TERNATE, KOMPAS.com - Selama ini, petani pala di Maluku Utara hanya mengambil bagian biji dan kulit pembungkus biji atau fulinya saja memanen buah tanaman pala. Daging buahnya dibuang menjadi limbah, karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Namun daging buah pala yang sebelumnya dibuang menjadi limbah itu, kini sudah bernilai ekomomi. Daging buah pala kini dimanfaatkan menjadi beragam produk seperti sirup pala dan selai pala.
Pemanfaatan limbah pala tersebut saat ini telah menjadi usaha andalan sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di provinsi Maluku Utara.
Salah seorang pelaku UMKM di Kota Ternate, Siti Sulastri, misalnya yang telah memanfaatkan daging buah pala untuk diolah menjadi sirup. Dari usahanya memproduksi sari buah pala itu, Siti bisa mengantongi penghasilan sedikitnya Rp20 juta per bulan.
Produk sari buah pala yang dikemas dalam botol plastik berukuran 150 mililiter dengan harga Rp7.000 per botol, banyak dinikmati konsumen baik di Maluku Utara maupun di berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka memesan melalui media sosial.
Pada perhelatan Sail Tidore 2022 akhir bulan November tahun lalu, banyak tamu dan wisatawan yang hadir di kegiatan nasional itu dan memborong sari buah pala. Produk itu ada yang dikonsumsi langsung maupun dibawa pulang ke daerah asal sebagai oleh-oleh.
Selain diproduksi menjadi sirup, jajaran SMP Negeri 2 Ternate juga berhasil melakukan inovasi pemanfaatan daging buah pala menjadi kerupuk buah pala.
Kerupuk buah pala adalah hasil kombinasi daging buah pala dengan sejumlah produk lokal seperti tepung tepung singkong dan aneka rempah sehingga menghasilkan cita rasa yang gurih dan lezat.
Produk camilan dari daging buah pala itu kini dalam proses pengurusan izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikasi halal. Produk ini diharapkan akan diminati konsumen di Maluku Utara dan daerah lainnya di Indonesia.
Salah seorang warga Jakarta, Handoko, mengaku setiap ke Ternate untuk suatu urusan bisnis selalu memilih produk olahan buah pala, seperti sirup pala dan selai pala sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman.
Handoko selalu membeli karena produk seperti itu tak mudah didapatkan di Jakarta.
Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun Ternate, Yetti, menilai produk olahan buah pala yang dapat menghangatkan tubuh, dan diyakini bisa mengobati berbagai penyakit dalam serta meningkatkan imun tubuh, membuat setiap orang yang datang di Ternate selalu tertarik membelinya untuk dikonsumsi langsung atau dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Daging buah pala masih memungkinkan untuk diolah menjadi berbagai produk lain, baik dalam bentuk makanan dan minuman maupun obat herbal. Untuk itu, dibutuhkan peran dari berbagai kalangan untuk melakukan inovasi dalam pengolahannya.
Pala merupakan salah satu tanaman unggulan di Maluku Utara dengan produksi mencapai puluhan ribu ton per tahun. Dengan demikian, para pelaku UMKM yang mengembangkan usaha dari bahan baku daging pala tidak akan pernah kesulitan bahan baku.