal itu pula yang menjadi prinsip Nimas Pramesti Dewi Oktaviana (29), seorang transmigran asal Bojonegoro Jawa Timur. Saat ini dia tinggal di UPT Tanjung Buka 3 RT 13 kelurahan Tanjung Palas Hilir, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.
Nimas dan suaminya ikut program transmigrasi pemerintah pada tahun 2014 dengan tujuan Provinsi Kalimantan Utara. Saat itu keduanya adalah pasangan termuda yang mengikuti program tersebut.
Baca juga: 5 Kesalahan yang Sering Dilakukan oleh Pengusaha Pemula
Namun ketika sampai di lokasi transmigrasi, dia menyadari bahwa tanah yang ditempati tidak bisa digunakan untuk pertanian. Ini karena lahan yang ditempati selalu terendam air, sehingga tidak bisa ditanami tanaman.
"Lahan saya kebetulan masuk area sungai alam. Jadi, kalau air pasang, rumah saya seperti di atas danau. Jadi (lahan) tidak bisa ditanami," ujarnya membuka perbincangan, Jumat (24/6/2022).
Alih-alih menyerah dan kembali ke Jawa, Nimas tertantang untuk membuat sesuatu yang bisa mendatangkan pendapatan. Dan, mulailah dia menjalani profesi yang sama sekali tidak direncanakan: berbisnis minuman sehat.
Bisnis yang dijalankan Nimas pun tak hanya mendatangkan rezeki bagi keluarga. Para petani jahe, kunyit, dan lainnya juga ikut terangkat karena hasil pertaniannya dibeli oleh Nimas untuk bahan baku minuman.
Sebelum melakoni bisnis minuman seperti sekarang, Nimas bercerita bahwa pada tahun 2014 dia dan suami memutuskan untuk ikut program transmigrasi yang merupakan program pemerintah. Pilihan itu diambil karena dia dan pasangannya tak mau merepotkan keluarga.
Nimas mengakui, ada perbedaan pendapat antara dirinya dengan sang suami. Namun semuanya bisa terselesaikan.
"Kami memilih ikut transmigrasi setelah 8 bulan menikah. Kami pikir, daripada bingung mau ikut orang tua atau mertua, lebih baik kami memulai hidup baru dengan perjuangan baru," ujarnya Jumat (24/6/2022).
Hingga akhirnya dia sampai di lokasi transmigrasi di Kalimantan Utara. Sesampainya di tempat tersebut, dia kaget karena kondisinya berbeda dari tempat asalnya di Bojonegoro, Jawa Timur.
Baca juga: 6 Cara Promosi untuk Bisnis Kuliner, Bisa Datangkan Cuan dan Pembeli Loyal!
Selain bentang alam yang membuatnya takjub, dia baru mengetahui bahwa saat malam hari ternyata tidak ada listrik untuk penerangan.
"Keesokan harinya, kami harus mengolah lahan yang masih terdapat banyak batang pohon tumbang di mana-mana," ujar dia.
Lahan yang sudah bersih sebagian ditanami sayuran. Selama beberapa hari, sayuran yang ditanam bisa dipanen.
Namun dari sayuran yang dipanen tersebut, dia merasa tidak tega untuk menjualnya ke tetangga. Alasannya, karena kondisi tetangga juga tak jauh beda dari dirinya.