KOMPAS.com - Berawal dari mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, Elisa Angela (24) asal Palu, Sulawesi Tengah berpikir harus membuat sesuatu karena tak ada kegiatan.
Di tahun 2018 Elisa iseng untuk memanggang brownies. Setelah dirasakan hasilnya tidak mengecewakan, ia pun memutuskan untuk menjualnya.
Di hari pertama memulai bisnis brownies, Elisa meminta tolong kepada temannya untuk memposting brownies di media sosial mereka.
“Dulu itu masih gembar-gembornya orang ngasih makanan ke influencer. Akhirnya, saya ngide kirim direct message salah satu Food Vlogger dan hasilnya pengikut akun Instagram naik dan langsung menerima orderan,” kata Elisa ketika dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (14/6/2023).
Baca juga: Kisah Ellys Yanto Memulai Bisnis Kue karena Hobi Baking
Setelah itu, Elisa mulai menggunakan Shopee dan TikTok. Berjalannya waktu, bisnis brownies yang bernama A Cake A day mulai memproduksi produk lain seperti soft baked cookies, blackout cookies, dan entremet cake.
Proses produksi bisnis A Cake A Day membutuhkan dua orang pekerja di bagian dapur dan satu orang menjadi admin operasional. Waktu yang diperlukan untuk membuat produk A Cake A Day tergantung dari jumlah pemesanan dan tingkat kesulitan.
Selanjutnya, untuk brownies bisa dikonsumsi selama dua minggu, cookies tiga minggu, dan entremet cake dua jam karena termasuk frozen cake.
Di pertengahan bisnis berjalan, Elisa memiliki partner untuk mengelola bisnis A Cake A Day yang bernama Samuel Kristian Salim.
Baca juga: Peluang dan Tips Bisnis Bahan Kue, Jarang Pesaing Cuan Besar
Sejauh ini, pengiriman produk bisnis A Cake A Day telah ke berbagai wilayah Indonesia seperti Sulawesi, Sumatra, Nusa Tenggara Barat, dan lainnya.
Target pasar bisnis A Cake A Day bisa untuk semua kalangan. Selain itu, harga yang ditawarkan masih relatif. terjangkau yakni mulai dari harga Rp26.000 sampai Rp400.000.
Hal yang membedakan dengan pesaing adalah shiny crust atau permukaan brownies yang terlihat berkerak dan mengilap, cookies warna hitam, memiliki banyak varian, entremet atau mirror glaze cake custom, dan menonjolkan packaging.
Baca juga: Bisnis Kue Punya Banyak Kompetitor? Catat Tiga Strategi Ampuh Hadapinya...
Elisa mengatakan, bisnisnya bisa bertahan karena konsisten, mengikuti tren, membuat konten yang viral, dan melakukan inovasi. Hal ini karena saat itu Elisa masih mendapatkan uang saku dari orang tua yang membuatnya tak berinovasi dan sempat berhenti menjalankan bisnis.
Ketika ditanya masalah modal, Elisa mengatakan hanya mengeluarkan Rp3.500.000 dari uang pinjaman orang tuanya. Hal ini disebabkan karena Elisa telah memiliki mesin oven dan mixer.
Elisa berharap, bisnis yang sedang dijalankan stabil dan menjadi lebih besar, membuka offline store, dan bisa memiliki banyak karyawan dan membuka lapangan kerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya