Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Strategi LPEI Dorong Produsen "Home Decor" Menjadi Eksportir

Kompas.com - 04/01/2023, 12:38 WIB
Gabriela Angelica,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk kerajinan tangan atau handycraft, terutama home decor, belakangan banyak dilirik oleh konsumen luar negeri. Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi produsen jenis kerajinan ini bisa masuk ke pasar-pasar yang selama ini belum terlalu terbuka.

Sebagai lembaga pembiayaan ekspor, Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melihat bahwa munculnya trend masyarakat mempercantik rumah bisa menjadi peluang tersendiri bagi produsen home decor di Indonesia untuk menggarap pasar ekspor.

Untuk mengetahui strategi LPEI mendorong produsen home decor Indonesia masuk ke pasar ekspor, Kompas.com mewawancarai Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso. Berikut petikannya:

Baca juga: 10 Strategi untuk Melakukan Inovasi Produk

Bagaimana program LPEI mendorong produsen handycraft terutama yang home decor masuk ke pasar ekspor?

LPEI selain memberikan layanan penjaminan dan pembiayaan, kami juga berikan jasa konsultasi. Banyak UMKM yang kami bina, kami dampingi, kami beri akses pasar sehingga mereka bisa ekspor.

Jadi, dalam konteks untuk segmen spesifik home decor bisa kita lihat dari dua level. Level pertama adalah sisi yang komersial dan kedua dari sisi UMKM atau yang sedang bangun potensinya. Keduanya kami jadikan mereka sebagai eksportir.

Mengapa kita perlu bedakan levelnya? Supaya apa yang kami lakukan itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Contohnya, eksportir yang masuk tahap awal, tentu baru memahami bisnis ekspor itu seperti apa, apa yang harus diperhatikan, termasuk tentang kita kerja sama dengan bea cukai supaya lebih mudah dapat izin ekspor.

Apa saja kelebihan program yang dilakukan LPEI untuk mendorong agar UMKM bisa menjadi eksportir?

Jadi, kita mengajarkan pada UMKM bahwa yang dijual itu bukan hanya produk tapi juga value. Setiap kami menawarkan sesuatu kepada buyer, itu harus ada cerita, misal mengenai sustainability-nya maupun community development. Ini yang menjadikan LPEI berbeda dibandingkan bank-bank komersial yang juga membangun ekspor. Kita sistemnya end to end, dari hulu ke hilir ekosistem.

Nah di masa pandemi, surprisingly, produk handycraft yang bukan kebutuhan essential, tapi permintaannya malah naik. Rupanya orang-orang dengan budaya kerja WFH itu ingin membuat suasana rumahnya berbeda. Jadi mereka banyak melakukan membeli hiasan rumah yang macam-macam.

Baca juga: 6 Tips Penting Lakukan Promosi di TikTok agar Live Banjir Penonton

Jadi ini yang membuat permintaan untuk produk home decor ini jadi meningkat. Teman-teman produsen yang di Bali di Jogja, mencatat kenaikan order.

Jadi, LPEI bilang di setiap kesulitan pasti ada jalan asal kita memang kreatif, kita kasih informasi, dan semangat untuk teman-teman UMKM.

Ada berapa banyak UMKM atau pelaku usaha yang bergerak di bidang home decor yang sudah jadi mitra LPEI?

Yang jelas, memang masih belum signifikan, karena kami masih banyak membina UMKM yang produknya berupa makanan minuman, produk dari kopi, kelapa, teh, cokelat. Kita paling besar di kopi.

Apa kendalanya? Apakah produsennya sedikit?

Kalau pasarnya sih besarnya besar banget ya. Cuma memang, untuk home decor itu butuh kreativitas. Jadi orang-orang yang punya talent di bidang ini kadang-kadang kurang percaya diri. Nah, akhirnya kebanyakan berpikir orang kan lebih butuh makanan, sandang, pangan, papan. 

Walaupun punya bakat, mereka tidak mau mulai. Jadi, kita memang harus memprovokasi lebih dulu agar mereka tahu kalau permintaan itu banyak. Tinggal bagaimana kita memulainya.

Orang luar itu sangat apresiasi sesuatu yang sifatnya kreatif apalagi yang merupakan hasil tangan seperti kain atau bunga kering. Mungkin ambil tolok ukurnya, orang Indonesia, yang terlihat ingin mendekor rumah yang kaya saja, yang sederhana merasa tidak perlu. Padahal kan ada segmen-segmennya. Yang rumah sederhana pun kan perlu atau bisa dihias.

Apakah ada kriteria dari LPEI untuk pelaku usaha home decor ini agar bisa mendapat support?

Kami tidak ada kriteria khusus, jenisnya apa. Tapi kami tentu perlu lihat dari sisi uniqueness (keunikan), bahan bakunya, misal ternyata bahan bakunya dari kayu Gaharu kan pasti kita gak bisa support, lalu dari sisi sustainability, kualitasnya, jadi mereka melakukan produksinya harus dengan prinsip-prinsip yang bisa diterima, misalnya, karyawannya tidak ada yang di bawah umur.

Baca juga: Cara Mengubah Hobi Menggambar jadi Cuan, Yuk Intip Pekerjaannya...

Namun, dari sisi komersialnya juga kita akan perhatikan apa sih yang diminati, apa yang diminta. Di LPEI itu kita juga punya tim riset untuk sisi ekonomi dan juga para pelaku dan pembeli-pembeli kita di luar yang bisa dishare ke mereka.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau